Terjebak Cinta Tukang Cuci Piring
Siang yang terik, matahari tepat berada di atas kepala. Tiara terus berjalan di trotoar dengan menarik koper besarnya.
Sudah hampir tiga jam ia menyisir tempat itu. Pemukiman di pinggir kota yang padat penduduk, dia terus berjalan mencari kosan untuk tempatnya tinggal.
***
Dua bulan yang lalu...
Perkuliahan telah usai, Tiara sedang merapikan perlengkapan belajarnya sebelum keluar kelas.
Teman-temannya sudah berkumpul menunggu di depan kelas.
Hari ini adalah weekend, Tiara bermaksud akan menghabiskan malam minggu ini di sebuah cafe dengan teman-temannya.
Dia berjalan dengan riangnya, keluar dari kelas disambut riuh oleh teman-temannya karena sang kekasih tiba-tiba sudah berdiri dengan gagahnya di depan kelas, tangan kanannya membawa sekuntum bunga yang langsung diserahkan padanya.
Semua orang bersorak melihat adegan itu. Siapa yang tak iri, Adrian kekasihnya adalah most wanted di kampus, dia selalu memperlakukan Tiara dengan sangat manis.
Mereka berramai-ramai menuju parkiran kampus, Adrian dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Tiara. Tiara masuk ke mobil Adrian. Sementara teman-temannya pun menuju kendaraannya masing-masing.
Dalam mobil, tiba-tiba gawainya berdering. Adrian yang hendak melajukan mobilnya menghentikannya kembali, mempersilahkan Tiara untuk menerima telepon terlebih dahulu.
"Mama", gumam Tiara.
"Angkatlah, aku akan menunggu", ucap Adrian.
"Assalamu'alaikum, Ma" Tiara menyapa mamahnya di sebrang telepon dengan ucapan salam.
"..."
"Apa?" ucap Tiara kaget.
Adrian yang berada di sampingnya pun tak kalah kaget. Dia terus memperhatikan Tiara dan bertanya dengan isyarat bibirnya 'ada apa' namun Tiara mengabaikannya.
"Iya, Ma aku mengerti. Mamah yang kuat ya, Insyaa Allah aku pun di sini akan kuat. Secepatnya aku pulang ke Serang. Wa'alaikumsalam". Tiara menutup teleponnya.
"Ada apa?" tanya Adrian penasaran.
Tiara membisu, dia masih mencerna informasi yang baru saja diterimanya.
Hiks......Tiara tiba-tiba menangis.
"Ada apa, Ra?" Adrian semakin panik melihat Tiara seperti itu.
"Papa, Ad. Papa..." Tiara terbata-bata berkata " Papa aku masuk penjara". Ucap Tiara diiringi tangis yang semakin menjadi.
"Apa?" sentak Adrian kaget.
Sejak saat itu, hubungannya dengan Adrian tidak jelas. Adrian selalu menghindari Tiara, dia bahkan tidak peduli dengan nasib yang menimpa kekasihnya itu.
***
Kehidupan Tiara berubah 180°, setelah sang ayah divonis bersalah dan harus berakhir di balik jeruji besi karena terjerat kasus korupsi. Sebagai pejabat yang terlibat dalam proyek pemerintah ia harus turut bertanggung jawab akan penyelewengan dana proyek. Karena ulah oknum pejabat yang tidak bertanggung jawab itu, akhirnya mengiring Ayahnya turut menjadi tersangka.
Sang Ibu yang selama ini hanya ibu rumah tangga menjadi orang yang paling syok mendapati kenyataan ini. Beliau harus banting tulang mengambil alih tugas sang Ayah memenuhi semua kebutuhan seluruh keluarganya, masih ada dua adik laki-laki Tiara yang masih bersekolah di tingkat menengah pertama.
Sementara Tiara, si sulung yang tinggal terpisah karena melanjutkan pendidikan di kota besar tak kalah parah terkena imbasnya.
Seluruh suplay biaya tak lagi ia dapat, kuliah tingkat akhir yang ia tempuh kini berada di ujung tanduk.
Kosan mewah di tengah kota sudah bukan lagi menjadi hunian sekarang. Menunggak tiga bulan dan tidak mampu membayar membuat ia terusir dari tempat itu.
Tak ada satu pun barang di dalam kosan yang bisa ia bawa, pemilik kos memintanya untuk meninggalkan barang-barang tersebut sebagai ganti biaya sewa selama tiga bulan.
Koper besar yang ia seret saat keluar dari kosan hanya berisi baju dan buku-buku kuliahnya.
Tiara terus berjalan menyusuri trotoar sepanjang jalan perkampungan itu. Sesekali ia berhenti untuk mengelap peluh yang terus bercucuran di wajahnya.
Dirogohnya tas selempang yang menggantung di pundaknya, membuka dompet dan menghitung sisa uang yang ia miliki. Hanya tinggal lima lembar uang merah di dompetnya. Dengan bekal uang itu ia berharap bisa mendapat kosan untuk tempatnya berteduh.
Tak peduli seberapa perih kehidupannya saat ini, Tiara memilih bertahan di kota besar itu. Pantang untuk pulang karena tidak mau menambah bebah Ibunda tercinta.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja Ibunya kini berjualan kue dengan menitipkannya di warung-warung. Berbagai cibiran dari masyarakat sekitar terus keluarga Tiara terima.
Orang kaya yang mendadak miskin karena terjerat korupsi. Titel keluarga koruptor kini melekat di keluarga Tiara.
Tiara bersusah payah meyakinkan ibunya bahwa dia akan mampu bertahan di kota besar itu dan menyelesaikan pendidikannya. Dengan harapan setelahnya dia akan mendapatkan pekerjaan yang laiak dengan gaji yang besar agar bisa memenuhi kebutuhan semua anggota keluarganya. Dia berjanji akan bekerja sambil kuliah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliahnya. Tiara tidak mau menambah beban ibunya.
Namun kenyataannya sampai saat ini pun jangankan pekerjaan, Tiara belum juga mendapatkan tempat tinggal.
Adzan dzuhur berkumandang, dilihatnya dari kejauhan tampak sebuah mesjid. Dengan langkah yang cepat Tiara berjalan menyeret kopernya menuju mesjid.
Sesampainya di mesjid, Tiara dengan segera mengambil wudhu dan turut melaksanakan shalat berjama'ah.
Melepas mukena dan melipatnya lantas memasukan kembali mukena tersebut ke dalam koper. Tiara hendak beranjak menuju pintu keluar mesjid, namun tiba-tiba seorang nenek yang masih tampak enerjik menghampirinya. Beliau menanyakan tujuan Tiara karena terlihat membawa koper besar.
"Assalamu'alaikum", sapa nenek tersebut.
"Wa'alaikumsalam", Tiara menjawab ucapan salam nenek tersebut dengan lembut.
"Kamu mau kemana, Nak?" tanya nenek.
"Saya sedang mencari kosan, Nek... mudah-mudahan di daerah ini ada kosan yang murah dan terjangkau oleh saya", jawab Tiara jujur.
Nenek tersebut tersenyum ramah, kembali beliau melanjutkan pertanyaannya.
"Asal kamu darimana?"
"Saya dari Serang Banten Nek, sedang melanjutkan kuliah di Bandung dan sekarang sedang mencari tempat kos''
"ooh...", nenek itu hanya ber O ria.
Sejenak nenek tersebut termenung, memperhatikan Tiara dari atas sampai bawah.
"Kamu mau tinggal di rumah nenek?" tawar nenek itu.
Tiara mengernyit heran sekaligus senang mendengar tawaran nenek tersebut.
"Maksud nenek, nenek menyewakan kosan juga?'' tanya Tiara antusias.
"Tidak, hanya nenek tinggal sendiri di rumah. Rumah nenek cukup luas, ada tiga kamar di sana. Kalau kamu mau kamu bisa menempati salah satu kamar tersebut." nenek tersebut menjelaskan.
Tiara mengangguk senang, namun kemudian dia kembali terlihat murung.
"Tapi Nek, biaya sewa kamar di rumah nenek berapa? maaf aku bertanya duluan karena takut biayanya tidak terjangkau olehku" Tiara berkata dengan menundukkan kepala sambil memainkan ujung hijabnya.
Nenek tersebut tersenyum melihat perilaku Tiara, sepertinya beliau cukup faham keadaan Tiara saat ini.
"Nama kamu siapa, Nak?'' tanya nenek
" Nama saya Mutiara Nek, Mutiara Lestari lengkapnya, Nenek bisa memanggil saya Tiara."
Nenek tersebut tampak manggut-manggut mendengar jawaban Tiara.
"Maaf, nama nenek siapa ya?" Tiara balik menanyakan nama sang nenek.
"Nama nenek Salimah, kamu bisa panggil nenek nenek Imah."
Mereka terus bertukar informasi. Tiara pun menjelaskan keadaannya saat ini, termasuk keadaan keuangannya. Nenek Imah kini tahu banyak tentang kondisi Tiara sekarang. Dia tidak ragu lagi mengajak Tiara untuk tinggal di rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
ardan
baca lagi ah
2024-06-26
1
linanda eneste
mampir
2024-04-07
1
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
aku mampir di sini kak author 😍
2023-01-19
2