Bik Atun kini hanya menangis dengan pasrah, dia tidak tau lagi harus menolong Syalu dengan cara apa. Sekarang nasib nya pun di ujung tanduk, Rico memperlakukan nya seperti bintang. Sedikitpun Rico tak menaruh rasa iba, padahal Bik Atun lah yang merawat nya sejak kecil hingga dewasa. Karena kedua orang tua Rico sibuk dengan bisnis nya, jadi jarang ada waktu untuk menemani Rico di rumah.
"Den lepasin bibik den." Pinta bik Atun dengan iba.
"Bibik udah bikin saya pusing, jadi buat apa Rico lepasin bibik." Ucap Rico.
"Bibik mohon den, tangan bibik sakit den." Keluh bik Atun.
Dengan menyeringai Rico mendekati tubuh paru baya itu, dan mecengkram dagu bik Atun.
"Rico akan lepasin bibik dengan satu syarat." Ucap Rico.
"A... apa den?" tanya bik Atun tergagap.
"Jangan pernah bicara apapun tentang masalah yang bibik liat tadi, ke siapapun termasuk mama dan papa." Lanjut Rico.
"Tapi den, kalau tuan dan nyonya nanyain non Syalu gimana? kalau orang tua Syalu datang kesini dan menanyakan non Syalu gimana?" tanya bik Atun bingung.
"Bilang saja bibik nggak tau, karena bibik sibuk didapur atau bilang saja dia pergi kerumah orang tua nya." Jelas Rico.
"Tapi kalau orang tua non Syalu kesini gimana den."Tanya bik atun lagi.
" Biar itu menjadi urusan Rico, Rico akan bilang kalau kita mau pergi bulan madu, lagian nggak mungkin orang tua nya datang tanpa memberi kabar."Pungkas Rico.
Bik Atun hanya tertunduk menangis meratapi nasib buruk Syalu, sungguh tega Rico pada isitrinya sendiri, demi uang Rico tega menjual istrinya pada laki-laki lain.
"Berhenti menangis! ingat apa yang sudah Rico katakan tadi." Bentak Rico.
"Iya den." Patuh bik Atun.
"Jangan iya-iya aja, Awas kalau bibik berani mengkhianati Rico, Rico habisin bibik." Ancam Rico.
Seketika tubuh bik Atun menggigil karena ancaman Rico, dia benar-benar tidak menyangka kalau Rico berani berbuat senekat itu, bahkan ingin menghabisi nya hanya untuk menutupi semua dosa-dosa nya.
"Baik den, bibik akan tutup mulut." Bik Atun hanya mengikuti kemauan Rico dengan pasrah.
"Lihat ini bik!" Rico menunjukan foto di ponsel nya.
"Astaghfirullah den, kenapa ada foto keluarga bibik." Pekik bik Atun.
Rico menyeringai dengan licik nya sambil memasukan lagi ponsel ke dalam saku celana nya.
"Ini cuma sekedar mengingatkan bibik, kalau keluarga bibik ada di dalam genggaman ku. kalau bibik berani macam-macam, maka keluarga bibik akan Rico habisi juga." Lagi-lagi Rico mengancam.
Bik Atun hanya menangis histeris, kini keluarga nya pun ikut di seret dalam masalah ini.
"Jangan den, bibik mohon! bibik akan melakukan apa saja yang aden pinta." Dengan terisak bik Atun memohon.
Sejenak Rico melihat tatapan mata bik Atun, dia melihat ada raut serius di wajah nya, tidak ada kebohongan sama sekali.
"Oke baiklah. sekarang Rico akan lepaskan bibik, dan mulai sekarang bersikaplah seperti biasa, anggap tidak pernah terjadi apa-apa." Perintah Rico.
"Iya den." Bik Atun mengangguk tanda mengerti.
Kemudian Rico melepaskan ikatan kaki dan tangan bik Atun, setelah nya dia meninggal kan bik Atun sendiri di kamar yang masih menahan sakit dan isak tangis nya.
"Ya Tuhan... kenapa semua ini terjadi, kenapa den Rico bisa segila ini, non Syalu... bagaimana nasib non sekarang? Hu... Hu..." bik Atun menangis sejadi-jadinya karena memikirkan nasib Syalu.
Di lain tempat, kini Doni dan yang lain telah sampai di bandung dan sudah di depan teras rumah, Rumah yang mewah dan juga elegant membuat tempat berteduh tersebut terlihat sangat nyaman dan sejuk, karena banyak pohon-pohon dan bunga-bunga cantik di sekitar nya. Tak lama pintu utama di bukak lebar oleh asisten rumah tangga yaitu bik Jum.
"Bawa dia ke kamar pengantin." Perintah Doni.
Kedua bodyguard nya hanya mengangguk patuh.
"Silahkan masuk tuan." bik Jum mempersilahkan sang majikan masuk.
"Terimakasih bik, tolong buat kan saya teh hangat, dan setelah itu tolong gantikan baju Syalu ya."Pinta Doni.
Doni memang begitu akrab dengan bik Jum, sejak Doni kecil bik Jum lah yang merawat nya, kedua orang tua Doni sangat percaya pada bik Jum. Sampai mereka meninggal pun, bik Jum lah orang yang di percaya untuk menjaga Doni.
Walaupun bik Jum cuma seorang asisten rumah tangga, namun dia sudah di anggap seperti orang tua nya sendiri, sekalipun dia tidak pernah memperlakukan bik Jum seperti orang lain.
Sangat berbeda jauh dengan Rico, sedikitpun dia tak memiliki hati untuk menghargai bik Atun yang telah berjasa merawat diri nya.
"Syalu? oh jadi nama wanita tadi itu Syalu ya tuan!"tanya bik Jum.
Doni sedikit tersipu mendengar bik Jum menyebut nama Syalu.
" Loh... kok tuan malah senyum, memang dia siapa?"tanya bik Jum menggoda.
"Dia calon istriku bik." Jawab Doni sambil tersipu.
"alhamdulillah, akhirnya tuan mau menikah, dia sangat cantik tuan, semoga ini pilihan terakhir ya tuan." Ucap bik Atun.
"Tentu bik." Jawab Doni penuh semangat.
Entah kenapa Doni begitu bersemangat kali ini, apa lagi mengingat kecantikan dan ke seksian tubuh Syalu rasa nya membuat dunia nya jungkir balik, membayangkan nya saja sudah membuatnya hampir gila, apa lagi sampai benar menikmati nya.
Bik Jum telah membuat kan teh hangat untuk sang majikan dan kedua bodyguard nya, kini bik Jum berlalu menapaki anak tangga menuju kamar pengantin yang di maksud Doni.
Dengan cekatan Bik Jum menggantikan pakaian Syalu yang sudah di siapkan oleh Doni, karena di perjalanan Doni membelikan baju yang cukup banyak untuk Syalu.
Melihat ada wanita paruh baya di kamar nya, Syalu membuka mata nya dan sedikit membuat kaget bik Jum.
"Eh... nyonya udah bangun." Sapa bik Jum Ramah.
"Hm..." Hanya itu yang keluar dari mulut Syalu.
"Nyonya udah makan?" tanya bik Jum kembali.
Syalu hanya menggunakan gerakan untuk menjawab bik Jum, dengan menggeleng kan kepala bik Jum pun mengerti kalau wanita itu belum makan.
"Bibik ambilkan makan ya?" tawar bik Jum.
Syalu hanya mengangguk, kebetulan memang perutnya sangat lapar. Ketika bik Jum beranjak ingin keluar kamar Syalu mengucapkan sesuatu untuk bik Jum.
"Terimakasih bu." Ucap Syalu tulus.
Dengan sedikit menoleh bik Jum menoleh ke arah Syalu dan berkata.
"Sama-sama nyonya." Sambil tersenyum bik Jum keluar kamar.
Ketika bik Jum menyiapkan makanan untuk Syalu, Doni nampak heran karena dia tidak menyuruh bik Jum mengambilkan makanan Untuk nya.
"Loh bik, makanan nya untuk siapa? Tanya Doni.
Sambil tersenyum bik Jum menjawab.
" Ini buat calon istri tuan, dia sudah bangun dari tidur nya, katanya dia lapar."Jawab bik Jum.
Doni sedikit terkejut mendengar bik Jum mengatakan kalau Syalu sudah bangun dan minta makan karena lapar, dia fikir Syalu akan berteriak dan berusaha kabur dari nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments