Semalam di Semarang

"Kita cari sarapan dulu yuk, Nir." Ajak Pak Dimas.

"Kamu laper kan?" Lanjutnya. Suara perut keronconganku tidak mungkin tidak terdengar olehnya.

"Ayo Pak. Bapak juga gak makan tadi di pesawat?" Tanyaku. Pak Dimas hanya menggeleng.

Aku menunjuk ke sebuah kedai di seberang jalan.

"Soto gimana Pak? Enak anget-anget buat sarapan. Ini juga masih pagi kan?"

Pak Dimas melihat arloji di tangan kirinya kemudian mengangguk.

Aku sangat lapar hingga tidak memperhatikan sekitar. Tanpa melihat kiri kanan, kulangkahkan kaki ke tengah jalan.

"Nir." Sentak Pak Dimas sembari menarik tangaku cepat. Cengkraman tangannya sangat kuat sampai menyakitiku.

Sebuah sepeda motor melaju dengan sangat kencang dari arah utara. Sedetik saja tangan Pak Dimas terlambat, entah apa yang akan terjadi padaku.

"Hati-hati dong. Kalau nyebrang itu lihat-lihat dulu." Pak Dimas memekik. Suara lantangnya dapat didengar oleh setiap orang yang melewati kami.

Aku tertunduk malu. Kenapa dia bisa semarah ini.

Dia terus saja mencengkeram tanganku dengan kuat saat menyebrang jalan. Sakit rasanya, namun aku tak berani melepaskannya.

Kumanyunkan bibirku di balik kepalaku yang tertunduk. Aku seperti anak kecil yang sedang dituntun ayahnya.

***

Kantor yang di Semarang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kantor cabang Guniar Damar di kota lain. Sehingga tidak perlu waktu lama untuk kami mengatur segalanya. Sehari saja sudah cukup. Sore ini semuanya sudah siap.

"Semoga acara grand opening cabang ke lima Guniar Damar besok bisa berjalan dengan lancar." Ucap Pak Dimas.

"Amin." Teriak lantang semua yang ada di ruangan ini sembari menengadahkan tangan.

Hanya ada belasan karyawan di kantor cabang ini. Beberapa di antara mereka adalah karyawan lama yang dimutasi Pak Dimas dari kantor pusat di Jakarta.

"Malam ini kita tidur di hotel depan, Nir." Ucap Pak Dimas padaku.

"Ngapain Pak? Di sini kan ada mess, belum ada yang nempatin juga. Dari pada buang-buang uang." Jawabku dengan tangan masih sibuk menyapu ruangan yang cukup luas ini.

Hanya tersisa kami berdua. Lainnya sudah pulang ke rumah masing-masing.

Di setiap kantor Guniar Damar selalu disediakan mess untuk mereka yang tempat tinggalnya jauh. Namun nyatanya selalu tidak ada yang mau menempatinya.

"Takutnya kamu nanti gak nyaman. Ruangannya kan masih baru. Bau catnya sangat menyengat." Pak Dimas masih terus mengungkapkan alasannya.

"Kalau semisal Bapak yang gak nyaman, Bapak tidur di hotel juga gak papa Pak. Saya berani kok di sini sendirian." Ucapku berusaha meyakinkan Pak Dimas.

Aktifitas yang sangat padat seharian ini membuatku malas untuk beranjak kemanapun. Biar saja ada hantu, toh palingan cuma nongol untuk menakuti. Mereka tidak mungkin membunuh bahkan memakanku.

"Saya ke kamar ya, Pak. Mau mandi udah gerah banget soalnya. Udah malam juga." Kulirik jam yang tertempel di dinding. Jarum pendeknya mengarah ke angka 7.

"Nir, temenin saya beli baju sebentar, keburu malam." Aku menghembuskan nafas kasar. Untuk ke hotel depan saja aku malas. Ini malah harus berkeliling mall untuk sekedar mencari baju ganti.

Kami berdua sudah berdiri di depan Paragon City Mall dengan pakaian lusuh yang kami pakai sedari pagi. Aku terus saja menggaruk tubuhku yang gatal dan penuh keringat.

Sudah tidak ada lagi bedak maupun lipstick yang menempel di wajahku. Aku hanya menyisir rambutku menggunakan kesepuluh jariku ketika hendak kemari, kemudian menggelungnya.

Sebenarnya aku malu pada setiap pasang mata yang memandang dengan tatapan aneh ke arah kami. Tapi mau bagaimana lagi, titah bosku harus aku turuti.

"Makan dulu yuk Nir." Ajak Pak Dimas. Padahal penampilan kami sudah seburuk ini, kenapa dia masih memikirkan perut.

"Kan di kantor ada nasi kotak tadi Pak." Ucapku mengingatkannya akan makanan yang belum kami sentuh sedari sore.

"Palingan udah gak enak, Nir. Kita cari yang anget dan fresh yuk. Buruan laper." Ia sekali lagi menggandeng tanganku masuk ke dalam mall.

Food court sudah sedikit sepi, padahal ini masih jam 07.30. Syukurlah setidaknya tidak terlalu banyak orang yang melihat kami makan dengan tampang seperi ini.

Ponsel di celanaku bergetar. Aku memang tidak membawa tas saat kemari.

Ku letakkan sendok yang ada di tanganku di atas piring, kemudian merogoh sakuku.

Kuusap ponselku. Nama Mas Anggara terpampang di sana. Untuk apa ia meminta panggilan video di jam segini.

Aku mendengkus kasar, kemudian mengangkatnya.

"Bunda..." Suara Dirga yang pertama kali terdengar dari seberang telpon. Mataku langsung berbinar ketika menatap wajahnya. Belum genap sehari kami berpisah, namun aku sudah sangat merindukannya.

"Halo anak Bunda sayang." Kuletakkan ponselku di atas meja menyandar ke kotak tisu. Kemudian kulanjutkan menyantap makanan yang ada di depanku.

"Lagi dimana?" Tanya Mas Anggara yang menyadari latar di belakangku saat ini bukanlah di sebuah kantor.

"Di mall, lagi cari makan." Jawabku acuh.

Cukup lama panggilan video ini, sampai tak terasa makananku sudah habis. Mas Anggara terus saja mengulur waktu mengajakku bicara. Padahal aku sedang malas meladeninya.

"Aku sama Pak Dimas balik ke kantor lagi ya. Bye." Ucapku ketika akan menekan simbol telpon berwarna merah di layar.

"Tidur di kantor?" Tanya Mas Anggara.

"Iya." Singkatku.

"Berdua aja?" Lanjutnya.

"Iya. Udah ya, daaa.." Kulambaikan tanganku pada anakku yang sedang duduk di samping ayahnya.

Mungkin Mas Anggara saat ini sedang memikirkan hal yang aneh-aneh tentangku. Biarkan saja. Biar dia tahu bagaimana rasanya membayangkan istrinya sedang tidur dengan lelaki lain. Biarkan batinnya tersiksa. Aku tidak akan berusaha untuk mengubah pikirannya itu.

***

Tiga paper bag besar berisi penuh pakaian baru Pak Dimas. Padahal mall sudah hampir ditutup, tapi dia terus saja melanjutkan kegiatan belanjanya.

Aku benar-benar lelah. Kupukul lututku berkali-kali biar Pak Dimas tersadar dan segera mengajakku kembali ke kantor.

"Yang ini buat kamu." Ucapnya seraya menyerahkan salah satu paper bag berwarna hitam ke arahku.

"Gausah Pak." Aku menggelengkan kepala menolak pemberiannya.

"Ya gimana udah terlanjur dibeli." Ucapnya dengan tangan terus terulur ke arahku.

Sebenarnya aku sangat sungkan menerima pemberian darinya ini. Walaupun aku tidak tahu pasti apa isinya, tapi aku yakin harganya pasti sangat mahal. Aku merasa tidak pantas mendapatkan ini semua, mengingat aku sudah menolak cinta Pak Dimas dua kali. Aku tidak ingin memberinya harapan palsu.

Dengan berat hati aku menerima uluran tangannya.

***

Kuguyurkan air ke sekujur tubuhku, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rasanya sangat segar mandi di jam sepuluh malam seperti ini.

Ku balut tubuh dan kepalaku menggunakan handuk. Aku sengaja tidak membawa baju ganti, karena memang letak kamar mandi berada di dalam kamar. Tidak akan ada yang melihatku.

"Plak."

Sesuatu terjatuh dan menempel di pundakku. Kulirik perlahan ke arah suara tersebut. seekor cicak hinggap di sana.

"Aaaaaaaaaaaa..." Teriakku histeris.

Aku terus melompat berusaha menjatuhkan hewan kecil menggelikan ini.

"Aaaaaaaaaaaa..." Tak hentinya aku berteriak.

Kukerahkan semua usahaku dengan melompat kesana kemari namun hewan melata ini tak juga berpindah dari posisinya.

"Hiiiiiiiiiiii..." Ceracau terus saja keluar dari mulutku. Aku bergidik geli ketika hewan ini mulai merayap di tubuhku.

Aku terus melompat hingga tanpa sengaja kakiku terpeleset dan aku tersungkur.

"Aduuuhhh.." Pekikku pelan.

Door..Door..Door..

Suara gedoran pintu cukup keras dari luar kamar mandi.

"Nir kamu gak papa kan?" Suara Pak Dimas terdengar sedikit cemas.

Aku sangat malu untuk mengatakan apa yang terjadi padaku saat ini.

"Gak papa, Pak." Ucapku seraya berusaha bangun.

"Beneran?" Tanyanya meyakinkan.

"Iya." Singkatku. Padahal untuk berdiri saja aku kesusahan. Kakiku sangat sakit sekali.

Aku berpegangan pada pinggiran bak kamar mandi, mencoba untuk menopang diri dan segera bangkit. Namun tetap saja aku tak dapat dengan leluasa menggerakkan badanku. Sepertinya kakiku terkilir.

Cukup lama aku berusaha namun aku tak juga bisa bangun.

Terdengar suara langkah kaki Pak Dimas memasuki kamar.

"Nir." Pak Dimas menggedor pintu kamar mandi untuk yang kedua kalinya.

"Beneran gak papa,kan?" Suaranya terdengar sangat cemas.

"Iya Pak." Air di pelupuk mataku menetes. Aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Tapi bagaimana aku akan meminta tolong pada Pak Dimas dengan keadaanku seperti ini.

"Ini udah setengah jam loh. Kamu di dalam ngapain?" Ia mendesakku seakan tahu keadaan sebenarnya di dalam kamar mandi ini.

"Kaki saya terkilir Pak." Ucapku lirik hampir tak terdengar.

Pak Dimas berusaha membuka pintu, namun bagaimanapun ia tidak akan bisa membukanya. Aku menguncinya dari dalam tadi.

Ia terdengar berlalu melangkahkan kaki keluar kamar. Dalam beberapa detik ia sudah kembali.

Dengan kunci cadangan, Pak Dimas membuka pintu kamar mandi ini.

Aku tertunduk dengan tangan tetap memegangi handuk di dadaku.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Pak Dimas membopongku keluar.

Air mataku terus menetes. Aku merasa hina. Aku sedang berduaan dengan seorang laki-laki dalam satu kamar dengan tubuh yang setengah telanjang.

Pak Dimas membaringkan tubuhku di atas ranjang.

Ia mengambil koperku yang ada di ujung ruangan kemudian menaruhnya tepat di sampingku. koper ini berisi baju ganti dan segala keperluanku. Ia tahu apa yang aku inginkan tanpa bertanya terlebih dahulu padaku.

Aku melengos membelakangi Pak Dimas. Aku tak berani menatap wajahnya. Air mata mengucur deras di pipiku.

Ia menyelimutiku perlahan kemudian mendaratkan kecupan hangat di pipiku. Aku tersentak namun tetap membisu membelakanginya.

Ia berlalu keluar dari kamar kemudian menutup pintu pelan.

Terpopuler

Comments

💦 maknyak thegech 💦✔️

💦 maknyak thegech 💦✔️

biasanya cecak nempel didinding ya Thor 😃
dasar cecak usil😄😄
lanjut Thor

2022-03-25

1

Ramlin Leo

Ramlin Leo

kok gk sambung pdhl seru lho crtax, lanjut broo...!

2022-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!