malam ini, Rindu akan menemui Erlangga di hotel xxx untuk melunasi utangnya namun Rindu tidak tahu nasib apa yang sedang menantinya.
perasaannya begitu berkecamuk. ingin mundur tapi tidak memiliki kesempatan lagi dan tentunya, ibunya yang akan jadi korban. hanya satu-satunya cara agar dia bisa tenang adalah ikhlas, ikhlas dengan apa yang menantinya di sana.
"dek Kaka berangkat ya, tolong jaga ibu, insya Allah kaka akan kembali secepatnya". ucap rindu kepada sang adik yang sedang duduk di sofa ruma sakit. menikmati cemilan yang masih tersisa begitu banyak. untuk pertama kalinya, setelah sang Ayah meninggal. Andre, bisa merasakan surganya makanan. semogah Andre bisa terus menikmati banyaknya makanan tanpa harus menahan leher karena isi dompet yang tidak memungkinkan.
"baik Kaka, hati-hati dijalan". jawab sang adik sembari menatap Rindu dengan polosnya. menyuapi satu persatu cemilan yang begitu lezat. meskipun Andre menikmatinya, tetapi rindu sama sekali tidak minat dengan makanan-makanan yang berjajar rapi di atas meja.
dalam hati, Rindu merutuki dirinya sendiri karena telah berbohong kepada sang adik, Rindu hanya berdoa, setelah kepergiannya, sang ibu akan baik-baik saja. bukan masalah bagi dirinya untuk berkorban asalkan orang-orang yang dicintainya baik-baik saja. dan tentunya mereka bisa kembali ceria seperti sedia kala. meskipun mustahil, karena Rindu juga ragu akan hal itu.
"aku pergi, kamu baik-baik disini bersama ibu. kalau ada apa-apa, Langsung kabari Kaka. Assalamualaikum". ucap rindu kepada sang adik yang dijawab salam oleh adiknya.
berjalan melewati koridor-koridor yang begitu kokoh dengan nuansa Puti berhiaskan lampu yang begitu terang. meskipun terang, hati dan fikiran rindu begitui suram memelintir tas kecil yang di sematkan di bahunya, guna menghilangkan rasa gugup yang terus menghantam hatinya dan fikiran-fikiran negatif menghantam kepalanya.
di depan Ruma sakit suda ada mobil yang sedang menunggu kedatangan rindu. seorang lelaki berjas hitam telah berdiri di samping pintu penumpang dengan tegap, menyimpangkan tangan di bawah pinggang. rindu merasakan surah yang di bawakan orang tersebut. menyeramkan dan menegangkan. dengan perasaan takut, rindu berjalan dengan pelan. menuju halte yang akan memudahkan nya mendapat tumpangan.
"silahkan masuk nona". ucap arka sembari mambuka pintu mobil untuk Rindu, dengan sangat sopan dan juga sangat hati-hati.
Rindu yang di perlakukan bak tuan putri, sangat kaget. sebab yang dia tahu, orang yang akan di temuanya adalah jalan menuju jurang kematiannya. meskipun tidak pasti tapi rindu sudah memasukan list kejadian-kejadian apa saja yang akan menyambutnya.
"maaf pak, saya tidak mengenal anda". jawab Rindu yang merasa sangat takut. jelas, rindu tidak mengenal lelaki tampan nan rupawan yang kini berada di hadapannya karena sebelumnya, Rindu tidak tahu dan belum pernah bertegur sapa dengan orang tersebut.
"saya asisten pak Erlangga". jawab sang Arka dengan datar. arka paham, gadis belia yang ada di sampingnya, tentu merasa was-was karena tiba-tiba ada orang asing yang tiba-tiba akan membawanya.
"jadi saya mohon kerja samanya agar tak membuat Tuan menunggu lama". sambungnya lagi dengan suara lembut namun terkesan seram.
deg
Rindu hanya bisa menarik nafas dalam-dalam sembari menatap nanar kepada orang yang mengaku sebagai asisten. meskipun takut, tapi rindu harus menurut
"baiklah pak". jawab rindu sembari masuk kedalam mobil.
"terimakasi". sambungnya lagi, sebab perlakuan sang asisten begitu manis menurut nya.
Arka hanya mengangguk tidak berani membalas sebab orang yang berada dibelakang nya adalah calon nyonya Erlangga.
didalam mobil hanya ada keheningan yang tercipta, Rindu tak henti-hentinya berdoa didalam hati agar kematiannya di permudah jika hanya nyawa yang di butuhkan oleh tuan Erlangga untuk membayar untang.
"silahkan turun nona". rindu yang masih melamun belum sadar jika mobil yang membawanya telah sampai didepan gedung yang menjulan tinggi.
"nona". sambung nya lagi
"eh, iya pak, suda sampai yah". jawab rindu sambil menghapus sisa air matanya, dengan jantung yang berpacu dengan hebat, menandakan dia ketakutan. dengan perasaan gugup, rindu memberanikan dirinya untuk keluar dari mobil mewah yang tadi mengantarnya.
setelah berjalan beberapa menit, menaiki lift. akhirnya mereka sampai di depan kamar hotel yang kini terdapat orang yang di dalam telah menunggunya .
cekleak
"silahkan nona, Tuan suda menunggu". ucap sang asisten kepada Rindu. yang suksese membuat nafas rindu berhenti beberapa detik.
"baik pak". jawab Rindu sembari berjalan dengan jantung yang masi sama dan di depannya suda ada laki-laki yang sedang duduk di atas sofa, edang tersenyum misterius kepadanya.
"duduk". perinta Erlangga sembari menepuk-nepuk sopa di sampingnya. yang semakin membuat rindu ketakutan. aurahnya begitu pekat. mata tajam dan suara yang begitu mendominasi.
rindu yang ketakutan lebih mengambil jarak yang agak jauh namun hal itu mampu membuat Erlangga murka, untuk kesekian kalinya perempuan ini menolak setiap kali Erlangga memerintahnya. ini yang Erlangga tidak sukai dari sikap Rindu. harus di paksa dulu baru bisa menurut dan tentunya, Erlangga juga ikut menderita tiap kali melihat ketakutan di wajah perempuan belia di hadapannya.
"aku bilang duduk". masih dengan tepukan ditempat yang sama dan suara agak meninggi.
"maaf tuan, itu terlalu dekat sedangkan kita tidak ada ikatan". ucapannya dengan suara bergetar menahan air mata yang sedikit lagi berseluncur di pipi halusnya.
Erlangga yang mendapat jawaban seperti itu, bersorak dalam hatinya sebab sudah menemukan jalan untuk mengikat rindu.
"aku tidak butuh ceramah, cepat duduk disini". ucapnya dengan suara meninggi.
"Maaf tuan, kita bukan muhrim". ucap rindu yang sudah tidak mampu menahan air matanya, Erlangga yang melihat itu ingin sekali mendekatinya dan menghapus air matanya.
bukankah Erlangga sudah berjanji kepada dirinya, tidak akan ada lagi air mata kesediha jika dia berhasil memiliki gadisnya.
"jika tuan berkenan, tuan harus menikahi saya dulu". sambung rindu lagi dengan suara ketakutan, Erlangga yang mendapat lampu hijau tidak menyia-nyiakan momen tersebut.
"baiklah, malam ini kita akan menika". jawab Erlangga yang langsung menerima lamaran dadakan tanpa ada pertanyaan langsung.
eE!. ucap rindu dengan mata membulat namun Erlangga tidak memperdulikannya
"Arka, bawa penghulu kekamarku, 20 menit dari sekarang harus ada". suara perinta Erlangga sangat jelas di telinga Rindu, membuat jantungnya sedikit lagi akan lompat keluar karena keputusan dadakan yang di ambil membuatnya terjebak dengan pernikahan sang pria arogan.
namun Rindu tidak bisa berbuat apa-apa setidaknya dia aman dari perbuatan zina yang akan di lakukan oleh lelaki didepannya yang tak henti-hentinya memberikan tatapan mengintimidasi.
dan Erlangga yang melihat ketakutan Rindu, hanya bisa menarik nafas dalam-dalam sebab dia sendiri sangat suka dengan ketakutan orang-orang setiap melihat dirinya namun tidak dengan Gadisnya.
cekleat
setelah menunggu beberapa lama, akhirnya penghulu datang juga.
"nikahkan saya malam ini dengan gadis yang ada di sebelah saya". perinta Erlangga yang tidak mau basa basi lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Layla Mulhayati
lanjut
2022-05-14
1