Satu masalah selesai, tempat tinggal yang nyaman kini sudah Tiara tempati. Rumah dengan desain minimalis modern dengan halaman yang luas ditumbuhi beberapa pohon yang rindang seperti mangga dan jambu membuat halaman rumah itu lebih teduh dan menyejukkan.
Setelah berbincang cukup lama dengan nenek imah yang mengajak Tiara berjalan-jalan mengelilingi rumah dan halamannya Tiara pun membantu nenek imah untuk menyiapkan makan malam. Dengan semangat empat lima Tiara melakukannya, dia menyiapkan semua bahan makanan yang dibutuhkan untuk membuat menu sesuai yang disebutkan nenek imah. Sop ayam dan perkedel jagung ditambah ikan goreng yang terlebih dahulu sudah dimarinasi oleh nenek imah. Tiara hanya mengambilnya dari dalam lemari pendingin.
Nenek imah memperhatikan semua yang dilakukan Tiara, dalam hati dia mengagumi gadis itu. Walau pun usianya masih muda dan tampak dari keluarga berada namun ternyata dia cekatan juga untuk mengerjakan pekerjaan dapur. Sejak kecil Tiara yang merupakan anak perempuan satu-satunya memang sudah terbiasa selalu mengikuti apa yang maminya lakukan. Walaupun dari keluarga berada maminya tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga untuk membantunya, dia mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri. Dia pun mengajari Tiara agar bisa melakukannya semua pekerjaan itu. Sebagai perempuan kemampuan mengurus rumah tangga adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki.
Sejak saat itu Tiara terbiasa membantu maminya mengerjakan pekerjaan rumah. Apalagi memasak, dia hobi sekali berkutik di dapur, menghabiskan waktu dengan menghasilkan aneka menu hasil uji coba resep yang baru ditemukannya di sosial media. Hingga saat dia harus tinggal jauh dari orang tuanya dan ngekost di Bandung Tiara sudah terbiasa mandiri dan tidak mengeluh sedikit pun.
Setelah makan malam dan membersihkan semua peralatan dapur yang kotor, Tiara pun meminta izin untuk beristirahat. Dia memasuki sebuah kamar yang sudah disiapkan nenek imah.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa istirahat juga" Tiara merebahkan badannya di atas tempat tidur yang nyaman itu, walau pun tidak seempuk tempat tidur saat dirinya tinggal di kostan elit di pusat kota namun Tiara bersyukur masih menemukan tempat tinggal yang nyaman saat ini.
"Mulai besok aku harus mencari pekerjaan, masa libur kuliahku tinggal beberapa hari lagi. Aku harus sudah ada uang untuk membayar biaya semester sebelum perkuliahan dimulai" Tiara berbicara sendiri, perlahan matanya pun tertutup melanjutkan semua rencananya dalam mimpi.
Pagi menjelang, kokokan ayam bersahutan dengan kumandang adzan subuh berhasil membangunkan Tiara dari tidur pulasnya. Semalam ngantuk berat menyerangnya, lelah sepanjang hari membuat dia tidak ingat apapun. Matanya langsung terpejam saat kepala sudah menempel di bantal. Tiara segera membersihkan diri, mengambil air wudhu dan menunaikan kewajiban subuhnya. Tidak lupa ayat-ayat suci dia lantunkan sebagai rutinitas menjelang hari baru yang akan dia jalani. Berharap mendapat banyak keberkahan untuknya dalam menjalani harinya.
Mencari pekerjaan adalah agendanya hari ini, beberapa berkas yang bisa dia gunakan untuk melamar sudah Tiara siapkan dalam tas gendongnya. Pamit pada Nenek Imah setelah selesai membantu semua pekerjaan rumahnya.
Lebih dari tiga lima perusahaan yang dia datangi menyimpan lamaran lengkap dengan CV-nya, tak mengapa jika hanya sekedar menjadi petugas kebersihan, yang paling penting untuk Tiara saat ini dia bisa mendapatkan penghasilan yang halal.
Saat adzan dzuhur berkumandang, belum satu pun perusahaan yang memberinya harapan. Tiara pun mendudukan bokongnya di sebuah kursi taman masjid setelah dia melaksanakan kewajiban dzuhurnya.
Tidak jauh dari mesjid itu terlihat sebuah restoran yang begitu banyak pengunjung karena memang waktunya makan siang. Tiara pun merasakan jika cacing di perutnya sudah meminta haknya, namun bukan itu fokus Tiara saat ini dia lebih tertarik untuk mencoba mencari peruntungan di restoran yang cukup mewah itu.
Kakinya pun melangkah menuju restoran yang berada di seberang masjid itu.
"Bismillah, semoga kali ini berhasil" Tiara menyugesti dirinya sendiri.
"Assalamu'alaikum, maaf Pa mau tanya kalau bagian personalia sebelah mana ya? saya mau mengajukan lamaran pekerjaan" Tiara menemui petugas keamanan di area restoran itu,
"Wa'alaikumsalam, Neng buruh pekerjaan? tanya petugas keamanan itu, seorang pria yang tak lagi muda namun tampak masih bugar.
"Iya, Pa. Kira-kira di sini ada lowongan tidak?" tanya Tiara mencari informasi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan restoran itu.
"Kebetulan, tadi saya bertemu Pak Riki, beliau bilang kalau di sini butuh tambahan orang untuk menjadi petugas cuci piring. Kalau Neng mau coba, nanti saya antar menemui Pak Riki" Angin segar mulai terasa berhembus, Tiara menganggukan kepalanya mantap, dia bersedia bekerja walaupun hanya sebagai tukang cuci piring.
"Sebentar saya hubungi dulu ke dalam" Petugas keamanan itu pun masuk ke dalam pos, meraih telepon yang menempel di dinding pos jaga itu, terlihat seperti sedang menghubungi seseorang.
"Ayo, ikut saya" tidak selang lama petugas keamanan itu pun keluar dan mengajak Tiara untuk ikut dengannya.
Mereka memasuki area restoran dari pintu yang biasa digunakan untuk mobilisasi karyawan, dengan hati-hati Tiara memasuki ruangan yang bertuliskan Staff Only itu.
"Neng tunggu di sini, saya temui dulu beliau" Tiara pun mengangguk dan duduk di kursi yang memang sudah ada di ruangan itu. Dia mengedarkan pandangannya ke setiap ruang yang terjangkau oleh penglihatannya. Dari dinding kaca ruangan tempatnya berada terlihat beberapa orang berseragam terlihat sibuk hilir mudik membawa berbagai hidangan di nampan nya. Sepertinya para pelayan tengah sibuk mengantar makanan pesanan para tamu, pikir Tiara.
"Silahkan masuk Neng, Pak Riki sudah menunggu di dalam" petugas keamanan yang tadi mengantar Tiara sudah keluar dari ruangan tertutup itu, di pintu menempel papan kecil yang bertuliskan Ruang Manajer, membuat Tiara sedikit gugup karena akan langsung bertemu dengan manajer dari restoran ini.
Tiara menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan, menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba melanda hatinya. "Bismillah" gumamnya pelan,
Tok...tok...tok... Tiara mengetuk pintu ruangan itu, menunggu sampai orang yang di dalam mempersilahkannya masuk.
"Masuk!" terdengar suara seorang laki-laki menyuruhnya masuk.
"Assalamu'alaikum" Tiara membuka pintu dan memasuki ruangan itu dengan ucapan salam.
"Wa'alaikumsalam" jawan laki-laki yang sedang duduk di kursi kebesarannya, dia menjawab tanpa mengalihkan matanya yang fokus pada layar laptop yang ada di hadapannya.
"Selamat siang, Pak. Saya Mutiara, lengkapnya Mutiara Lestari. Saya bermaksud melamar pekerjaan di restoran ini. Semoga kiranya bapak berkenan untuk memberikan saya kesempatan dapat bekerja di sini" ucap Tiara lantang, semua kata-kata yang sudah disiapkannya terlontar dengan lancar dari mulut mungilnya, tangannya meremas ujung jilbab yang menjuntai menutupi dadanya. Dia berusaha menghilangkan kegugupannya.
"Silahkan duduk!" Laki-laki itu menyuruh Tiara dengan mata yang masih tertuju pada layar laptopnya.
Dengan sedikit ragu, Tiara pun duduk di kursi yang ada di depan meja, dia sedikit memundurkan kursinya agar jarak mereka tidak terlalu dekat, kini Tiara tepat berhadapan dengan laki-laki yang menyuruhnya duduk. Di atas meja bisa terbaca dengan jelas, papan nama Riki Rahadian, Manajer. Tiara mengerti kini, siapa orang itu dan apa kedudukannya.
Lima menit berlalu, Tiara masih setia menunggu. Belum ada intruksi apapun dari sang manajer, dia masih asik dengan dunianya sendiri di depan layar laptop.
"Oke, kamu butuh pekerjaan?" ucap sang manajer, dia menutup laptopnya dan beralih menatap Tiara yang sudah duduk cukup lam di hadapannya.
Deg...sang manajer membulatkan matanya, saat melihat Tiara. Gadis berkerudung merah muda, dengan pipi yang merona karena kepanasan tengah duduk di hadapannya. Sang manajer tak melepaskan pandangannya dari Tiara, dia tidak menyangka jika pelamar yang dimaksud petugas keamanan itu adalah seorang gadis berjilbab dengan penampilan serba tertutup.
Tiara melemparkan senyum manisnya, dia mengangguk mengiyakan pertanyaan sang manajer justru malah diam dan terus menatap Tiara dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Iya Pak, saya membutuhkan pekerjaan. Ini lamaran dan CV saya" Tiara menyerahkan amplof coklat ke hadapan sang manajer.
"Eheumm...." Riki berusaha menetralkan suasana hatinya, dia memalingkan wajahnya sesaat karena ketahuan tengah menatap Tiara.
"Lowongan pekerjaan yang saat ini tersedia hanyalah petugas pencuci piring. Akhir-akhir ini restoran kami kewalahan karena pengunjung yang semakin banyak" Riki berbicara serius, mode manajernya sudah kembali, dia berbicara tanpa membuka amplof yang diserahkan oleh Tiara.
"Kalau kamu mau, kamu bisa memulainya sekarang juga" lanjut Riki.
"Baik Pak, saya siap. Sekarang saya siap untuk langsung bekerja" jawab Tiara mantap, senyuman manis kembali tersungging di bibirnya. Bahagia atas pencapaiannya hari ini karena telah mendapatkan pekerjaan. Namun hal itu justru kembali membuat sang manajer, terpesona. Senyum tipis tersungging di bibirnya saat melihat ekspresi Tiara.
"Oke, selamat bergabung. Setelah ini kamu akan dibantu oleh Anggia, dia penanggungjawab pekerja yang menangani bagian kebersihan, termasuk petugas pencuci piring, sebentar saya panggil dia" Riki kembali berusaha berbicara normal, dia tidak mau terlihat jika dirinya jadi salah tingkah katena senyuman manis Tiara.
"Anggia, saya tunggu di ruangan saya" Riki menghubungi pegawainya melalu telepon yang ada di ruangannya.
Tidak menunggu lama, Anggia pun datang. Perempuan rambut panjang sebahu, dengan pakaian semi blazer dan rok sepan di atas lutut lengkap dengan high heels memasuki ruangan sang manajer. Dia memandangi Tiara dari ujung kepala sampai ujung kaki, tersungging di bibirnya senyum sinis karena melihat tampilan Tiara yang jauh dari kata menarik.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Anggia pun beralih menanyakan tujuan Riki memanggilnya.
Riki menjelaskan tentang Tiara, dan Anggia pun mengangguk, mengerti dengan apa yang harus dilakukannya.
"Oke Tiara, selamat bergabung di restoran kami. Bekerjalah dengan baik, semoga kamu betah" Riki mengulurkan tangannya mengucapkan selamat kepada Tiara, Tiara pun menangkupkan kedua tangannya di depan dada, tanda menerima ucapan selamat dari Riki.
Riki mengerti, dia pun kembali menarik tangannya dengan senyum ramah. Berbeda dengan Anggia yang hanya mengangkat sebelah sudut bibirnya, seolah mengejek.
"Alhamdulillah" Tiara berucap syukur pelan, namun masih terdengar oleh Riki, dia pun pamit meninggalkan ruangan menyusul Anggia yang sudah lebih dulu menuju pintu keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
maya ummu ihsan
menjaga tidak bersentuhan dengan lawan jenis. bagus....tp di part awal kok di kisahkan punya pacar?
2023-08-21
2
Asep Nurdin
aku mampir Thor awal baca ceritanya bagus aku suka
2023-05-16
1
Ingka
Kayaknya menarik nih...mau lanjut bacanya ya...semangat ya Othor..💪
2023-03-18
1