BAB 02 - Hari yang Biasa

Matahari sudah terbit beberapa saat lalu, Audrey bangkit dari tempat tidur, membersihkan badan dan bersiap untuk hari yg baru.

Setelah itu dia mengganti baju tidurnya dengan setelan penyihir yang biasa digunakannya sehari-hari. Ia menoleh ke cermin dan dengan muak melihat wajahnya, tidak maksudnya Rambutnya.

Rambut yang sangat aneh dan kaku berbentuk lancip runcing ke atas. Setiap kali ia berusaha menyisirnya, rambut itu akan kembali ke bentuk asalnya seperti per. Itulah yang membuat dia muak mengenai penampilan anehnya.

Dia sudah beberapa kali mencoba mencukur habis, tapi secara ajaib rambutnya kembali ke bentuk semula dalam semalam, hingga dia semakin kecewa dan menyerah untuk melakukannya kembali.

Untungnya dia memiliki topi penyihir berbentuk kerucut seperti umumnya, yang merupakan salah satu benda yang wajib dimilikinya. Ngomong-ngomong topi penyihir berbentuk kerucut ini bukan cuma dibuat tanpa alasan, alasan utamanya ialah karena penyihir suci terdahulu memiliki rambut runcing ke atas sama seperti Audrey saat ini, jadi akan lebih nyaman kalau dibuat kerucut.

Ia memakai topi tersebut dan sangat pas dengan rambut lancipnya. Dia tidak melepaskan topi itu ketika di luar. Ketika dia berpenampilan seperti biasanya dia sedikit terlihat seperti perempuan.

Apalagi dengan mata ungu dan rambut abu-abu yang mengkilap sedikit panjang keluar di antara topi membuat nya semakin imut. Ditambah lagi setelan penyihir berwarna coklat yang biasa ia kenakan, sebuah jubah penyihir yang agak panjang dengan celana pendek hitam pas dengan tubuhnya yang mungil, Membuat siapa saja yang melihatnya dari jauh menganggap nya seorang perempuan.

Ya seperti perempuan mungil berdada-rata yang mirip papan cucian, tapi untungnya dia 100% laki laki.

Setelah selesai bersiap-siap ia ke dapur untuk sarapan dan mempersiapkan apa yang biasa ia lakukan sehari-hari. ia membuka kotak pendingin yang ada di dapurnya mengambil beberapa kilo daging olahan berbentuk bulat untuk dijual, lalu mengambil kuah serta bahan lain yang sudah ia siapkan sejak semalam.

Pertama dia menerbangkan sapu sihir dengan ketinggian rendah di luar rumahnya, menaikan gerobak jualan ke bagian belakang sapu terbangnya. (Mirip seperti penjual cilok atau bakso dengan motornya, namun kali ini motornya diganti jadi sapu terbang)

Ia memasukan semua yang diperlukannya ke dalam gerobak lalu menyalakan kompor portable di gerobak tersebut menggunakan sihir api miliknya, untuk menghangatkan kuah, lalu bersiap untuk berangkat.

Tentu saja, yang dia jual adalah Bakso, sebuah makanan yang lumayan populer di kerajaan ini.

Ia berangkat dari rumahnya di yang berada hutan pinggiran ibukota dengan menaiki sapu terbang. Suasana udara pagi ini sedikit dingin, angin berhembus sepoi-sepoi di atas pepohonan hutan bersamaan dengan asap kuah Bakso yang menyebar kemana mana.

Tak lama kemudian dia sampai di gerbang utama kota, terlihat tembok besar yang megah seperti benteng juga pintu gerbang yang lumayan tinggi. Terlihat juga antrian para pengunjung dari kota atau kerajaan lain, entah itu petualang, pedagang, bangsawan, atau sekedar wisatawan gabut yang punya banyak uang. Semuanya diperiksa dengan ketat dari identitas sampai barang apa saja yang dibawa, namun hal itu hanya berlaku bagi mereka yang pertama kali berkunjung.

Tapi Audrey tidak peduli...

Audrey tentunya bisa masuk dan keluar dengan mudah di kota ini, Meskipun Audrey tidak tinggal di dalam ia masihlah warga ibukota.

Sesampainya ia di dalam kota, banyak terlihat bangunan-bangunan besar berlantai 3 sampai 6 di sepanjang jalan yang kebanyakan merupakan penginapan juga toko-toko. Jalanan itu cukup lebar, terbuat dari batu dan marmer, di pinggir-pinggir jalan juga ditanam pohon besar yang cukup lebat setiap 100 meter, Banyak orang yang berlalu-lalang dan terbang di sini, tak lupa deretan kereta kuda pedagang yang tengah parkir di pinggir jalan.

Dan yang tak kalah mencolok adalah bangunan istana megah di puncak bukit yang hancur sepertiga nya, kini tengah direnovasi, walau 4 tahun sudah berlalu namun hingga kini pembangunan tak kunjung selesai.

Mereka semua yang tinggal di istana menganggap bahwa kehancuran itu disebabkan karena kesalahan konstruksi, bukan karena serangan pihak luar dan tidak mungkin ada yang berfikir itu disebabkan seorang anak kecil.

Maap hehe… waktu itu kan gak sengaja. Yang dipikirkan Audrey dalam hati sambil tertawa kecil.

Ia melanjutkan perjalanan dan sampai di alun-alun tenggara kota ini yang merupakan pusat kuliner dan perdagangan, sekaligus menjadi tempat berjualan yang paling strategis. Saat dia sampai dan bersiap melakukan jualan nya seperti biasa para pelanggan mengerubungi nya.

Walau tidak cuma dirinya yang berjualan Bakso disini, namun Bakso yang dijualnya sangat berbeda dari yang lain, dan itu merupakan sebuah kisah yang akan diceritakan lain kali.

Satu porsi baksonya dijual dengan harga 1 Perak saja atau 1 Perak 2 Perunggu ditambah topping lain.

Sebagai perbandingan semua negara di dunia ini hanya menggunakan satu mata uang yang sama yaitu Emas, Perak, dan Perunggu sehingga tidak terjadi yang namanya inflasi, Walaupun bentuk dan desainnya berbeda tapi nilainya tetap sama.

Sebagai perbandingan...

1 Emas : Rp 100.000,00

1 Perak : Rp 10.000,00

1 Perunggu : Rp 1.000,00

Pembeli bisa memilih antara makan ditempat atau dibungkus, dia tidak menyediakan kursi dan meja karena di alun-alun ini sudah tersedia banyak meja taman melingkar dengan payung di tengahnya ,karena memang dasarnya tempat ini sengaja dibuat menjadi pusat kuliner dan perdagangan.

Namun dia mempunyai banyak mangkok yang disimpan di gerobak nya, kalaupun kurang ia bisa juga mengambil dari sihir penyimpanannya. Mangkok putih bergambar burung Phoenix warna Merah, Sebuah mangkok yang sangat umum yang mana hampir semua orang pernah memilikinya.

Tak sampai sore hari jualannya sudah terjual habis, biasanya ia menghasilkan 3 Emas 6 Perak hingga 6 Emas 3 Perak setiap kali berjualan. Tentu saja Auto Cuan, namun dia tidak seserakah itu, dia tidak berjualan setiap hari, hanya beberapa hari seminggu. Ia lebih memilih hidup santai dan bebas dengan uang secukupnya (walau sebenarnya sudah bisa disebut banyak) dari pada bekerja terlalu keras dan menjadi Budak dari Kekayaan.

Setelah selesai berdagang biasanya ia hanya berjalan jalan di sekitar kota, untuk membeli buku atau sesuatu dan terkadang ia mampir ke tempat pamannya. Yang pastinya bukan berasal dari keluarga lamanya.

Waktu sudah sekitar pukul 3 sore, matahari mulai terbenam, suasana kota yang dari tadi sangat ramai perlahan menjadi tenang dan cahayanya mulai berubah kekuning-kuningan.

Hari itu akan segera selesai namun terkadang ada hal yang paling dirindukan. Audrey menatap istana itu sekali lagi, lalu kembali pulang ke rumahnya di hutan dan bersiap mengulang hari baru untuk berikutnya.

Terpopuler

Comments

ryu.maru.an

ryu.maru.an

sebagian besar rambutnya ditengah?
"Ahoge"? 👀
(penasaran)
maaf kak masih nyicil bacanya.

2022-04-26

0

Arrie Project

Arrie Project

iya kayaknya, tapi kayaknya emang belum semodrern sekarang. maaf baru pertama nulis novel hehehehe

2022-04-08

0

Arrie Project

Arrie Project

sebagian besar rambut di tengah hehehehe

2022-04-08

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 40 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!