BAB 11 - Sisi gelap sebuah Bakso

Keesokan Harinya.

Seperti yang direncanakan kemarin, kedua kakak beradik itu akan datang ke rumah Audrey hari ini, untuk suatu alasan tertentu. Keduanya sudah berjalan menyusuri hutan pagi ini, walau di kota sudah sangat ramai dan banyak orang berlalu lalang namun tidak dengan hutan ini, suasananya masih sepi dan tenang sementara hewan-hewan masih belum banyak yang keluar. Benar-benar tempat yang cocok untuk menenangkan hati, selagi tidak ada monster yang tiba tiba menyerang.

Tak berapa lama kemudian keduanya sampai dirumah Audrey, membunyikan lonceng dan bersiap menemui Audrey seperti biasanya.

“Pagi Audrey..”

“Ah pagi…, mari silahkan masuk…”

Mereka berdua masuk lalu mereka semua bersiap untuk suatu hal.

“Jadi kan hari ini ?” Hendry bertanya.

“Tentu... Bahannya udah ada semua, kalian tinggal bantu-bantu aja.”

“Ok… Siap….”

Mereka bertiga pergi ke dapur, dan bersiap membantu Audrey. Sebelum itu mereka semua membersihkan badan masing-masing, mencuci tangan serta memakai celemek. Kedepannya mereka berdua akan membantu Audrey membuat bakso sebagai ganti Audrey yang ikut bersama mereka menjadi petualang. Karena ini kali pertama mereka membantu Audrey sepertinya masih banyak yang harus mereka pelajari.

“Jadi apa yang pertama kita lakukan ?”

“Pertama kita urus dagingnya terlebih dahulu, potong kecil-kecil agar mudah digiling.”

“Ok…”

Mereka mengambil pisau masing-masing dan mulai memotong bagian daging sapi yang ada kemudian dimasukkan kedalam sebuah alat penggiling besar di bagian dapurnya. Alat penggiling itu digerakkan oleh tenaga kincir air yang tepat dibelakang rumah Audrey.

Proses ini memakan waktu lama karena saking banyaknya tumpukan daging yang harus dipotong, namun karena disini suasananya nyaman dan tenang mereka berdua tak keberatan melakukannya, apalagi ditambah suara gemericik air sungai dan burung-burung berkicauan yang membuat mereka lupa akan hiruk-pikuk perkotaan.

"Ah tolong kalian lanjutkan ini dulu, kalau udah tunggu aja disini, aku ada urusan sebentar."

Audrey meletakkan pisaunya dan mengganti nya dengan pisau yang lebih besar lalu masuk ke suatu ruangan di pinggir dapurnya, tak lupa juga menutup pintunya rapat-rapat. Seperti sedang melakukan sesuatu yang tak boleh dilihat orang lain. Kedua kakak beradik itu tentu saja curiga, karena dilihat bagaimanapun tingkah Audrey saat ini sangat mencurigakan.

Sesaat setelah Audrey masuk ke ruangan tersebut kedua orang lainnya mengendap endap mendekati pintu, lalu membukanya sedikit untuk mengintip kedalam karena mereka berdua tak tahan akan rasa penasaran mereka. Mereka berdua mengintip dan mendapati sesuatu yang mengejutkan.

Ruangan itu gelap dan dingin, tidak ada jendela satupun dan hanya diterangi oleh beberapa buah lilin. ditemboknya tergantung daging-daging yang kelihatannya belum lama dipotong, juga hiasan mengerikan dari 3 buah kepala minotaur yang diawetkan, ada juga bercak darah mengering yang tersebar di bagian lantai dan temboknya. Di tengah ruangan tersebut terdapat meja sepanjang 3 meter dengan seekor minotaur tanpa kepala tergeletak diatasnya.

Sepertinya kali ini Audrey akan melakukan pembedahan kali ini, untuk memilah daging yang bisa dimakan atau tidak dari bagian tubuh minotaur. Hal ini sebenarnya sangat wajar dilakukan di penjuru dunia, namun tetap saja sedikit menyeramkan, apalagi untuk membelah monster yang bentuknya sedikit mirip seperti manusia.

Karena saat ini rasa penasaran mengalahkan ketakutan mereka, mereka tetap saja mengintip Audrey. namun syukurlah Audrey tidak menyadarinya. Mereka semua melihat semuanya dari awal hingga akhir.

Dari mulai membedah kulit bagian luar, memotong bagian tertentu untuk diambil atau dibuang, ataupun melihatnya menarik isi perut monster itu. dan pada akhirnya menggiling daging itu seorang diri.

Sekitar setengah jam kemudian kelihatannya Audrey sudah hampir selesai dan mereka berdua segera kembali ke tempat mereka semula.

Sepertinya kami sudah melihat apa yang seharusnya tidak kami lihat. Ucap mereka berdua dalam hati sambil tangannya fokus melakukan pekerjaan mereka. Memang benar mereka melihat apa yang seharusnya tidak mereka lihat, yang mereka lihat adalah salah satu sisi gelap Audrey. Sekarang mereka hanya bisa mempersiapkan diri bersikap seperti biasanya ketika Audrey kembali dan berharap mereka berdua bisa melupakannya.

Setelah beberapa saat Audrey kembali, membawa sebuah bungkusan besar yang mencurigakan.

"Tolong jaga rumah sebentar ya… aku mau bakar sampah ini dulu diluar."

"Ok…"

Sampah yang dimaksud sepertinya sisa-sisa dari daging minotaur tadi yang tidak bisa dimakan, tak lupa juga dengan sarung tangan penuh darah yang tadi dipakainya. Beruntungnya setelah Audrey kembali dari membakar “sampah” suasana kembali normal seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka bertiga.

Setelah semua daging trenggiling halus dengan sempurna sekarang saatnya mencampurkan bahan.

"Jadi sekarang apa yang kita lakukan ?" Eliana bertanya.

"Ah… tolong masukkan daging-daging yang sudah kalian haluskan ke wadah besar yang disana itu."

"Ok…" Hendry menjawab.

Mereka semua mulai mengangkut semua daging yang sudah dihaluskan tadi lalu memasukkannya ke dalam wadah tersebut, termasuk daging minotaur tadi dengan perbandingan 5 Kg daging sapi dicampur 1 Kg daging minotaur, menurut penjelasan Audrey.

Kemudian mereka memasukkan berbagai macam bahan kedalamnya mulai dari tepung, bawang-bawangan, garam dan bahan-bahan lain. Namun selain daging minotaur ada juga bahan lain yang tampak mencurigakan, yaitu dari telur yang dipakainya. Yang sekarang sekotak telur itu dipegang Audrey.

"Anu… Audrey… telur apaan ini ?"

Mereka berdua melihat Audrey membawa sekotak telur yang bentuknya macam-macam, berwarna-warni, juga berukuran beda. Ada yang bintik-bintik, polos, bersisik, dll. Kelihatannya sudah jelas sekali bahwa telur itu pasti berbeda jenis.

"Ah ini… aku emang gak tau seluruhnya tapi kelihatannya dari jenis unggas-unggasan."

"Tapi yang pasti ini semua nggak beracun kok..."

"Terus tenang aja gak ada telur wyvern apalagi naga kok…"

"Mungkin…"

"MUNGKIN !!??" Keduanya berteriak karena terkejut, namun setelah mereka mendengarkan penjelasan Audrey mereka berdua bisa menerimanya, karena selama ini mereka sudah terbiasa melihat hal-hal aneh dari diri Audrey.

Setelah semua bahan dimasukkan kedalam wadah besar itu sekarang saatnya mengaduknya hingga lembut. Setelah diaduk beberapa saat adonan itu menjadi lembut dan siap menuju tahap berikutnya.

"Selanjutnya gimana lagi Audrey ?" Hendry bertanya.

"Tolong bantu aku angkut semua adonan ini ke dekat tungku yang disana itu."

"Ok…"

"Mereka bertiga mengangkut adonan daging itu ke dekat tungku."

"Hendry, tolong isi air ke kuali besar diatas tungku itu, terus untuk Eliana tolong ambilkan beberapa wadah di lemari itu."

"Sementara aku mau ngambil tongkatku serta beberapa kayu bakar di luar."

"Siap…"

Mereka bertiga melakukan tugasnya masing-masing. Hendry mengisi air ke kuali besar itu. Kuali tersebut tampak berbentuk bulat besar seperti yang biasa digunakan penyihir untuk membuat ramuan, namun karena kali ini dipakai buat masak maka Audrey sudah menjamin kebersihan dari panci itu sendiri.

Eliana mengambil beberapa baskom dari lemari yang dimaksud. Sementara Audrey kembali dari luar dan membawa sebongkah kayu bakar dan tongkat sihir yang biasa dipakainya.

Setelah itu Audrey merebus air pada kuali tersebut dan menyalakan api pada tungku menggunakan sihirnya.

Wahai api yang menyala-nyala buatlah suhu tinggi, munculkanlah dirimu yang kecil sekarang juga lalu bakarlah kayu bakar yang berbeda di depanku secara perlahan.

Kristal di tongkat sihirnya yang tadi berwarna biru berubah menjadi merah, lalu muncul api kecil yang membakar kayu bakar dan menyalakan tungku.

"Jadi selanjutnya gimana Audrey ?" Tanya Eliana.

"Kita istirahat dulu, sambil menunggu airnya mendidih."

"Ok…" Jawab keduanya dengan serentak.

Ketiganya beristirahat sejenak menunggu air mendidih. Setelah air benar-benar mendidih Audrey mematikan api pada tungku itu lalu bersiap untuk tahapan sebenarnya membuat Bakso.

Sekarang waktunya mereka bertiga membentuk adonan daging tersebut menjadi bulat-bulat seperti Bakso. Sebelum melakukan hal tersebut mereka semua harus mencuci tangan terlebih dahulu, karena proses ini menggunakan tangan secara langsung.

Mulanya mereka mengambil sedikit adonan ke tangan mereka, membentuknya bulat-bulat lalu menjatuhkannya ke dalam air mendidih agar adonan tersebut sedikit mengeras dan tidak hancur dalam sekali sentuh, itu menurut penjelasan Audrey.

Adonan tersebut dibentuk kecil-kecil seperti Bakso pada umumnya, namun ada beberapa yang sengaja dibuat sedikit lebih besar dan diisi dengan telur rebus berukuran kecil seperti telur puyuh, namun yang jelas tidak diketahui telur jenis apakah yang dipakai saat ini.

Saking banyaknya adonan daging yang ada mereka harus segera meniriskan bakso yang sudah jadi kedalam wadah agar kuali tidak terlalu penuh.

Karena kali ini Audrey dibantu kedua orang temannya, proses membuat Bakso kali ini menjadi 3x lebih cepat dari biasanya. Setelah semua bakso selesai dibuat kini tinggal ditiriskan menunggu semuanya dingin, sebelum disimpan didalam kotak pendingin.

"Ah semua sudah selesai…" yang dikatakan Eliana dengan leganya.

"Jadi Audrey, sekarang gimana lagi ?" Tanya Hendry.

"Ah… kalian berdua istirahat aja sekarang, sudah hampir selesai kok tinggal bikin kuah sama nyiapin topping nya aja."

"Lagipula sekarang bumbu kuahnya aku juga beli dari paman, gak buat sendiri lagi, jadi gak bakalan makan waktu lama."

"Ok terimakasih" jawab Hendry.

"Nggak kok, aku harusnya yang berterima kasih."

Mereka berdua mencuci tangan sekali lagi, melepas celemek lalu pergi ke ruang tamu untuk beristirahat. Suasana ruang tamu rapi namun sedikit berdebu seperti biasanya, namun bisa dibilang cukup bersih. Keduanya menunggu dengan sabar sesekali mereka tertidur ataupun membaca buku yang terdapat pada ruangan ini.

Terkadang salah seorang diantara mereka juga keluar menikmati udara segar di kedalaman hutan ini. Berbeda dengan di kota, walaupun siang hari suasananya tidak terlalu panas disini, karena tertutup lebatnya pepohonan hutan.

Sementara itu di dapur Audrey Tengah sibuk membuat kuah baksonya, asapnya keluar kemana-mana bersatu dengan angin yang berhembus di hutan ini membuat bau harumnya tersebar dimana-mana.

Beberapa saat kemudian, semuanya sudah selesai. Audrey memanggil mereka berdua yang saat ini berada diluar. Ketika mereka masuk ruang tamu mereka disuguhkan dengan 3 porsi Bakso dan juga 1 teko minuman dingin berupa Es Teh, pas sekali karena saat ini menjelang waktu makan siang.

Mereka bertiga makan dengan lahap. Setelah selesai makan mereka bertiga berbincang-bincang sebagai biasa, dari mulai bercanda sampai hal yang serius sekalipun mereka bicarakan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan sore hari, sekitar pukul 3 sore. Matahari sudah mulai terbenam, tiba saatnya untuk kedua kakak beradik tersebut untuk berpamitan.

Setelah selesai berpamitan mereka pulang ke tempat tinggal nya yang sekarang di penginapan ibukota, bersiap untuk memulai petualangan baru untuk besok atau beberapa hari kedepan.

Episodes
Episodes

Updated 40 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!