BAB 03 - Kakak Beradik

Di Sebuah hutan dekat ibukota dimana tembok ibukota sudah terlihat, di jalan setapak di bawah pepohonan rindang, tampak 2 orang sedang berjalan.

Seorang laki-laki berambut coklat dengan baju zirah logam dengan dasaran merah yang tampak seperti petualang pemula. Juga seorang perempuan cantik berbaju putih, berambut coklat muda mendekati pirang yang tampaknya lebih pendek dari laki-laki itu.

"Yosh, sebentar lagi kita sampai di ibukota."

"Akhirnya… Akhirnya… Akhirnya… Semua impianku segera dimulai, mendaftar menjadi petualang, membasmi Monster, bertambah kuat, menjadi rank A, dan akhirnya menjadi ksatria kerajaan wkekekkkekk$(#;$-(@($;*)#+;#(#(#?;$!$"

"Untuk daftar di guild jadi petualang kita masih kurangan satu orang Hendry!!"

(Dia berisik)

"Hendry…."

(Dia masih berisik)

"Jangan berisik Hendry !!!"

(Dia tambah berisik)

"Hen…"

(Dia semakin Berisik)

"Ano HENDRY!!!, bisa diem gak, Berisik tau…"

"Gimanapun juga aku ini kakakmu!"

"Tch, lewat sehari aja belagu."

"Hah…" aura yang menyeramkan tiba-tiba muncul darinya, rambut panjangnya terangkat dan berkibar menunjukkan kemarahannya, kepalanya menunduk dan matanya semakin gelap tajam menatap Hendry dengan tatapan membunuh.

"Ano… kak… Kak Eliana…" dia sekarang sudah menyadari kesalahannya, mengucapkan kata terlarang bagi kakaknya berarti kematian baginya, sekarang dia hanya bisa ketakutan sambil berharap dia masih hidup untuk berikutnya.

Wahai angin sepoi-sepoi yang berada di sekitarku, berkumpullah kalian semua di ujung tongkatku, buatlah bola angin berkecepatan tinggi yang menerbangkan semua musuhku, jauhkanlah adikku yang berisik juga bodohh ini dariku….. SONIC BOOM…

Wosshhhhh….

"Tu... Tunggu kaaaaakkkkkkkkkkk…" Hendry terhempas ke depan dengan kecepatan yang sangat tinggi, namun sesuatu yang tak diduga-duga terjadi.

Sekumpulan sapi dan banteng liar mengamuk seperti dikejar-kejar sesuatu muncul dari kiri jalan, menghantam kembali Hendry tepat sebelum menyentuh tanah, terhempas kekanan untuk sekali lagi lalu jatuh ke dalam semak-semak dengan kepala dibawah.

"Hen.. Hendry !!!" Kakaknya kini sudah tidak marah dan sekarang sedikit mengkhawatirkan adiknya.

Tak berapa lama kemudian dari balik pepohonan yang lebat, dari arah yang sama dari hewan-hewan itu keluar, Muncul seorang penyihir berjubah coklat yang berdiri di atas sapu terbangnya.

Penyihir tersebut tentu saja Audrey. Dia memegang tongkat sihirnya yang panjang dan mengarahkannya ke hewan-hewan tadi.

Sesaat kemudian kristal biru pada tongkat sihirnya bersinar, partikel air muncul di udara, semakin banyak lalu membeku membentuk banyak bongkahan es yang cukup tajam. Es-es tadi melesat dengan cepat dan tepat mengenai kepala hewan-hewan liar tadi lalu mereka terjatuh sebelum sempat menyerang Hendry.

Hendry segera bangun dari semak semak dan berniat mengucapkan terimakasih kepada penyihir tersebut namun…

"He… Hendry !!!" Kakaknya lebih terkejut daripada sebelumnya

Sesosok Minotaur setinggi 2 setengah meter muncul dari semak-semak belakang Hendry, berdiri tegak layaknya manusia, otot-otot besar seperti binaragawan, bertanduk tajam seperti banteng dan berniat meratakan Hendry dengan satu pukulan utuh.

Akhirnya kau muncul, yang dipikirkan Audrey dalam hati dan mata yang mengincar kepala makhluk itu.

Dengan cepat Audrey membuat dan menghempaskan dua belati air dengan sihirnya dan memenggal kepala makhluk itu, darahnya muncrat dan membasahi pepohonan namun untungnya tidak ada yang terkena darah tersebut baik Hendry maupun Audrey.

"Ho… hoahh… terima kasih banyak nona, kau telah menyelamatkanku dua kali." Yang dikatakan Hendry dengan sedikit ngelag karena barusan belati air super tajam telah melewati samping kiri dan kanan kepalanya.

"Tidak kok, ini juga karena salahku, binatang yang kuburu tadi lepas lalu lari ke jalanan." Dikatakan Audrey sambil tersenyum tipis.

Jlebb…

Beberapa detik kemudian dia menyadari sesuatu, dadanya sakit seperti ditusuk sesuatu yang tajam.

"N… Nonaaa...?"

"Hah ?"

"AKU INI LAKI-LAKI TAU !!!" Audrey sedikit marah dan dengan polosnya ingin menunjukkan sebuah Pedang Suci yang bersemayam di balik celana, namun hal itu ditahan Hendry dengan panik.

"Iya iya iya iya, aku percaya kok."

Akhirnya keduanya menghembuskan nafas lega, lalu Eliana pun mendekat dan menghampiri keduanya.

Eliana memukul kepala adiknya dari belakang dan sekali lagi menunduk berterima kasih kepada Audrey.

"T-Tuan Penyihir, pokoknya Terima kasih banyak telah menyelamatkanku nyawa adikku."

"Ok, santai aja lagi pula ini sebagian juga salahku kok"

"Perkenalkan namaku Eliana Saraswati dan ini adikku Hendry Saraswanto, kami berdua sedang melakukan perjalanan ke ibu kota"

"Dan ka…" Eliana dengan cepat menampar mulut adiknya dan memberikan tatapan tajam agar dia tidak mengoceh hal yang Tidak perlu.

"Ok salam kenal..., O iya namaku Fusena Audrey, Panggil aja Audrey, gak usah tuan Penyihir segala."

"Lalu Audrey, kenapa kamu berburu di sini ? ,Untuk misi di Guild kah?, Tapi kok sendirian?" Tanya Hendry dengan agak penasaran.

“Hemmm… Enggak Kok”.

Selagi berbicara, Audrey berjalan sendirian ke bawah pohon dimana saat itu gerobak miliknya ditaruh. mereka berdua semakin penasaran hingga Audrey kembali dan menyodorkan dua buah mangkok.

“Ini silahkan… Gratis Kok.”

“Eeeeehhhhh…” Mereka berdua terkejut.

“Kamu pedagang rupanya ?” Tanya Hendry dengan cukup heran.

“Iya.”

“Kalau beneran Pedagang gpp deh kami bayar, lagian hari ini kita juga belum makan siang.” Eliana mengeluarkan dompet dan bersiap mengambil uang.

“Beneran gratis kok, gpp, lagian tadi juga aku yang salah. Buruanku tadi kabur lari ke jalan juga karena salahku.”

“Anggap saja ini sebagai permintaan maaf.”

Mereka berdua menoleh satu sama lain dan mengangguk dengan yakin.

“Baiklah kalau gitu kami terima.” Ucap Eliana

“Terima kasih....” Ucap Hendry

Mereka berdua makan di bawah pepohonan, di atas sebongkah batang kayu besar yang telah roboh. Selagi mereka berdua makan Audrey tengah membersihkan kekacauan yang dibuatnya, menyeret daging mentah itu ke tempat yang sama dan mengumpulkan semuanya dan sedikit bercakap cakap dengan mereka berdua .

“Tapi cukup langka juga ya .…” Ucap Eliana”

“Langka gimana ?”

“iya langka, seorang penyihir kuat sepertimu memilih pekerjaan sebagai pedagang dan bukan sebagai seorang petualang” Ucap Hendry.

“kebanyakan dari mereka yang memiliki sihir kuat sepertimu memilih bekerja sebagai petualang, dan kebanyakan mereka yang bekerja sebagai pedagang dan pekerjaan lainnya biasanya mereka yang tidak bisa menjadi petualang.” Ucap Eliana dengan sedikit merenung melihat kuah bakso yang dimakannya

“Ya mungkin itu memang takdir, juga jalan yang kupilih saat ini.”

“Walau masa depan tidak ada yang tau.”

Audrey dengan santainya menyeret seekor mayat Minotaur yang telah dibunuhnya tadi, tepat didepan mereka berdua yang sedang makan lalu menyatukannya bersama daging daging tadi.

“Lah itu mayat Minotaur segede Gaban juga diambil ?" Eliana terkejut melihat apa yang dilakukan audrey.

“iya malah termasuk bahan wajib nya malah.” dia menjawabnya dengan santai seolah olah itu hal yang wajar.

Mereka berdua terdiam membeku, mulut mereka terbuka dengan bakso menggelinding keluar dan jatuh kembali ke dalam mangkok.

“LU GILA YA !!??” saking terkejutnya sikap Eliana yang tenang berubah.

“lah emang kenapa, bukannya dipenjuru dunia memakan daging monster adalah hal yang wajar, selama tidak beracun berarti tidak masalah kan.” Jawab Audrey dengan santainya.

“Be… bener juga sih.”

“Tapi ini Minotaur lo Minotaur…”

“Bahkan kebanyakan petualang menganggap monster itu sebagai ancaman, dan kau dengan santainya buat sebagai bakso.”

“sungguh menghancurkan harga diri monster.”

“udah lah kak lagi pula sekarang kamu juga makan dengan lahap” Hendry berusaha menenangkan kakaknya yang lepas kendali.

Wajah Eliana memerah tersipu malu dan kembali memikirkan kata-kata yang sudah keluar dari mulutnya.

“O iya Audrey, maaf udah keceplosan.” Eliana sudah menyadari kesalahannya dan kini meminta maaf dengan tulus.

“iya kok hehe, santai aja.”

Setelah percakapan yang panjang lebar Audrey bersiap untuk pergi, dia menaikkan gerobak ke sapu terbangnya lalu mendekati setumpuk daging yang diburunya. Ia mulai menyimpan daging-daging itu, mulanya ia mengacungkan tongkatnya, lingkaran sihir muncul di tanah dan daging-daging itu tenggelam kedalam lingkaran sihir yang sebenarnya itu adalah ruang dimensi atau biasa disebut sihir penyimpanan. Ia harus segera kembali dan menyimpan daging-daging itu di kotak pendingin. Jika dibiarkan terlalu lama daging-daging itu akan membusuk, dikarenakan di sihir penyimpanannya tidak memungkinkan untuk membekukan waktu.

“Ok sudah dulu ya..” Audrey sudah bersiap terbang di sapu sihirnya.

“Iya… semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi.”

“Pasti… Suatu hari nanti.”

Audrey melesat terbang kembali ke rumahnya sementara mereka berdua melanjutkan perjalanan ke ibu kota.

Terpopuler

Comments

Orpmy

Orpmy

apa Mino juga makan manusia?

2022-04-07

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 40 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!