"Ma, dewasa itu seperti apa?" Tanya Dita Pada Ibunya.
"Dewasa itu saat kau sudah mengenal cinta."
"Cinta? Apa itu?"
"Cinta adalah perasaan antara seorang pria dan wanita. Mereka akan menerima dengan tulus, Tidak melihat keburukan pasangannya."
"Sepeti ibu menerima ayah yang punya wanita lain. Ibu bahkan merawat anaknya." Jawab Dita dengan begitu polosnya.
Dita kembali ingat percakapannya dengan Ibunya. Ia meneteskan air matanya, ingatan tentang ibunya adalah satu-satunya hal yang bisa membuatnya menangis.
Tok,, tok,, tok,,,
Terdengar suara pintu yang di ketuk.
Saga langsung keluar dari ruang ganti dan memberikan baju pada Dita.
"Kenakan ini." Kata pria itu lalu keluar membuka pintu.
"Masuk." Katanya lalu menemani ketiga orang itu duduk.
Tamu tersebut adalah Senya, Aran dan dokter yang menangani Dita.
"Dimana Seniorku?" Kata Senya yang cemas.
"Mengganti baju." Jawab Saga dengan tampang bosannya.
Ia kemudian melihat ke arah Aran "Katakan."
"Kami sudah menyelidikinya, yang membawa obat itu adalah Tuan Alex, dia menggunakan jabat tangan bersama Nona Dita untuk menyalurkan virusnya.
"Apa?!" Kata Dita dengan kaget saat ia mendengar penjelasan Aran.
"Senior," Senya langsung menghampiri Dita.
"Aku baik-baik saja " kata Dita lalu ia duduk di sofa.
"Lanjutkan," ucap Dita pada Aran, tapi pria itu tak bergeming sama sekali.
Tentu saja karena Aran hanya mematuhi perkataan Saga.
"Lanjutkan." Kata Saga.
"Jadi,,"
'Bawahan yang setia,' pikir Dita dalam hati melihat pria itu tak mau mendengarkan kata-kata orang lain.
"Jadi dia menggunakan pil suntik untuk menyalurkan virusnya ke dalam tubuh Nona. Jadi sulit untuk mengetahuinya, bahkan saat itu mungkin Nona tidak merasakannya."
Saga langsung menoleh ke arah Dita, terlihat gadis itu hanya diam, sepertinya ia sudah menyadarinya.
"Lanjutkan." Kata Saga pada Asistennya.
"Kami sudah menyelidiki sumbernya. Ini adalah obat yang di beli dari negara Q. Obat ini tidak sembarang diperjual belikan, jadi saat ini kami masih berusaha melacaknya."
"Segera selesaikan masalah ini." Kata Saga yang sudah terlihat sangat menyeramkan.
"Baik Bos." Jawab Aran lalu pria itu meninggalkan tempat itu.
"Sekarang kau percaya kan? Bukan aku yang memberimu obat." Kata Saga sambil menatap gadis yang sedang duduk dengan santai.
"Hmm," jawab Dita sambil tersenyum kecut.
Meski pun bukan Saga yang memberinya obat, tapi pria itu tetap mengambil kesempatan.
'Dia pikir dia akan lolos begitu saja. Lihat nanti, setelah pengaruh obatnya hilang, kau akan menjadi orang selanjutnya yang mati di tanganku!' Kata Dita dalam hati.
"Haha,, sepertinya kau benar-benar tidak percaya." Kata Saga lalu ia menoleh ke arah dokter.
"Jelaskan padanya." Kata Saga.
"Penyakit ini hanya menuju satu jalan, yaitu kematian. Waktu Nona hanya 14 hari, sekarang tinggal 13 hari." Kata Dokter itu.
"13 hari?" Kata Dita yang percaya kalau Saga hanya mengarang saja untuk membela diri karena sudah mengambil kesempatan.
"Ini adalah faktanya. Kemarin nona sudah tidak sadar, dan saat ini Nona mulai membaik Karen Tuan Saga membantu Anda.
Tapi kebutuhan Nona pada hubungan pria dan wanita masih harus di penuhi.
Setiap 1 jam sekali, tapi ini akan semakin berkurang sampai hari terakhir.
Di hari ke 7 gejala kaku akan mulai muncul, Nona akan kesulitan dalam menggerakkan jari Nona."
"Haha,, jadi maksudmu aku akan selalu melakukannya dengan pria ini?!" Kata Dita sambil menatap tajam pada dokter.
"Ya Nona, kemarin kami tidak punya pilihan, Nona terus berteriak dan merontah.
Saya sudah memberi obat penenang, tapi itu tak berguna, hanya Tuan Saga saja yang bisa melakukannya."
"Cih! Lelucon konyol." Kata Dita yang tak percaya.
"Anda bisa memastikannya jika tak percaya, saat ini saya yakin punggung Nona sudah penuh dengan keringat.
Kita sudah duduk di sini selama 30 menit, pakaian Nona pasti sudah basah."
Dita yang sedari tadi menahan kegugupannya kini terpaku melihat dokter di hadapannya.
Memang benar, ia merasakan pakaiannya kini sudah sangat basah.
Padahal AC di ruangan itu di atur dalam suhu yang rendah.
"Senya," kata Dita pada Senya.
"Siapkan kendaraan kita akan pergi dari sini."
"Tapi Senior," Senya sangat takut kalau sampai terjadi apa pun pada Dita.
"Kau membantah lagi! Cepat lakukan, aku bisa mencari penawarnya sendiri." Kata Dita dengan suara dingin.
"Haha,, kau mau pergi? Baiklah, kau boleh pergi. Kita lihat apakah kau bisa menemukan pria yang mau tidur bersama gadis jelek sepertimu!" Kata Saga sambil tertawa mengejek.
"Kau! Jangan memandang dirimu terlalu tinggi!" Kata Dita dengan penuh penekanan.
"Ya, mari kita lihat, kalau kau sudah keluar dari kamar ini, jangan harap masih bisa menemuiku lagi!" Ucap Saga lalu pria itu memainkan anggur di gelasnya.
Dokter yang duduk bersama mereka hanya bisa menahan kegugupannya.
Bagaimana bisa ia terperangkap di antara dua orang yang menakutkan ini?
"Saya,, saya harus pergi sekarang. Permisi." Kata dokter itu dan langsung buru-buru keluar dengan kaki gemetaran nya.
Dua orang di dalam ruangan itu bahkan tak menyadari kepergian dokter, mereka hanya sibuk saling memberikan tatapan peringatan.
"Kau boleh pergi sekarang!" Kata Saga lalu dia berdiri meninggalkan Dita sendirian.
'Lihat saja Dita, kamu akan kembali padaku!' pikir Saga sambil tersenyum.
"Lelaki sialan itu! Aku akan membalas apa yang sudah kau lakukan padaku!" Ucap Dita sambil menggertakkan giginya.
"Senior, semuanya sudah siap," kata Senya yang sudah kembali.
Gadis berperawakan tinggi itu membawa sebuah paper bag berisi baju yang akan dikenakan Dita.
"Ayo pergi," kata Dita lalu ia berjalan bersama Senya.
Mereka segera mencari toilet lalu Senya membantu Dita mengganti pakaiannya.
Sayangnya, baru beberapa langkah mereka keluar dari toilet saat Dita kembali merasakan dorongan aneh dari tubuhnya.
"Hmmm," Dita berusaha menenangkan diri.
"Senior?" Kata Senya dengan panik. Ia sudah tahu hal ini akan terjadi.
"Tidak apa, biarkan aku istirahat sebentar." Kata Dita sembari dibantu Senya bejalan ke arah tempat duduk yang tak jauh dari mereka.
Dita duduk dengan lemah, keringat kembali membasahi pakaian yang baru saja ia ganti.
"Aku akan memanggil dokter." Kata Senya langsung mengambil ponselnya.
"Cepatlah." Kata Dita dengan nafas tersengal.
"Dokter, saya membutuhkan bantuan Anda di hotel M." Kata Senya.
"Maaf, saat ini saya di luar kota."
Senya mematikan panggilan itu dan mencari nomor lain, tapi ia mengurungkan niatnya saat ia melihat Dita sudah lemas, gadis itu berusaha meraba dirinya sendiri.
"Senior," ucap Senya dengan panik.
"Katakan padaku, apa yang kau ketahui tentang obat yang baru saja aku makan!?"
"Itu, Tuan Saga,, saya akan menelpon tuan Saga." Kata Senya.
"Tidak! Cepat panggil ambulans dan bawa aku ke rumah sakit!" Kata Dita berteriak.
"Baik,," jawab Senya langsung memanggil ambulans.
Tapi mereka tak bisa menunggu lama, Dita semakin tersengal, gadis itu kini menyelipkan tangannya sendiri ke dalam bajunya.
"Senior,, kumohon jangan lakukan ini di sini." Kata Senya langsung membopong Dita dan membawanya kembali ke dalam toilet.
"Carikan saja aku pria, ini,, ahhh,, aku tidak tahan lagi!" Kata Dita sembari merangsang tubuhnya sendiri.
"Ba,, baik! Tapi,, apakah Tuan Saga?"
"Ahhh,, terserah! Cepat saja lakukan sialan!!!" Teriak Dita yang sudah keringat dingin menahan dirinya sendiri.
Kesadarannya masih ia miliki, tapi ia sudah tidak bisa mengendalikan tangan dan tubuhnya yang merontah menginginkan lelaki.
'Bagaimana ini? Senior tampak buruk.' Pikir Senya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
sandi
w pantengin pokoknya
2022-05-30
1
💮Aroe🌸
semakin menegangkan di sini😆
2022-04-07
5