Dua hari kemudian…
Hari masih sangat pagi di sekitar hutan, pemandangannya sedikit gelap dan masih sedikit sinar matahari yang berhasil menembus lebatnya dedaunan, namun burung-burung sudah mulai berkicauan. kabut tipis dan embun pagi yang terinjak semakin menambah suasana dingin dan tenang di hutan ini.
“Apa kau yakin Hen, mengenai hal ini ?.”
“ya tentu saja.”
“tapi gimana kalau dia nggak mau ?”
“ya kita lihat saja nanti.”
kedua orang kakak beradik yang tidak asing kembali berjalan di hutan untuk suatu tujuan tertentu. Hingga mereka sampai di kedalaman hutan, mereka melihat sebuah rumah kayu yang rapi dengan sebuah cerobong asap, di belakangnya ada sebuah sungai dan kincir air besar yang berputar tanpa henti terhubung kedalam rumah tersebut.
“itu dia, sepertinya kita sudah sampai.”
Sehari sebelum nya saat mereka tiba di ibukota mereka berdua mencari informasi mengenai Audrey karena penasaran, dan ternyata tak sesusah yang dikira, bahkan sebelum menyebutkan namanya mereka sudah mendapat alamatnya. mulanya mereka hanya bertanya mengenai “Seorang penyihir muda yang berjualan Bakso”. Beruntung nya yang ditanya tersebut merupakan kenalan Audrey dan dia sukarela memberikan alamat tersebut.
*****
Dikamarnya yang penuh dengan tumpukan buku Audrey masih tertidur, sepertinya dia membaca semalaman kemarin, bahkan beberapa buku masih berserakan di tempat tidurnya. Namun hal itu tak menjadi masalah lagi pula hari ini dia memang merencanakan untuk libur. Disaat dia sedang nyenyak-nyenyaknya tertidur tiba-tiba lonceng di pintunya berbunyi, yang menandakan sekarang ia kedatangan tamu.
Walaupun sebenarnya hal ini jarang sekali terjadi. Siapa juga orang yang bertamu ke rumah penyihir yang tinggal sendirian di tengah hutan sedangkan di ibukota sendiri banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan.
Dengan terpaksa ia harus beranjak dari tempat tidurnya, mencuci muka dan menyambut tamu yang datang ke rumahnya walaupun memakai topi menjadi hal yang utama. dia tak pernah sekalipun menunjukan rambutnya yang aneh kepada orang lain, terkecuali pada orang terdekat yang pernah melihatnya, bahkan setelah itu pun orang itu tak pernah melihatnya lagi atau yang paling parah membuatnya lupa dengan paksa.
"Iya siapa…" Audrey membukakan pintu dengan agak menguap karena masih ada sedikit rasa katuk.
"Yo… kita ketemu lagi"
"Kalian berdua...?"
Woaha… jadi ini sosok penyihir sebenarnya, bahkan walau dirumah pakai kaos oblong pun topinya yang kerucut tetep dipakai. Yang dipikirkan Hendry tepat setelah pintu dibuka dan melihat Audrey yang baru bangun tidur.
"Hemmmm..." Mereka berdua tersenyum lebar melihat Audrey
"Iya sih kita akan bertemu lagi suatu hari nanti…."
"Tapi ini baru dua hari astaga…." Audrey menepuk jidatnya dengan keras .
"Jadi ada keperluan apa kalian ?"
“Emmm ano… sebenarnya ada yang harus kami bicarakan padamu.”
“Owhh.. ok ya udah pokoknya masuk dulu.”
Audrey mempersilahkan mereka masuk dan mereka semua duduk di sebuah ruang tamu dekat pintu dengan jendela besar yang terbuka, tampak cukup rapi namun sedikit berdebu karena hampir tak pernah digunakan.
Sambil minum teh mereka semua bercakap-cakap bertukar kehidupan dan lama kelamaan menjadi akrab, mereka seolah seperti sudah kenal lama walaupun sebenarnya ini baru pertemuan kedua mereka. Dari situ Audrey tau bahwa mereka berdua tidak berasal dari kota ini, namun sejak beberapa bulan yang lalu mereka berkelana dari kota ke kota, mencari satu anggota untuk bergabung kedalam party mereka agar bisa mendaftar secara resmi di guild.
Karena ada peraturan yang mewajibkan untuk membuat party minimal 3 orang sebelum bisa bergabung resmi dalam guild. peraturan tersebut dimaksudkan karena menjadi petualang merupakan pekerjaan yang berbahaya, mereka bisa saja berurusan dengan Bandit, Penjahat, ataupun monster-monster yang ada di negara ini, bahkan kematian bisa saja terjadi.
Tujuan Hendry menjadi petualang sendiri ialah ia ingin menjadi kuat dan ia memiliki cita-cita untuk menjadi ksatria kerajaan. dan untuk seleksi menjadi kesatria kerajaan sendiri minimal seorang petualang berperingkat B Senior atau lebih tinggi.
Namun tujuan dari Eliana sendiri sebenarnya cukup simple. Ia cuma gabut, meskipun begitu ia masih memiliki amanat dari orang tuanya untuk menjaga satu-satunya adik yang dia miliki. Dengan begitu mereka berdua mendapat restu orang tuanya untuk menjadi petualang, dan dengan begitu pula orang tuanya bisa bersantai dengan ria di rumah karena kedua “beban keluarga” sudah memiliki tujuan hidup tersendiri.
Modal untuk melakukan perjalanan demi merekrut anggota ini tentu sebagian besar didanai kedua orang tuanya, namun seiring berjalannya waktu tentu semakin menipis. Oleh karena itu mereka berdua juga berupaya untuk menghasilkan uang selama perjalanan seperti mengumpulkan tanaman obat atau berburu hewan atau monster lemah lalu menjualnya ke guild.
Walaupun mereka belum terdaftar secara resmi di guild namun siapa saja bisa menjual barang hasil tangkapan atau buruan walaupun harganya lebih rendah dari mereka yang sudah tergabung secara resmi ke dalam guild, namun paling tidak cukup untuk makan, menginap, dan melakukan perjalanan.
Mereka melakukan hal ini juga semata-mata untuk mencari informasi apakah ada orang lain yang bisa direkrut kedalam party mereka, namun sejauh ini hasilnya Nihil.
Mereka bertiga terus bercakap-cakap dan bertukar kehidupan, mulai dari suatu hal yang paling serius hingga hal yang paling tidak berguna sekalipun mereka bertiga bicarakan, tentu Audrey merahasiakan soal masa lalu apalagi soal rambutnya yang aneh. Audrey pun juga merasa senang karena ini kali pertama ia merasa memiliki teman seumuran yang bisa diajak bercerita, bercanda dan berbagi keluh kesah.
Tak terasa waktu berjalan semakin cepat, hingga siang pun tak terasa. Hari semakin sore dan mereka berdua segera pamitan. mereka bergegas pulang dengan gembira ke penginapan di ibukota, setelah mereka sampai di gerbang dalam kota dengan lelahnya mereka kemudian tersadar, seperti ada hal penting yang mereka berdua lupakan.
“Ah sial...” Hendry mulai panik.
“Ada apa Hen ?” Eliana masih bingung dan belum menyadarinya.
“kita lupa…. kita benar-benar lupa…… semua percakapan yang menyenangkan tadi membuatku lupa….”
“hemmm.. emang ap…..”
“AAAAAAAAAAAA…..” Eliana menyadari apa yang mereka lupakan dan mulai panik.
“Dari semua yang kita bicarakan barusan, kenapa bisa cuma hal itu yang kita lupakan ?”
“Hal terpenting yang menjadi tujuan kita selama ini… kenapa bisa lupa !!!”
Sebenarnya tujuan mereka berdua datang ke rumah Audrey pagi tadi tak lain dan tak bukan adalah ingin mengajaknya bergabung kedalam party, melihat dia merupakan penyihir yang baik dan kuat. disisi lain mereka memiliki firasat bahwa Audrey mau bergabung bersama mereka namun seperti ada halangan yang menghalangi hal itu terjadi dan benar saja.
Setelah beberapa saat mereka akhirnya bangkit dari kekecewaan yang luar biasa dan berjalan kembali ke penginapan seperti orang yang mau mati.
“Sudahlah Hen, lagipula masih ada hari esok.”
“iya… bener kak yang penting kita masih belum menyerah.”
*****
Keesokan harinya.
Sama seperti kemarin hari ini kedua kakak beradik itu kembali berkunjung kerumah Audrey, namun ada hal yang tidak mereka duga sebelum nya. mereka sudah mengetuk pintu selama setengah jam tapi tidak ada respon.
“Kak… Audrey itu Penyihir benar ?”
(Kakaknya mengangguk)
“Juga seorang Pedagang, benar ?”
(Kakaknya mengangguk dua kali)
“Kemarin dia libur kan ?”
(Kakaknya mengangguk tiga kali)
“Berarti sekarang ….”
Kakaknya hampir mengangguk empat kali, namun akhirnya dia menyadari sesuatu dan berteriak.
“BERARTI SEKARANG DIA TIDAK DIRUMAH BENARRR ??”
Adiknya mengangguk namun tiba-tiba kepalan tangan kakaknya mendarat di atas kepala dan membuatnya benjol.
“Kenapa nggak bilang dari tadi…”
Mereka berdua segera kembali ke ibukota, lalu berdasarkan informasi mereka berdua menemui Audrey di tempat yang seharusnya.
“Ah itu dia….”
“Akhirnya… sekarang kami bisa mengutarakan maksud kami yang sebenarnya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Orpmy
semangat Thor 👍
2022-04-08
1