Bab 20

Jantungku masih berdebar karena kejadian tadi, tapi entah kenapa aku tidak marah sama sekali dengan perlakuan Arga padaku. Ciuman Arga begitu lembut hingga aku hanyut di dalamnya. Ingin rasanya aku mengulangnya lagi.

"Eh apa yang ku pikirkan?" Tanyaku dalam hati sambil menggelengkan kepalaku.

"Kamu kenapa sayang, kok geleng-geleng?" Tanya Arga yang melihat tingkahku.

"Gak apa-apa, eh apa tadi kamu panggil aku sayang?" Tanyaku.

"Iya, gak boleh ya?" Tanya Arga.

"Terserah kamu aja, lagian aku udah biasa dipanggil sayang." Jawabku.

"Sama siapa? Efan?" Tanya Arga penasaran.

"Mama ku." Jawabku singkat.

"Oh...kirain sama Efan." Ucap Arga.

"Ngapain Efan manggil aku sayang?" Tanyaku.

"Ya mana tau." Jawab Arga.

"Huh." Ucapku sebal.

"Ganti siaran tv nya ya, gak enak acaranya." Usul Arga.

"Terserah." Ucapku.

"Jangan ngambek terus dong sayang, ntar aku cium lagi loh." Pinta Arga.

"Terserah" Jawabku asal.

Arga menarik leherku dan mendekatkan wajahku ke wajahnya sehingga kentang goreng yang ku pegang berhamburan.

"Argaaaa..." Teriakku.

"Hahaha katanya terserah." Tertawa Arga lepas melihatku berteriak.

"Awas kalo kamu berani cium aku lagi ya." Ancam ku.

"Emang kamu mau ngapain aku?" Tanya Arga.

"Aku cium balik, pusaasss?" Jawabku sedikit berteriak.

"Hahaha kalo gitu aku senang." Arga tertawa lepas.

"Dasar cowok mesum." Ucapku pada Arga.

"Eit maaf, saya cowok baik-baik ya." Ucap Arga sok cool.

"Mana ada cowok baik-baik sembarangan mencium wanita." Ucapku.

"Kan cuma kamu yang aku cium." Jawab Arga.

"Iya cuma aku saat ini, tapi sebelumnya kan banyak."

"Siapa bilang?" Tanya Arga.

"Buktinya kamu seperti sudah profesional banget pas mencium ku." Jawabku.

"Dengar ya sayang, kamu wanita pertama yang merasakan bibirku." Jelas Arga.

"Aku gak percaya." Jawabku tegas.

"Ya sudah kalo gak percaya, tapi itulah kenyataannya." Ucap Arga.

"Huh." Aku mendengus.

Malam sudah larut, makanan yang kami pesan tadi pun sudah habis. Aku memutuskan untuk tidur karena besok harus kerja.

"Aku udah ngantuk, aku tidur ya." Ucapku.

"Oke, selamat tidur sayang." Ucap Arga tersenyum.

Aku pun masuk ke kamar dan tidur.

Alarm di handphone ku berbunyi tepat pukul 05.00 wib. Aku pun bangun dari tidurku. Aku mandi dan bersiap untuk berkerja. Selesai mandi dan berpakaian aku keluar dari kamar. Ku lihat Arga sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

"Pagi sayang, sudah siap ya?" Sapa Arga.

"Pagi." Jawabku singkat.

"Cantik banget kamu hari ini." Ucap Arga tersenyum.

"Kan emang aku selalu cantik." Ucapku narsis.

"Hmm..iya dong, Rara nya Arga pasti selalu cantik." Ucap Arga memuji.

"Kok Rara nya Arga?" Tanyaku.

"Terus Rara nya siapa dong?" Arga balik bertanya.

"Rara nya Papa dan Mama aku lah." Jawabku.

"Rara nya Arga juga dong." Pinta Arga.

"Gak mau." Aku menolak.

"Tapi aku mau." Ucap Arga.

"Huh." Aku mendengus.

"Udah ah ayok makan." Ucap Arga.

"Hu ugh." Aku mengangguk.

Aku memakan sarapan ku dengan santai karena emang waktu berangkat kerja masih lama, aku sengaja bersiap lebih cepat supaya tidak terburu-buru, jadi bisa lebih santai.

" Ya sudah aku berangkat kerja ya." Ucapku.

"Oke cantik, hati-hati di jalan ya." Pesan Arga.

Aku melajukan mobilku ke kantor dengan santai.

Sampai di parkiran aku melihat mobil Sofie yang baru saja tiba.

"Raraaa..." Teriak Sofie memanggilku.

"Hai Sof, yuk masuk." Ajak ku.

Kami berdua pun berjalan hendak masuk ke kantor.

"Hei tungguin aku dong." Tiba-tiba Efan muncul dari belakang kami berdua.

"Lah baru sampai juga lu fan?" Tanya Sofie.

"Iya." Jawab Efan.

"Hari ini kita jadi meeting sama ST.Co kan?" Tanyaku.

"Kayaknya sih jadi." Jawab Sofie.

Sampai di dalam kantor kami pun menuju meja masing-masing. Tak berapa lama kemudian telepon di mejaku pun berdering.

"Pagi Pak." Sapa ku dari telepon karena aku tau Pak Makmun yang menelepon.

"Iya pagi Ra, kamu ke ruangan saya sekarang ya." Suruh Pak Makmun.

"Oh baik pak." Jawabku.

"Oke saya tunggu." Pak Makmun menutup telepon.

Aku pun segera ke ruangan pak makmun.

"Tok tok tok." Aku mengetuk pintu ruangan Pak Makmun.

"Iya silahkan masuk." Jawab pak makmun.

"Pagi pak." Sapa ku.

"Iya pagi Ra, kita duduk di kursi tamu aja ya." Pinta Pak Makmun.

"Oh baik Pak." Jawabku.

Aku dan Pak Makmun berjalan menuju ke kursi tamu. Di sana aku melihat seorang pria yang sudah duluan duduk.

Pak...ini saya perkenalkan designer kita namanya Rara." Pak Makmun memperkenalkan ku pada pria itu.

"Perkenalkan Pak nama saya Rara." Ucapku.

"Dan Rara, perkenalkan beliau adalah CEO kita Pak Ardi Nugraha." Ucap Pak Makmun.

"Oke sudah cukup perkenalannya, mari kita duduk." Pinta Pak Ardi.

"Baik Pak." Jawabku.

"Kamu baru pertama kali bertemu dengan saya ya?" Tanya Pak Ardi padaku.

"I..iya Pak." Jawabku terbata.

"Hahaha pantesan kaku begitu. Jangan kaku ah, kita santai saja." Pak Ardi tertawa.

Aku berfikir wajah dan tertawanya sangat familiar sekali seperti sudah sering melihat dan mendengarnya.

"Iya pak baik." Jawabku.

"Disini saya mau berterima kasih pada kamu atas kerja keras kamu selama kamu bergabung di perusahaan ini. Semua design kamu sangat bagus dan sangat diminati konsumen. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih ya." Ucap Pak Ardi padaku.

"Iya pak sama-sama, saya akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini." Jawabku.

"Iya saya yakin itu. oh ya nanti jam 09.00 kita ada meeting dengan ST.Co kan?" Tanya Pak Ardi pada Pak Makmun.

"Iya benar Pak." Jawab Pak Makmun.

"Siapa saja nanti yang ikut meeting dengan kita?" Tanya Pak Ardi lagi.

"Nanti yang ikut meeting ada designer kita Rara, kepala produksi Sofie dan bagian keuangan Efan Pak." Jawab Pak Makmun.

"Oh oke kalo begitu kamu disini saja sampai waktu meeting tiba Ya." Pinta Pak Ardi padaku.

"Baik pak." Jawabku.

"Kenapa ya ST.Co selalu mengajukan kerja sama dengan kita padahal sudah berkali-kali kita tolak?" Tanya Pak Ardi pada Pak Makmun.

"Mungkin karena mereka melihat perkembangan THE ONE sangat pesat Pak makanya mereka berminat sekali untuk berkerja sama dengan kita." Jawab Pak Makmun.

"Kenapa Bapak selalu menolak ajakan kerja sama dengan ST.Co ?" Tanyaku pada Pak Ardi.

"Tidak tau kenapa tapi emang dari dulu saya tidak begitu tertarik dengan mereka, apalagi design mereka tidak ada yang saya suka." Jawab Pak Ardi.

"Benar juga Pak. Saya juga tidak tertarik dengan proposal kerja sama yang mereka ajukan karena terkesan mencurigakan." Jelas ku.

"Dimana yang kamu rasa mencurigakan?" Tanya Pak Ardi padaku.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!