CS1 OSPEK Hari Pertama

"Anjani, sudah ketemu! Hahaha!" ujar Paman Sam. Dia tertawa lepas sambil menenteng sepatu hitam sebelah kiri milik Anjani.

Pagi itu rumah Paman Sam heboh. Sejak satu jam lalu Anjani mengaku telah kehilangan sepatu hitam sebelah kiri miliknya. Padahal sepatu hitam itu akan dipakai untuk OSPEK selama tiga hari ke depan. Anjani bukan tidak ingat di mana meletakkan sepatunya. Hanya saja, sepatu hitam sebelah kiri miliknya itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Padahal malam sebelumnya Anjani telah menyiapkannya.

Paman Sam sampai mengerahkan tetangga yang sedang berbelanja di warungnya untuk ikut mencari sepatu milik Anjani. Sudah ada lima orang yang berhasil diajak oleh Paman Sam untuk ikut mencari. Akan tetapi, justru Paman Sam-lah yang menemukan pasangan sepatu milik Anjani yang hilang. Sepatu itu ada di dalam kandang ayam peliharaan Anjani, Miko si ayam jantan.

"Kukuruyuuk!"

"Lain kali kau belikan satu untuk si Miko. Biar dia tak iri sama sepatu kau. Nih, pakai sepatu dan cepat berangkat!" suruh Paman Sam agar Anjani segera berangkat.

"Tapi aku sudah telat sepuluh menit, Paman. Kalau naik angkot bisa-bisa sampai sana telatnya sudah satu jam." Anjani kebingungan.

"Hei, Parto. Gantikan aku di warung sebentar, ya. Aku mau ngantar Anjani, nih. Ingat, yang jujur, ya. Nanti kau kukasih bonus." Paman Sam meminta tolong pada salah satu tetangga dekat rumah untuk menjaga warungnya. "Hei, Johan. Motor kau sudah panas kan itu. Sini aku pinjam. Motor aku belum panas di dalam. Nanti juga kukasih bonus kau." Paman Sam kembali meminta tolong untuk dipinjami motor. Dan .... Semua bersedia, karena sebenarnya mereka itu adalah mantan anak buah Paman Sam.

Anjani telah siap dengan atasan putih, bawahan hitam, juga sepatu hitam yang pasangannya telah ditemukan. Yang terpenting dari semua itu adalah tas ransel hasil kreasi dari kardus bekas bertemakan daur ulang. Tas kardus tersebut diwajibkan bagi setiap mahasiswa baru selama mengikuti OSPEK.

Paman Sam melajukan motor dengan kecepatan maksimal. Dia terlihat lihai dalam mengemudi, bahkan tidak merasa was-was saat harus menyalip kendaraan lain. Paman Sam memang tidak khawatir sama sekali, tapi yang dibonceng berkali-kali teriak karena merasa sedang uji nyali. Anjani berkali-kali teriak, bahkan sudah berulang kali pula dia mengingatkan pamannya untuk mengurangi laju kendaraan. Namun, peringatan itu sama sekali tidak dihiraukan.

"Paman, turun di sini saja." Anjani menepuk-nepuk bahu pamannya agar berhenti.

"He? Kenapa pula berhenti di sini? Dikit lagi nyampek di depan gedung. Sekalian paman jelasin alasan kau terlambat. Biar nggak kena hukum," jelas Paman Sam sesaat setelah motor berhenti.

"Serahkan padaku. Sampai ketemu sore nanti. Terima kasih, Paman." Anjani bergegas turun dari motor, kemudian berlari menuju gedungnya.

Di depan gedung sudah berdiri beberapa mahasiswa senior. Ada lima mahasiswa, dan semuanya memakai jas almamater serta id card bertali kuning. Anjani terus berlari tanpa peduli lagi dengan hukuman yang mungkin sudah menunggunya di depan gedung sana.

Sampai di depan gedung, Anjani berhenti dan mencoba mengatur nafasnya. Anjani memandang satu per satu mahasiswa senior yang memakai id card bertuliskan 'komisi kedisiplinan'. Tidak ada satu pun dari mereka yang menampakkan wajah ramah. Hanya Anjani saja yang tersenyum di depan gedung itu. Sesaat setelahnya, Anjani pun meminta maaf atas keterlambatannya.

"Nama lengkap!" ujar salah satu mahasiswa senior dengan nada tegas.

"Siap. Adinda Dewi Anjani." Anjani mencoba bersikap tegap dan dengan lantang menyebutkan namanya.

"Alasan terlambat!" ujar mahasiswa senior lainnya.

"Kehilangan sepatu sebelah kiri," kata Anjani mencoba jujur dengan tetap bersuara lantang.

"Memakai alasan drama cinderella rupanya," kata mahasiswa senior lainnya.

"Peringatan pertama kategori kedisiplinan. Konsekuensi yang harus dilaksanakan hari ini, menghafal lima nama ruangan di gedung ini dan mendapatkan lima tanda tangan mahasiswa senior. Semua tugas harus terpenuhi sebelum waktu pulang, dan harus melaporkannya kepada salah satu komisi kedisiplinan." Kini giliran mahasiswa senior yang berdiri paling ujung menyebutkan konsekuensi atas keterlambatan Anjani.

Anjani tidak mengeluh dengan konsekuensi yang diberikan. Dia pun melangkah masuk ke dalam gedung untuk bergabung mengikuti kegiatan OSPEK bersama mahasiswa baru lainnya. Dia ditemani salah satu mahasiswa senior yang tadi berdiri di depan gedung.

Baru beberapa langkah, Anjani melihat sosok yang sangat dikenalnya. Anjani berpapasan dengan Mario. Untuk sesaat, keduanya bertemu pandang. Mario mengenakan jas almamater seperti mahasiswa senior lainnya. Anjani jelas penasaran dengan apa yang dilihatnya. Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk bertanya.

Mahasiswa senior mengantarkan Anjani ke salah satu ruangan. Di sana telah berkumpul teman-teman mahasiswa baru lainnya. Rupanya di dalam sana sedang berlangsung game berkelompok. Dari teriakan dan wajah ceria di sana, terlihat mereka menikmati game yang ada.

Anjani tidak terlalu menjadi sorotan atas keterlambatannya. Hanya beberapa mahasiswa saja yang sempat melirik memperhatikan. Di sisi kanan ruangan terlihat Meli bersama kelompoknya. Dia melambaikan tangan ke arah Anjani, tentu saja dengan ekspresi wajah bahagia. Di sisi lain, Anjani melihat Juno. Dia terlihat menyemangati anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tantangan membuat menara sedotan. Melihat semua itu, tentu saja Anjani bersemangat untuk segera bergabung dengan mereka. Namun, keinginan itu sepertinya harus ditunda.

Mahasiswa senior yang mengantar Anjani selesai berdiskusi dengan mahasiswa senior yang bertugas dalam game yang sedang berlangsung. Rupanya Anjani tidak diizinkan hingga konsekuensinya selesai. Selang beberapa saat, Anjani diberi kesempatan selama tiga puluh menit untuk menghafal lima nama ruangan dan meminta lima tanda tangan dari mahasiswa senior. Anjani pun bergegas. Sebelum itu dia menyempatkan diri mengepalkan tangan ke arah Meli, tanda memberi semangat.

Misi pertama, Anjani berlarian kecil di sepanjang koridor. Dia memperhatikan setiap ruangan yang dilewatinya kemudian menghafal nama ruangan tersebut. Tidak sulit untuk menyelesaikan misi yang pertama. Kurang dari sepuluh menit, Anjani telah menghafal lima nama ruangan di gedung tersebut.

Misi kedua, Anjani kembali berlarian kecil. Kali ini dia mencari mahasiswa senior yang memakai id card bertali kuning. Setiap melihat ada mahasiswa senior, Anjani berhenti dan dengan sopan meminta tanda tangan. Akan tetapi, tidak semua mau memberi tanda tangan. Ada pula yang bersedia, tapi bersyarat dengan meminta Anjani membuat yel-yel singkat. Sejauh ini Anjani telah berhasil mendapat tiga tanda tangan. Kurang dua lagi, padahal waktu tinggal sepuluh menit lagi.

Anjani terus berjalan ke sana-sini, demi mencari mahasiswa senior yang mau memberinya tanda tangan. Hingga tanpa sengaja, dia berpapasan dengan pelanggan buket bunga yang dikenalnya. Itu Ken.

"Hei, sedang dihukum ya?" tanya Ken.

"Kamu ternyata mahasiswa di sini juga?" tanya Anjani dengan ekspresi kaget.

"Tepat sekali. Aku seniormu. Panggil saja aku ...."

"Kak, mohon bantuannya. Saya izin minta tanda tangan." Anjani tiba-tiba memotong ucapan Ken dan menyodorkan kertas serta bolpoin.

"Ahaha, baiklah. Ini .... Sudah. Semangat!" ujar Ken memberi semangat kepada Anjani.

"Terima kasih, Kak Ken. Saya permisi." Anjani berterima kasih, kemudian bergegas mencari mahasiswa senior lainnya.

Anjani terlihat berlarian kecil mencari keberadaan mahasiswa senior, entah di mana mereka berada. Kalaupun berpapasan tidak selalu bersedia memberi tanda tangan. Hingga tiga puluh menit yang diberikan pun habis, Anjani tidak bisa menyelesaikan misi yang kedua.

Anjani berjalan menuju mahasiswa senior yang tadi memberi tenggat waktu untuknya. Ternyata di sana sudah berkumpul lima mahasiswa senior yang menyebut diri mereka sebagai komisi kedisiplinan. Anjani sempat gentar, tapi dia mencoba tetap memberanikan diri. Apalagi, di saat game kelompok masih berlangsung, Anjani melihat Meli berulang kali menyemangatinya dengan mengepalkan tangan kanan ke atas.

Di depan mahasiswa-mahasiswa senior yang menunggunya, Anjani menyebutkan lima nama ruangan yang telah dihafalkan, bahkan lebih. Sukses, Anjani mendapat satu acungan jempol dari salah satu mahasiswa senior. Melihat itu, perasaan Anjani sedikit lega karena usahanya dihargai. Namun, kelegaan itu tidak berlangsung lama.

"Kenapa kurang satu? Bukankah kamu melihat ada banyak sekali mahasiswa senior di sekitar sini?" Salah satu mahasiswa senior mulai berkomentar karena melihat kertas yang disodorkan Anjani kurang satu tanda tangan. Dia mahasiswa senior yang tadi pagi mengira Anjani sedang beralasan drama cinderella.

"Maaf, Kak. Memang banyak sekali mahasiswa senior, tapi tidak banyak yang bersedia memberi tanda tangan." Anjani berani menanggapi komentar tadi.

"Berani beralasan lagi kamu, ya?" protes mahasiswa senior yang sama seolah sedang berusaha menyudutkan Anjani.

"Maaf, Kak. Memang demikian adanya." Anjani kembali berani menanggapi komentar mahasiswa seniornya.

"Kalau begitu hukumanku ditambah menjadi ...."

Kalimat itu terhenti. Mario datang menghampiri Anjani. Dia mengambil kertas berisi tanda tangan, kemudian sukarela memberi tanda tangan kelima. Selesai. Mario menyerahkan kertas tanda tangan itu kembali ke mahasiswa senior yang merupakan temannya satu angkatan. Melihat itu, komisi kedisiplinan lainnya terheran dengan sikap Mario.

"Silakan bergabung dengan kelompokmu. Di sana yang memakai pita biru," kata Mario sambil menunjuk satu kelompok yang tidak jauh dari kelompok Meli berada.

Sekilas, Anjani melihat tulisan pada id card yang dipakai Mario. Tertulis di sana 'wakil ketua pelaksana'. Saat itu juga Anjani tahu bahwa Mario adalah seniornya.

"Te ... terima kasih, Kak." Anjani berkata dengan sedikit terbata, kemudian bergegas menuju kelompoknya.

"Hei, apa-apaan sih, kamu?" protes salah satu teman Mario yang berada di komisi kedisiplinan.

"Tidak perlu mempersulit junior di saat mereka telah menunjukkan usahanya. Aku permisi!" tegas Mario.

"Huh, gemes banget. Dia selalu seperti itu. Tapi tetap saja kelihatan keren. Uh!" komentar salah satu teman Mario, mahasiswa perempuan yang tergabung dalam komisi kedisiplinan.

***

Terlepas dari hukuman tambahan, tentu saja membuat Anjani senang. Dia meminta izin kepada mahasiswa senior yang memandu game, kemudian bergegas menuju kelompoknya.

"Namaku Anjani. Salam kenal," sapa Anjani mencoba ramah dengan teman-teman barunya.

"Hai Anjani, perkenalkan namaku Dika, ketua kelompok di sini. Kuperkenalkan kau dengan teman satu kelompok ya."

Dika, dia adalah ketua di kelompok Anjani. Dika berkacamata, dan memiliki tanda khas di bagian bawah bibirnya. Sepertinya itu semacam tompel, tapi berukuran kecil. Dika memiliki postur tubuh yang hampir sama dengan Meli. Saat Anjani berdiri di sebelahnya, Dika terlihat sedikit kurang PD karena terlihat jelas lebih tinggi Anjani. Namun, di luar itu semua Dika memiliki senyum yang manis dengan deretan gigi-gigi putihnya.

"Kuperkenalkan dari sebelah kiri. Jihan, Restu, Siska, Rani, Beti, dan ada satu lagi namanya Berlian. Dia masih menyelesaikan hukuman. Itu dia, di sana." Dika menunjuk ke sudut belakang ruangan.

Anjani melihatnya. Teman satu kelompok yang dimaksud Dika adalah gadis tempo hari. Gadis yang saat itu tidak sengaja tersenggol saat berpapasan dengan Anjani. Gadis itu pula yang sempat melontarkan kata-kata yang kurang enak didengar.

Dari tempat Anjani berdiri, terlihat jelas bahwa Berlian adalah gadis yang cantik. Dia memiliki rambut bergelombang yang indah. Meskipun sama-sama memakai atasan putih dan bawahan hitam, terlihat jelas bahwa Berlian memiliki gaya berpakaian yang modis. Warna pakaian memang sama, tapi model dan keserasian dengan tubuhnya berbeda dari mahasiswa baru lainnya.

"Ternyata namanya Berlian. Kalau boleh tau, kenapa sampai bisa dihukum?" tanya Anjani terlihat penasaran.

"Dia tadi sedikit curang saat game berlangsung, tapi anaknya asyik, kok." Jihan, salah satu teman kelompok Anjani menanggapi.

Asyik? Benarkah? Anjani bertanya-tanya tentang pengakuan salah satu teman kelompoknya. Dan ... rupanya dugaan Anjani benar. Saat Berlian bergabung, jelas dia menampakkan wajah kurang suka dengan Anjani. Sikap itu hanya ditujukan pada Anjani, dan sungguh jauh berbeda saat berinteraksi dengan teman lainnya.

Apa salahku? batin Anjani menyeru tanya.

Kegiatan OSPEK selanjutnya berlangsung lebih seru. Banyak sekali kegiatan menarik yang telah dirancang untuk mahasiswa baru. Secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan yang ada akan bisa dinikmati jika tidak melanggar kedisiplinan. Bagi Anjani, dia optimis bisa menyikapi segala kemungkinan, termasuk sikap Berlian terhadapnya.

"Perhatian para mahasiswa baru, besok jangan lupa tetap membawa kreasi tas kardus kalian. Boleh juga ditambah kreasi lainnya. Ingat, kreasi terbaik akan mendapat hadiah saat acara penutupan OSPEK. Selamat beristirahat, dan sampai jumpa di kegiatan besok." Salah satu mahasiswa senior menyemangati juniornya sambil menutup kegiatan OSPEK hari pertama.

***

Di perjalanan pulang, Anjani dan Meli saling bercerita tentang OSPEK hari pertama. Anjani yang lebih banyak bercerita tentang hukuman yang didapatkan olehnya karena terlambat datang. Anjani juga bercerita tentang pertemuannya dengan Ken dan Mario, yang baru diketahui pula oleh Meli kalau mereka adalah senior di jurusan yang sama.

"Anjani, gadis yang satu kelompok denganmu itu ...."

"Sudah tahu, Mel. Namanya Berlian. Hah, ternyata kita satu angkatan dengan dia."

"Kamu baik-baik saja?" tanya Meli sedikit khawatir.

"Tenang saja. Ada kamu yang pasti belain aku," tutur Anjani sambil sedikit menggoda Meli.

"Ahaha, tenang saja. Itu sudah pasti. Yuk, mampir bakso dulu!" ajak Meli.

"Oke."

***

Di parkiran motor, beberapa menit setelah acara OSPEK selesai.

Juno terlihat menunggu dua senior kebanggaannya, Ken dan Mario. Sesekali dia membenahi gaya rambutnya. Kaca spion motor menjadi teman setia. Beberapa teman perempuan seangkatan Juno terlihat banyak yang menyapanya.

"Sepertinya prediksi Mas Ken benar ini. Ah! Tidak kusangka bisa jadi idola seperti ini." Juno membanggakan diri di depan kaca spion motor.

"Idola baru, hei!" ujar Ken sambil menepuk bahu Juno hingga sukses mengagetkan dia. "Juno, hari ini Mario sudah menyelamatkan Bunga-mu," kata Ken mulai menggoda Juno.

"Beneran, Mas?" tanya Juno semakin penasaran dengan jalan ceritanya.

"Besok jangan sampai terlambat seperti Anjani hari ini. Dan ... tidak perlu berterima kasih. Aku sudah terbiasa datang sebagai pahlawan," jelas Mario. Dia mengatakan hal yang tidak biasa tentang kepahlawanannya. Mungkin niatnya bercanda, tapi baik Ken ataupun Juno tidak ada yang tertawa karena nada bicara Mario begitu datar.

Krik krik krik

"Lupakan, ayo kita pulang!" ajak Mario kemudian.

***

Bersambung di update selanjutnya, ya. Dukung author dengan cara like dan tinggalkan jejak komentar di bawah. See You.

Terpopuler

Comments

pelangi21

pelangi21

baca cerita ini bikin saya ingat masa kuliah 😎😎😎😎

2020-06-22

1

Rabaniyasa

Rabaniyasa

uhh yang namanya ospek sungguh melelahkan 😣

2020-06-06

1

Lost

Lost

Thor keren, aku mampir lagi ya 🥰🥰🥰

2020-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 CS1 Perkenalan
2 CS1 Pertemuan Baru
3 CS1 Untuk Saat Ini
4 CS1 Tentang Bunga
5 CS1 Peduli
6 CS1 Rindu
7 CS1 Menikmati Hari
8 CS1 Tidak Terduga
9 CS1 Belum Untuk Saat Ini
10 CS1 Masa Kuliah Baru Dimulai
11 CS1 Seratus Satu Mawar Putih
12 CS1 OSPEK Hari Pertama
13 CS1 OSPEK Hari Kedua
14 CS1 OSPEK Hari Ketiga
15 CS1 At Cafe
16 CS1 Meleleh
17 CS1 Misteri
18 CS1 Mengenal Lebih
19 CS1 Cinta Buta?
20 CS1 Kejutan dari Juno
21 CS1 Adu Tantangan
22 CS1 Menguntit (part 1)
23 CS1 Menguntit (part 2)
24 CS1 Tawaran untuk Mario
25 CS1 Kencan
26 CS1 Bodyguard
27 CS1 Minggu Pagi (part 1)
28 CS1 Minggu Pagi (part 2)
29 CS1 Petunjuk Menuju Rumah Mario
30 CS1 Kecewa
31 CS1 Mawar Putih Pengobat Hati
32 CS1 Tutor Terakhir Bersama Mario
33 CS1 Pembuktian
34 CS1 Penolakan Beruntun
35 CS1 Di Rumah Mario
36 CS1 Di Rumah Anjani
37 CS1 Rencana Perdamaian
38 CS1 Maaf
39 CS1 Sebuah Rencana
40 CS1 Bule Cantik
41 CS1 Panik
42 CS1 Titik Terang
43 CS1 Misi Selesai
44 CS1 Yuk, Liburan!
45 CS1 Sampai di Desa
46 CS1 Prank Lumpur Sawah
47 CS1 Ayunan Pohon Kersen
48 CS1 Melukis Senyum Bulan Sabit
49 CS1 Bertamu Pagi-pagi
50 CS1 Jebur!
51 CS1 Pelukan
52 CS1 Kopi dan Pelampiasan
53 CS1 Rencana Balik ke Kota
54 CS1 Eh, Jangan Asal Sentuh!
55 CS1 Sogokan
56 CS1 Celengan Rindu
57 CS1 Peresmian Anak Perusahaan
58 CS1 Merasa Bodoh
59 CS1 Menjaga Jarak
60 CS1 Janji Temu
61 CS1 Ungkapan Cinta
62 CS1 Tunggu Aku Malam Ini
63 CS1 Mari Bersaing!
64 CS1 Hai Manis
65 CS1 Melamar
66 CS1 Hadirmu Melengkapiku
67 CS1 Kata Bijak Dosenku
68 CS1 Tiga Hari Lagi
69 CS1 Perkenalkan, Dosen Baru
70 CS1 Cinta dan Rasa Kecewa
71 CS1 Khawatir
72 CS1 Tentang Hati Yang Bahagia dan Hati Yang Merana
73 CS1 Kerja Sama
74 CS1 Gelisah
75 CS1 Keputusan Anjani
76 CS1 Tumpah Juga
77 CS1 Butuh Waktu
78 CS1 Dika
79 CS1 Kosong
80 CS1 Berniat Hijrah
81 CS1 Terbongkar
82 CS1 Mencoba Terbiasa
83 CS1 Tampil Beda
84 CS1 Diperhatikan dan Memperhatikan
85 CS1 Bagian dari Takdir-Mu
86 CS1 Kembali Berdebar
87 CS1 Tenang Saja
88 CS1 Sore Hari Itu, Bertemu
89 CS1 Bahagia
90 CS1 Lebih Baik Putus
91 CS1 Siapakah Jodohku?
92 CS1 Ada Bidadari
93 CS1 Menduga-duga
94 CS1 Gagal Bertanya
95 CS1 List Pasangan
96 CS1 Pilih Aku atau Dia
97 CS1 Obrolan Sore Hari
98 CS1 Di Kala Hujan
99 CS1 Di Kala Hujan (part 2)
100 CS1 Curhatan dan Penjelasan
101 CS1 Kode Cinta dari Mario
102 CS1 Sikap yang Berubah-ubah
103 CS1 Traktiran Mie Ayam
104 CS1 (Bukan) Menculik
105 CS1 Tamu Tak Terduga
106 CS1 Cowok-Cewek Sahabatan?
107 CS1 Meli Datang dari Jogja
108 CS1 Hadiah
109 CS1 Pintu Rahasia
110 CS1 Senang Seharian (1)
111 CS1 Senang Seharian (2)
112 CS1 Senang Seharian (3)
113 CS1 Anjani dan Meli ke Jogja
114 CS1 Kedatangan Mama Alenna
115 CS1 Ken di Rumah Mario
116 CS1 Kehangatan di Meja Makan
117 CS1 Modus Dikit
118 CS1 Pertanyaan Yang Telah Lama Terpendam
119 CS1 Obrolan di Sepertiga Malam
120 CS1 Datang dari Jogja
121 CS1 Mulai Meminta Restu
122 CS1 Masih Menanti Restu Ayah
123 CS1 Meyakinkan Sang Ayah
124 CS1 ViCall Azka
125 CS1 Bersiap untuk Lamaran
126 CS1 Lamaran Azka-Meli
127 CS1 Lelaki di Atas Motor itu ....
128 CS1 Persiapan Menuju Halal
129 CS1 Pengakuan Dika
130 CS1 Ruko Sepatu
131 CS1 Otewe SAH
132 CS1 SAH
133 CS1 Doa untuk Suamiku
134 CS1 Dua Pria Baru
135 CS1 Anjani Sakit
136 CS1 Ada Apa dengan Anjani?
137 CS1 Akibat Sikap Aneh Anjani
138 CS1 Niat Baik Mario Tersampaikan
139 CS1 Sikap Rangga
140 CS1 Semakin Dekat dengan Rangga
141 CS1 Perasaan Yang Tersampaikan
142 CS1 Aku Mencintaimu, Mario
143 CS1 Cepetan Nikah
144 CS1 Jalan Yang Dilapangkan
145 CS1 Mengobati Luka Masa Lalu
146 CS1 Rangga dan Alenna
147 CS1 Meli Kembali
148 PENGUMUMAN
149 CS1 Cek CCTV
150 CS1 Menggagalkan
151 CS1 Selangkah Lagi
152 CS1 Menuju Big Day Mario-Anjani
153 CS1 Big Day Mario-Anjani
154 CS1 Double MP
155 CS1 Ups, Gangguan Datang!
156 CS1 Gangguan Pengantin Baru
157 CS1 Kekhawatiran Mario
158 CS1 Rencana untuk Rangga-Alenna
159 CS1 Skandal di Tengah Masalah
160 CS1 Percaya
161 CS1 Siapa Dalangnya?
162 CS1 Si Dalang
163 CS1 Balasan Baik
164 CS1 Definisikan Sendiri
165 CS1 Mengharap Buah Hati
166 CS1 Gawat
167 CS1 Usaha Anjani
168 CS1 Tinggal di Jakarta
169 Bonus Part
170 Season 2, Ready!
171 Novel Baru
172 Salam Sapa
173 Cuplikan Novel Baru
174 Pengumuman - Dukung Karya Author
Episodes

Updated 174 Episodes

1
CS1 Perkenalan
2
CS1 Pertemuan Baru
3
CS1 Untuk Saat Ini
4
CS1 Tentang Bunga
5
CS1 Peduli
6
CS1 Rindu
7
CS1 Menikmati Hari
8
CS1 Tidak Terduga
9
CS1 Belum Untuk Saat Ini
10
CS1 Masa Kuliah Baru Dimulai
11
CS1 Seratus Satu Mawar Putih
12
CS1 OSPEK Hari Pertama
13
CS1 OSPEK Hari Kedua
14
CS1 OSPEK Hari Ketiga
15
CS1 At Cafe
16
CS1 Meleleh
17
CS1 Misteri
18
CS1 Mengenal Lebih
19
CS1 Cinta Buta?
20
CS1 Kejutan dari Juno
21
CS1 Adu Tantangan
22
CS1 Menguntit (part 1)
23
CS1 Menguntit (part 2)
24
CS1 Tawaran untuk Mario
25
CS1 Kencan
26
CS1 Bodyguard
27
CS1 Minggu Pagi (part 1)
28
CS1 Minggu Pagi (part 2)
29
CS1 Petunjuk Menuju Rumah Mario
30
CS1 Kecewa
31
CS1 Mawar Putih Pengobat Hati
32
CS1 Tutor Terakhir Bersama Mario
33
CS1 Pembuktian
34
CS1 Penolakan Beruntun
35
CS1 Di Rumah Mario
36
CS1 Di Rumah Anjani
37
CS1 Rencana Perdamaian
38
CS1 Maaf
39
CS1 Sebuah Rencana
40
CS1 Bule Cantik
41
CS1 Panik
42
CS1 Titik Terang
43
CS1 Misi Selesai
44
CS1 Yuk, Liburan!
45
CS1 Sampai di Desa
46
CS1 Prank Lumpur Sawah
47
CS1 Ayunan Pohon Kersen
48
CS1 Melukis Senyum Bulan Sabit
49
CS1 Bertamu Pagi-pagi
50
CS1 Jebur!
51
CS1 Pelukan
52
CS1 Kopi dan Pelampiasan
53
CS1 Rencana Balik ke Kota
54
CS1 Eh, Jangan Asal Sentuh!
55
CS1 Sogokan
56
CS1 Celengan Rindu
57
CS1 Peresmian Anak Perusahaan
58
CS1 Merasa Bodoh
59
CS1 Menjaga Jarak
60
CS1 Janji Temu
61
CS1 Ungkapan Cinta
62
CS1 Tunggu Aku Malam Ini
63
CS1 Mari Bersaing!
64
CS1 Hai Manis
65
CS1 Melamar
66
CS1 Hadirmu Melengkapiku
67
CS1 Kata Bijak Dosenku
68
CS1 Tiga Hari Lagi
69
CS1 Perkenalkan, Dosen Baru
70
CS1 Cinta dan Rasa Kecewa
71
CS1 Khawatir
72
CS1 Tentang Hati Yang Bahagia dan Hati Yang Merana
73
CS1 Kerja Sama
74
CS1 Gelisah
75
CS1 Keputusan Anjani
76
CS1 Tumpah Juga
77
CS1 Butuh Waktu
78
CS1 Dika
79
CS1 Kosong
80
CS1 Berniat Hijrah
81
CS1 Terbongkar
82
CS1 Mencoba Terbiasa
83
CS1 Tampil Beda
84
CS1 Diperhatikan dan Memperhatikan
85
CS1 Bagian dari Takdir-Mu
86
CS1 Kembali Berdebar
87
CS1 Tenang Saja
88
CS1 Sore Hari Itu, Bertemu
89
CS1 Bahagia
90
CS1 Lebih Baik Putus
91
CS1 Siapakah Jodohku?
92
CS1 Ada Bidadari
93
CS1 Menduga-duga
94
CS1 Gagal Bertanya
95
CS1 List Pasangan
96
CS1 Pilih Aku atau Dia
97
CS1 Obrolan Sore Hari
98
CS1 Di Kala Hujan
99
CS1 Di Kala Hujan (part 2)
100
CS1 Curhatan dan Penjelasan
101
CS1 Kode Cinta dari Mario
102
CS1 Sikap yang Berubah-ubah
103
CS1 Traktiran Mie Ayam
104
CS1 (Bukan) Menculik
105
CS1 Tamu Tak Terduga
106
CS1 Cowok-Cewek Sahabatan?
107
CS1 Meli Datang dari Jogja
108
CS1 Hadiah
109
CS1 Pintu Rahasia
110
CS1 Senang Seharian (1)
111
CS1 Senang Seharian (2)
112
CS1 Senang Seharian (3)
113
CS1 Anjani dan Meli ke Jogja
114
CS1 Kedatangan Mama Alenna
115
CS1 Ken di Rumah Mario
116
CS1 Kehangatan di Meja Makan
117
CS1 Modus Dikit
118
CS1 Pertanyaan Yang Telah Lama Terpendam
119
CS1 Obrolan di Sepertiga Malam
120
CS1 Datang dari Jogja
121
CS1 Mulai Meminta Restu
122
CS1 Masih Menanti Restu Ayah
123
CS1 Meyakinkan Sang Ayah
124
CS1 ViCall Azka
125
CS1 Bersiap untuk Lamaran
126
CS1 Lamaran Azka-Meli
127
CS1 Lelaki di Atas Motor itu ....
128
CS1 Persiapan Menuju Halal
129
CS1 Pengakuan Dika
130
CS1 Ruko Sepatu
131
CS1 Otewe SAH
132
CS1 SAH
133
CS1 Doa untuk Suamiku
134
CS1 Dua Pria Baru
135
CS1 Anjani Sakit
136
CS1 Ada Apa dengan Anjani?
137
CS1 Akibat Sikap Aneh Anjani
138
CS1 Niat Baik Mario Tersampaikan
139
CS1 Sikap Rangga
140
CS1 Semakin Dekat dengan Rangga
141
CS1 Perasaan Yang Tersampaikan
142
CS1 Aku Mencintaimu, Mario
143
CS1 Cepetan Nikah
144
CS1 Jalan Yang Dilapangkan
145
CS1 Mengobati Luka Masa Lalu
146
CS1 Rangga dan Alenna
147
CS1 Meli Kembali
148
PENGUMUMAN
149
CS1 Cek CCTV
150
CS1 Menggagalkan
151
CS1 Selangkah Lagi
152
CS1 Menuju Big Day Mario-Anjani
153
CS1 Big Day Mario-Anjani
154
CS1 Double MP
155
CS1 Ups, Gangguan Datang!
156
CS1 Gangguan Pengantin Baru
157
CS1 Kekhawatiran Mario
158
CS1 Rencana untuk Rangga-Alenna
159
CS1 Skandal di Tengah Masalah
160
CS1 Percaya
161
CS1 Siapa Dalangnya?
162
CS1 Si Dalang
163
CS1 Balasan Baik
164
CS1 Definisikan Sendiri
165
CS1 Mengharap Buah Hati
166
CS1 Gawat
167
CS1 Usaha Anjani
168
CS1 Tinggal di Jakarta
169
Bonus Part
170
Season 2, Ready!
171
Novel Baru
172
Salam Sapa
173
Cuplikan Novel Baru
174
Pengumuman - Dukung Karya Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!