Tepat pukul dua belas suang Tiara sudah keluar dari kantor tempatnya magang. Dia sudah izin jauh-jauh hari kepada manajernya untuk bisa bekerja setengah hari hari ini, untunglah pertemuan dengan jajaran direksi berjalan lancar dan dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, divisi pemasaran yang ditempati Tiara kembali menjadi divisi dengan laporan paling memuaskan dan tentu saja itu semua karena ada campur tangan Tiara dalam penyusunan laporan yang lebih mudah difahami.
Tiara berdiri tepat di depan kantornya menunggu pesanan ojek online yang sudah dipesannya melalui aplikasi di handphonenya.
"Tuan, itu sepertinya Tiara. Mau berhenti atau lanjut saja?" mendapati Tiara sedang berdiri di depan lobi perusahaan Arga memberitahu Arzan saat mereka keluar dari parkiran khusus direktur utama, agenda Arzan saat ini adalah bertemu dengan klien sambil makan siang.
Tidak ada jawaban dari Arzan, dia menegakkan punggungnya dan melihat ke arah Tiara yang sedang berdiri dengan tas yang berada di punggungnya dan di tangannya menenteng sebuah goodie bag yang entah apa isinya.
Arzan mengernyit, melihat sepertinya Tiara akan pulang bukan untuk pergi makan siang atau sekedar mengisi waktu istirahat.
Belum sempat Arzan menjawab, tiba-tiba ojek online pesanan Tiara sudah berhenti tepat di hadapan gadis itu.
"Mau kemana dia?" Arzan balik bertanya pada Arga,
"Apakah perlu kita ikuti, Tuan?" Arga menawarkan pilihan yang hampir saja diangguki Arzan, namun dia tersadar jika hari ini dia akan pergi ke pertemuan makan siang bersama rekan bisnisnya untuk membicarakan perihal kerja sama penting mereka.
"Kamu pikir aku tidak punya pekerjaan sampai harus mengikuti gadis itu?" ucap Arzan ketus, dia memalingkan wajahnya saat melihat dengan jelas Tiara tersenyum pada abang ojek online yang dipesannya kemudian naik ke atas motor setelah terlebih dahulu menerima helm dari pengemudi ojeg online itu dan memakainya.
"Cihh" Arzan bahkan berdecih saat memalingkan wajahnya.
"Baik Tuan, maafkan saya" balas Arga dengan senyum dikulum, dia tahu tuannya terlalu gengsi untuk mengakui hal itu.
"Kamu cari tahu saja mau pergi kemana gadis itu di jam kerja seperti ini" titah Arzan masih dengan suara ketus.
"Baik tuan" jawab Arga sambil melajukan mobilnya keluar dari area kantor, sesaat setelah ojek online yang ditumpangi Tiara sudah melaju.
Tiga puluh menit waktu yang dibutuhkan Tiara untuk sampai di sekolah Qiana, keramaian tampak sudah terlihat jelas sejak gerbang sekolah itu, spanduk ucapan selamat datang pun terbentang di gerbang utama sekolah.
Tiara turun dari ojek onlinenya, memasuki gerbang dengan berjalan kaki. Beberapa orang tampak melirik ke arahnya, beberapa kali bahkan Tiara harus menghentikan jalannya dan melipir ke pinggir karena beberapa mobil yang masuk bersamaan ke area sekolah, di area parkir pun sudah berderet mobil-mobil mewah dan berbagai merk.
"Assalamu'alaikum, selamat siang Bu! Silahkan untuk mengisi daftar hadir terlebih dahulu" salah satu guru yang bertugas di bagian depan aula menyapa Tiara dengan ramah dan memintanya untuk mengisi daftar hadir.
"Wa'alaikumsalam, terima kasih Bu Guru" balas Tiara dengan senyum ramah. Dia pun mencari nama Qiana berdasarkan alphabet.
"Ibu bundanya Qiana?" tanya guru itu ramah, Tiara pun mendongak.
"Saya walinya, ayahnya belum bisa datang dan meminta saya lebih dulu datang untuk menggantikannya" jawab Tiara, mencari jawaban senatural mungkin. Tidak mungkin jika dia mengatakan bahwa dirinya adalah ibu sambung Qiana atau istri Tuan Arzan yang tersohor itu.
"Baiklah Bunda, silahkan masuk dan menempati tempat duduk yang sudah disediakan" ucap guru lain yang sama-sama bertugas sebagai penerima tamu.
Tiara memasuki pintu aula sesuai arahan, dia mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang akan dia tempati. Beberapa pasangan yang merupakan orang tua siswa sudah tampak memenuhi tempat duduk. Mereka yang hadir adalah pasangan suami istri.
Tiara memilih duduk di deretan kursi belakang namun karena posisinya yang seperti tangga, Tiara tetap dapat melihat dengan jelas keseluruhan panggung tempat Qiana pentas.
"Mohon perhatian, acara akan dimulai" seorang pembawa acara berjas formal rapi menaiki panggung dengan mic berada di tangannya, memberi pemberitahuan kepada seluruh undangan yang hadir bahwa acara akan segera dimulai.
Sudah hampir satu jam acara formal yang berisi pembukaan dan sambutan-sambutan itu berjalan. Tiara masih duduk sendiri di deretan kursi paling belakang. Di unjung barisan kursi tempat Tiara duduk terlihat seorang laki-laki yang juga duduk sendiri menyimak semua acara dengan fokus.
Tibalah pada acara yang dinantikannya, Tiara bersiap mengeluarkan kertas berbentuk love dengan gagang yang dia buat dari penggaris panjang tiga puluh centimeter, di kertas tebal yang berbentuk love itu tertera tulisan dengan huruf besar "QIANA, YOU ARE THE BEST".
Tiara bersorak dengan heboh saat nama Qiana dipanggil sebagai salah satu peserta paduan suara itu. Dengan riang Tiara mengacungkan kertas berbentuk love yang dibawanya itu semakin atas agar Qiana mengetahui keberadaannya. Tanpa Tiara sadari, semua tingkahnya sejak tadi menarik perhatian laki-laki yaang duduk di ujung deretan kursi itu. Laki-laki itu bahkan sempat berdiri untuk memastikan tulisan yaang tertera di kertas yang diacung-acungkan Tiara.
"Selamat siang Nona, boleh saya duduk di sini?" tanpa sepengetahuan Tiara laki-laki itu sudah berada di sampingnya dan duduk dengan santai hanya berjarak satu kursi darinya,
"Selamat siang, silahkan tuan" jawab Tiara singkat, dia kembali mengalihkan pandangannya ke atas panggung, kembali bertepuk tangan dengan semangat saat mendengar Qiana menyanyikan sebagian lirik lagu seorang diri.
"Kamu siapanya anak itu?" tiba-tiba suara laki-laki itu kembali mengalihkan pandangannya, Tiara menoleh ke arah samping dimana laki-laki itu berada memastikan jika laki-laki itu benar-benar bertanya padanya
"Tuan bertanya pada saya?" Tiara menunjuk dirinya sendiri,
"Ya, bukankah hanya ada kita berdua di deretan kursi paling belakang ini?" laki-laki itu menjawab pertanyaan Tiara dengan kembali bertanya,
"Anak itu?" Tiara merasa bingung dengan pertanyaan laki-laki itu,
"Qiana Nafeeza Malik" jelas laki-laki itu,
"Saya...saya... " Tiara ragu untuk mengatakan kebenaran jika dia adalah ibu sambung gadis cilik itu, namun Tiara pun enggan jika harus mengatakan dirinya adalah pengasuh Tiara.
"Eumm...oke, kalau begitu aku perkenalkan dulu diriku" sela laki-laki itu yang kemudian merogoh dompetnya mengambil kartu nama dan memberikannya pada Tiara,
"Nathan, kamu bisa panggil aku Nathan" laki-laki yang menyodorkan kartu namanya tersebut menyebutkan namanya sambil terus memegangi kartu nama yang tak kunjung diambil Tiara.
"Baik Tuan Nathan" tanpa mengambil kartu nama itu Tiara pun menganggukan kepalanya.
"Ini, kartu namaku" Nathan kembali mengacungkan kartu namanya tepat di hadapan Tiara,
"Maaf Tuan, kita sudah berkenalan. Saya pikir saya tidak memerlukan kartu nama anda lagi" jawab Tiara yang hanya melirik sekilas ke arah Nathan, pandangannya kembali dia fokuskan ke atas panggung dimana Qiana kembali menyanyikan sebagian lirik lagu yang dibawakannya seorang diri.
"Aku ditolak?" ucap Nathan dengan senyum tipis dibibirnya,
"Maaf Tuan" balas Tiara dengan seulas senyum namun tetap dengan menundukkan pandangannya,
"Manis" gumam Nathan dalam hatinya,
"Lalu apa hubunganmu dengan Qiana?" Nathan tidak menyerah, dia terus mengorek informasi dari gadis yang baru saja menolak kartu namanya itu, dia bahkan semakin memiringkan badannya menatap Tiara yang tetap menghadap lurus ke arah panggung tanpa sedikit pun menoleh ke arahnya,
"Saya pengasuhnya Nona Qiana" karena merasa risih dengan Nathan yang terus menatapnya dari samping, Tiara akhirnya buka suara. Berharap setelahnya laki-laki itu kembali menjauh darinya, namun dugaannya salah.
"Ouh, baiklah" balas Nathan kembali menghadapkan badannya ke arah panggung dan tetap duduk di kursi yang dekat dengan Tiara, hanya terhalang satu kursi itu pun karena Tiara menyimpan tasnya di sana.
Tiara tetap menghadap ke arah panggung melihat Qiana yang sudah akan turun panggung selesai penampilan perdananya, mengacuhkan diri dari apapun yang membuatnya tidak nyaman. Fokusnya adalah Qiana, Tiara tahu jika laki-laki yang mengaku bernama Nathan itu sejak tadi terus mencuri-curi pandang kepadanya.
"Kamu tidak mau tahu aku siapa?" Nathan kembali mencoba mengakrabkan diri dengan Tiara, dia merasa bahwa Tiara gadis yang cukup unik, menarik pikirnya.
Tiara kembali menoleh, "Tuan Nathan kan?" jawab Tiara kembali meluruskan pandangannya menunggu penampilan Tiara yang akan membacakan surat An-Naba.
"Oh iya benar, aku Nathan" ujarnya dengan senyum menyeringai,
"Maksudku kamu tidak mau tahu aku siapanya Qiana?" tanya Nathan lagi,
"Memang alasan anda ke sini untuk nona Qiana?" Tiara balik bertanya,
"Tentu saja, dan sekarang alasanku bahkan bertambah kenapa ada di sini" jawab Nathan masih dengan senyum tersungging di bibirnya,
"Oh" Tiara hanya beroh ria,
"Kamu mau tahu alasan lain kenapa aku ada di sini?" Nathan mengernyitkan dahi saat mendengar Tiara hanya menjawab oh saja,
Tiara menggelengkan kepala, membuat Nathan semakin penasaran dengan gadis di hadapannya ini, ternyata pesonanya tidak mempan untuk gadis ini, batin Nathan.
"Kamu....." ucapan Nathan terjeda saat suara bass seseorang terdengar dari belakang mereka,
"Sejak dulu kamu selalu saja tertarik dengan milikku, Nathan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Siti Sopiah
Ah dasar lambemu arzan Tiara kan cuma kau anggap pengasuh anakmu.giliran ada yg mendekati nya tak terima pula
2024-04-18
0
RaNiA
wihh.. sopo maneh kuwi??
2022-09-06
2
Biru
Thor kok lama bgt gk up2 padahal d tunggu lho ceritanya bagus makin penasaran
2022-08-09
1