Acuhku

Aku dan Mas Anggara memutuskan untuk memesan tiket penerbangan tujuan Jakarta paling awal. Tertulis pesawat akan lepas landas tepat pukul 07.00 WITA. Setidaknya aku dan Mas Anggara harus tiba 60 menit lebih awal untuk melakukan check in.

Langit masih gelap. Bunyi kokok ayam bersahut-sahutan. Dua tiga orang keluar dari masjid yang terletak di sebelah selatan vila kami. Beberapa menit yang lalu mereka baru saja melaksanakan sholat subuh berjamaah. Masjid ini merupakan satu-satunya tempat beribadah umat islam yang ada di area ini.

Taxi online yang kami pesan sudah berada di depan vila. Aku dan Mas Anggara hanya membawa ransel masing-masing di punggung, karena memang tak banyak barang yang kami bawa saat kemari.

Dengan langkah cepat, aku mendahului Mas Anggara yang masih sibuk mengunci pintu gerbang utama vila. Kemudian aku memposisikan diriku di samping sopir.

Dulu Mas Anggara yang selalu melakukan hal ini padaku. Ia seakan tak mau berada di sisiku. Biar dia tahu bagaimana rasanya diperlakukan dingin seperti itu.

Mas Anggara yang masuk ke dalam mobil selang beberapa detik dariku malah terkekeh. Entah, mungkin dia sedang menertawakan dirinya sendiri.

"Kok jauh-jauhan Pak, Buk? Tidak duduk bersama?" Celetuk sopir taxi online tersebut meledek kami dengan dialek kental khas Bali.

"Iya Pak. Padahal kami pengantin baru. Tapi saya malah dicuekin." Mas Anggara yang masih terkekeh dengan tidak tahu malunya menanggapi ucapan sopir tersebut.

"Saya kalo naik mobil bagus suka mabuk, Pak. Makanya saya duduk di depan." Tukasku.

Mas Anggara yang mendengar alasan anehku tersebut tak bisa menahan tawanya. Ia tertawa dengan begitu lantang. Bagaimana tidak, aku yang sudah terbiasa menyetir mobil sendiri sejak usia 20an malah berkata demikian.

"Maklumin istri saya ya, Pak. Dia lagi ngambek." Mas Anggara terus saja terkekeh sepanjang jalan.

Perjalanan dari vila menuju bandara membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Aku memutuskan untuk menutup mataku dan pura-pura tidur karena akan aneh rasanya jika perbincangan ini kami lanjutkan, hingga tiba-tiba mobil berwarna hitam pekat yang kami tumpangi sudah memasuki area bandara.

"Pesawatnya masih lama. Kita cari sarapan dulu yuk, Nir." Ucap Mas Anggara. Jari telunjuk dan tengah tangan kirinya sedang mengapit sebatang rokok. Ia memasukkannya kedalam mulut kemudian menyulutnya dengan korek api yang ia genggam di tangan kanan.

"Gausah. Nanti di pesawat juga dapet sarapan." Aku berlalu mendahuluinya masuk ke dalam lobby bandara.

Sudah pasti dia hanya sedang mencari tempat untuk menghisap benda mati tersebut. Dia akan menghabiskan lebih dari tiga batang rokok sebelum naik ke dalam pesawat, seperti yang selalu ia lakukan.

Mas Anggara adalah perokok berat. Dalam sehari ia bisa menghabiskan 2 bungkus rokok. Berada dalam ruangan ber-AC yang terlalu lama akan membuatnya tersiksa. Setidaknya setiap 20 menit sekali ia akan menghisap satu puntung rokok baru.

Aku berlalu menuju konter check in terlebih dahulu tanpa memperdulikannya.

Sudah pukul 06.25 WITA, namun Mas Anggara belum juga sampai di gerbang keberangkatan. Entah apa yang sedang ia lakukan. Dia selalu seperti ini, tidak pernah menghargai waktu.

Terlihat dari kejauhan dengan santainya Mas Anggara melangkahkan kaki. Seorang wanita cantik sedang berjalan mengimbanginya. Perempuan tersebut mengenakan seragam batik merah panjang dengan rambut tersanggul rapi. Aku berdecik. Dia memanglah Mas Anggara. Dalam keadaan semacam ini saja dia malah menggoda seorang pramugari.

Mereka berdua tampak akrab. Entah sedang mengobrolkan apa sampai-sampai si perempuan dengan malu menutupi mulutnya yang sedang tertawa kecil. Masa bodoh, aku tidak peduli.

Mas Anggara menunjuk ke arahku. Disusul anggukan perempuan tersebut. Aku berpalis, berpura-pura tidak tahu. Jangan sampai Mas Anggara mengira aku sedang cemburu karena terus memandang ke arah mereka.

Keduanya saling berjabat tangan, kemudian melambai seraya melangkah ke arah berlawanan.

"Temen SMPku. Namanya Vivi." Mas Anggara menjelaskan tanpa kubertanya. Padahal sedikit saja aku tidak penasaran.

"Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number GA417 to Jakarta please boarding from door A12, Thank you."

Panggilan pemberangkatan terdengar samar di telingaku. Mas Anggara yang sudah berdiri terlebih dahulu tiba-tiba menggenggam jemariku lalu menariknya. Ia kemudian memasukkan tangan kami ke saku jaket kirinya.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk menarik kembali tanganku. Namun sia-sia. Usahaku tak sebanding dengan kekekaran otot lengannya. Mas Anggara terus saja melakukan hal yang membuatku bergidik geli. Ini bukanlah dirinya.

Aku ingat betul selama menikah ia hanya menggenggam tanganku sekali ketika aku sedang berjuang untuk melahirkan Dirga. Tangis harunya saat itu terlihat sangat tulus. Ia tak hentinya mencium kening dan pipiku. Setelahnya tak pernah kudapati wajah tulus itu lagi.

Mas Anggara mempersilahkanku untuk duduk terlebih dahulu. Ia mungkin hafal, aku selalu senang memandang keluar jendela ketika pesawat sudah berada di atas awan. Rasanya nyaman dan tentram. Entahlah ada kebahagiaan tersendiri ketika aku melakukannya.

Aku menyandarkan kepalaku ke jendela. Pandanganku jauh menerawang ke depan.

Mas Anggara dengan tiba-tiba meletakkan kepalanya di pundakku. Aku tersentak, namun aku tak bisa bergerak.

"Kita foto yuk." Ekspresi datarku sudah terlanjur tertangkap kamera ponsel Mas Anggara. Tanpa aba-aba ia terus saja memencet tombol bidik di layarnya. Aku memalingkan wajah. Entah setan apa yang sedang merasukinya. Dulu ketika akan melakukan sesi foto keluarga saja kami harus bertengkar hebat terlebih dahulu. Dan mungkin itu satu-satunya fotoku yang ada di ponsel Mas Anggara pada saat itu.

Aku mengambil earphone dari dalam tasku kemudian menancapkannya ke lubang kecil bawah ponsel.

"Aku baik baik saja

Menikmati hidup yang aku punya

Hidupku sangat sempurna

I'm single and very happy

Mengejar mimpi mimpi indah

Bebas lakukan yang aku suka

Berteman dengan siapa saja

I'm single and very happy"

Kumainkan lagu Oppie Andaresta yang selalu menemaniku setahun ini. Aku tersenyum. Aku ingat bagaimana aku selalu memotivasi diriku sendiri untuk terus bergerak maju dengan lirik-lirik indah di dalamnya. Aku sudah tidak lagi membutuhkan Mas Anggara. Bagiku Dirga saja sudah lebih dari cukup. Saat ini aku hanya menganggapnya sebagai partner dalam mendidik dan membesarkan Dirga.

"Nir. Udah nyampe." Mas Anggara menggoyangkan pundakku pelan. Aku merentangkan kedua tanganku dengan perlahan. Aku menguap. Kurapikan baju dan rambutku yang sedikit acak-acakan. Rasanya baru beberapa saat yang lalu aku melangkahkan kami masuk ke dalam pesawat, tiba-tiba saja kami sudah sampai di Jakarta.

"Habis ini aku langsung ke kampus ya. Ada mahasiswa yang mau bimbingan." Ucap Mas Anggara pelan. Ia berjalan tepat di belakangku. Aku terus saja melajukan langkahku tanpa memperdulikan ucapannya.

"Mahasiswa laki-laki. Ini fotonya." Terang Mas Anggara sembari menyodorkan ponselnya tepat di depan wajahku. Terlihat foto seorang anak muda mengenakan kaos oblong warna hitam. Mas Anggara menyimpan nomor tersebut dengan nama Kevin.

Aku berhenti mendadak yang membuat Mas Anggara menabrakkan badannya ke punggungku.

"Terserah kamu mau ketemu sama siapa aja. Itu sudah bukan lagi urusanku. Yang jelas jangan sampai keluarga serta orang terdekatku mengetahui kegilaan-kegilaan yang kamu lakuin seperti dulu, terutama ibuk."

Tak sepatah kata terucap kembali dari mulut Mas Anggara. Kini jalannya memelan.

Kami berdua pergi ke tujuan masing-masing tanpa saling berucap kata perpisahan.

Terpopuler

Comments

💕Rose🌷Tine_N@💋

💕Rose🌷Tine_N@💋

perempuan itu pendendam..apalagi klw hatinya dah terlanjur sakit...susah utk mengembalikan kesemula. .😊

2023-09-02

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus Ceria

2023-09-01

0

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

lihat di FB cus langsung kesini

2022-03-21

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!