Renata berjalan menyusuri lorong apartemennya. Dia malas harus kembali ke apartemennya, yang bagaikan neraka baginya.
Saat dibukakan pintu, ternyata Ricky sudah pulang dan sedang membaca majalah bisnis di ruang tengah.
Renata tidak menyapanya, dia malas bicara dengan pria itu. Terdengar Hp Ricky berdering.
“ Ya, jangan lupa minum obat, jangan begadang, cepat tidur, istirahat, supaya besok badanmu cepat pulih “ ucap Ricky.
Mendengarnya hati Renata terasa sakit, matanya sudah mulai berair lagi, dia cepat-cepat ke kamarnya. Mandi, memakai baju tidur lalu berbaring ditempat tidur dengan berselimut, hatinya benar-benar tidak mood hari ini.
Terdengar suara pintu dibuka, disusul langkah mendekatinya.
“ Apa kau sudah makan ? “ tanya Ricky. Renata tidak mejawab, hanya tetesan air matanya keluar dari matanya yang tertutup.
Ricky menatap punggung Renata yang tidur membelakanginya.
“ Aku mau keluar sebentar. Apa kau ingin dibelikan sesuatu ? “ tanyanya lagi, tapi Renata tetap tidak menjawab, akhirnya Ricky keluar dari kamar itu dan menutup pintunya.
Setelah kepergian Ricky, Renatapun menangis sejadi jadinya, rasa sakit dan penyesalan, meratapi diri, dia tumpahkan dengan tangisan yang sudah ditahannya sedari tadi.
Pagi-pagi sekali Renata sudah bangun, dia ingin sekali cepat-cepat keluar dari apartemen ini. Dilihatnya disampingnya ternyata kosong, entah kemana suaminya itu. Ah sepertinya dia harus tidak memperdulikannya, dia tidak bisa mencegah apapun yang suaminya ingin lakukan.
Saat keluar dari kamarnya, ternyata suaminya tidur di sofa. Renata tidak peduli, dia bergegas menuju pintu keluar dari apartemen itu.
Ricky yang mendengar Renata menutup pintu apartemen, akhirnya terbangun. Dilihatnya jam di dinding.
“ Sepagi ini dia berangkat ke kantor “ gumamnya.
Sepagi itu setelah memarkir mobilnya di halaman gedung tempatnya bekerja, Renata duduk di pinggir trotoar, melihat mobil yang melintas berlalu lalang di jalan raya yang padat.
Tiba-tiba sebuah mobil yang sangat dia kenal, berhenti di depannya. Ricky membukakan kaca mobil. Diapun turun, membawa sebuah kantong plastic yang berisik kotak makanan. Menghampiri Renata yang kaget melihat kedatangannya.
“ Aku cemas kau berangkat pagi pagi sekali. Aku membawakan sarapan untukmu “ ucap Ricky, yang masih menggunakan baju tidurnya dan dibalut jaket.
Renata menatapnya tak percaya, pria itu menyusulnya dengan masih menggunakan baju tidur. Dan sekarang mengulurkan kantong makanan padanya.
Renata menerima makanan itu dengan enggan, tanpa bicara apa-apa lagi.
“ Aku pulang, aku juga mau berangkat kerja “ ujar Ricky, lalu tanpa menunggu jawaban dari Renata, diapun kembali ke mobilnya dan melaju meninggalkan tempat itu.
“ Huh. Perhatian palsu “ gerutu Renata. Menyimpan kantong itu di sampingnya.
“ Tuuut..tuuut…” terdengar suara klakson dari mobil yang berhenti di depannya.
“ Apa yang kau lakukan disitu ? Ayo kita cari sarapan. Aku belum sempat sarapan “ seseorang berteriak dari dalam mobil sambil membukakan kaca mobil sebelah kiri.
Renata melihat kearah mobil berhenti. Itu mobil Talita. Diapun meraih kantong makanan itu lalu masuk ke dalam mobil.
“ Apa itu ? “ tanya Talita
“ Pria bermuka dua itu membawakanku makanan, Katanya dia cemas Karena aku berangkat pagi pagi sekali “ jawab Renata.
“ Bagus. Berarti dia mulai perhatian padamu “
“ Apanya yang bagus, aku malas bertemu dengannya. Apa aku cari kosan lagi saja ? “
“ Ya janganlah, nanti ribet lagi, dia pasti mencarimu “
“ Aku malas bertemu dengannya “ ujar Renata.
“ Kita sarapan disini saja. Di apartemenku tidak ada makanan, aku lupa belum mengisi kulkas “ kata Talita, memarkir mobilnya di kios bubur.
Renata meraih tasnya akan mengambil hpnya, ternyata hpnya tidak ada.
“ Waduh kayanya hpku ketinggalan di apartemen “ ujarnya, kembali membongkar isi tasnya.
“Coba kau telpon suamimu pakai hpku, mungkin dia masih di apartemen “
“ Aku tidak hafal nomornya “ jawab Renata.
“ Ya sudahlah, nanti saja kalau kau pulang kau cek lagi “ kata Talita sambil turun dari mobilnya.
“ Oh iya, hari ini kau diminta menemani Pak Ridwan menemui kliennya. Soalnya si Selly sakit tidak masuk “ ucap Talita, saat sudah duduk di kursi yang kosong disusul Renata duduk di depannya.
“ Aku lagi malas begini. Kau saja “ jawab Renata.
“ Aku sibuk. Banyak sekali kerjaan yang belum selesai. Makanya aku datang pagi-pagi. Eh coba kau buka kotak makanan itu, apa yang dibelikan suamimu ? “ Talita kepo melirik kantong makanan yang dibawa Renata.
Renatapun membukanya, dan isinya…
“ Humberger ? “ tanya Talita.
“ Sepagi ini dapat darimana ? Apa ada toko yang buka sepagi ini ? “ gumam Talita, sambil menarik piring bubur yang disajikan pelayan ke depannya.
Renata hanya diam memandang humberger itu.
“ Ada apa ? “ tanya Talita.
“ Dia masih ingat makanan kesukaanku “ jawab Renata.
“ Itu tandanya dia masih mencintaimu “ ucap Talita.
“ Sudahlah ayo kita makan, sebentar lagi masuk jam kerja “ lanjut Talita dan menyantap buburnya dengan lahap. Renatapun makan humbergernya dengan ragu-ragu. Ternyata pria itu masih mengingat apa yang dia suka.
Sesampainya di kantor, pak Ridwan memanggil Renata ke ruangannya.
“ Ada apa pak ? “
“ Kau ikut aku menemui klien. Selly sakit, jadi tidak masuk kerja. Berkasnya sudah dia siapkan di mejanya katanya “
“ Baik pak “ jawab Renata dengan lesu.
Mau tidak mau akhirnya dia menemani pak Ridwan dan seorang karyawan lagi bernama Dimas, menemui klien barunya di sebuah gedung perkantoran.
Setelah naik lift, merekapun dipersilahkan seorang sekretaris untuk menunggu di ruang meeting. Renata memeperhatikan ruangan itu dengan seksama. Ruangan yang cukup luas dengan tatanan interior yang bagus. Meja kursi yang digunakan rapatpun berkualitas bagus, meskipun ruang meeting tapi terlihat begitu diperhatikan tatanan kualitas tata ruangnya.
Beberapa orang mulai masuk, bersalaman dengan mereka, duduk mengelilingi meja.
“ Apa kita mulai sekarang ? “ tanya Pak Ridwan pada Kliennya, Pak Latif.
“ Sebentar kita masih menunggu presdirnya “ jawab Pak Latif.
“ Oh jadi presdir sendiri akan hadir ? “ ucap Pak Ridwan, terlihat wajahnya agak cemas, dia khawatir tender kali ini akan sulit didapatkan.
“ Benar, bapak tenang saja, asal tender yang bapak tawarkan bagus, presdir pasti menyetujuinya“
“ Saya dengar presdir seorang yang sangat sulit diajak bekerja sama “
“ Benar. Dia sangat teliti dalam setiap aspek. Dia menuntut kesempurnaan dalam setiap pekerjaan “ jawab pak Latif, membuat Pak Ridwan dan Dimas sedikit cemas. Renata hanya mendengarkan pembicaraan mereka saja, karena sebenarnya ini bukan pekerjaannya jadi dia tidak terlalu memikirkannya.
Seseorang memasuki ruangan, orang-orang yang hadir berdiri.
“ Tamunya sudah datang ? “ terdengar suara yang sangat begitu dihafal Renata. Diapun menoleh kearah pria yang datang. Teg. Matanya bertatapan dengan orang itu.
“ Perkenalkan ini pak Ridwan, ini pak Dimas, dan ini bu Renata “ pak Latif memperkenalkan mereka.
Renata tampak termangu, ternyata presdir yang ditunggu tunggu itu suaminya ??? Dia bahkan tidak pernah menanyakan dimana Ricky berkerja, dan sebagai apa. Seorang yang cupu itu ternyata seorang presdir ? Hah pantas saja pacarnya itu menempel terus padanya.
Ricky mengulurkan tangannya pada pak Ridwan, Dimas dan Renata.
“ Silahkan dimulai “ kata Ricky, membukakan kancing jasnya, duduk bersandar di kursi nya, mendorong kursinya sedikit ke belakang meja supaya dia bisa duduk rileks, melihat ke arah whiteboard. Dimas yang akan presentasi saat ini langsung maju, dia terlihat agak gugup tidak seperti biasanya, karena bebannya sangat berat saat ini. Tender yang diajukan perusahaannya berjumlah sangat besar, dan karirnya sangat ditentukan dengan golnya tender ini.
Renata tidak begitu menyimak apa yang disampaikan Dimas, dia hanya menatap pria yang ada di depannya. Seorang pria tampan kharismatik, orang yang tidak mngenalnya mungkin tidak akan menyangka kalau pria itu dulu benar-benar cupu. Sebegitu besarnya keinginannya berusaha berubah hingga bisa seperti ini ?
Kalau seandainya Renata bertemu Ricky sekarang mungkin dia akan jatuh cinta padanya. Siapa sih yang tidak mendambakan suami yang tampan kaya dan juga baik hati, pengertian ? Tapi semua kesempatan itu lewat saja bagi Renata, karena sudah tergores kenangan buruk tentangnya.
Benar yang dikatakan pak Latif tadi, Ricky benar-benar detil dan teliti pada setiap aspek yang disampaikan Dimas, bahkan pria itu saking seriusnya, sama sekali tidak menatapnya. Sepertinya dia benar-benar dianggap tidak ada di ruangan ini.
Sekretaris yang tadi masuk bersama office boy yang membawakan minuman dan makanan ringan. Tampak secangkir kopi hitam disuguhkan berbeda di depan Ricky. Renata menjadi malu sendiri, dia istrinya tidak tahu apa kesukaan suaminya. Ricky tampak berbisik pada sekretarisnya, entah apa yang disampaikannya.
Tidak berapa lama, apa yang menjadi pertanyaannya terjawab, sekretarisnya itu membawakan menu berbeda dengan yang lain, humberger dengan porsi mini beberapa biji disusun dalam satu piring, diletakkan di depan Renata. Pak Ridwan sampai menoleh pada humberger itu, kenapa Renata diberikan humberger ?
Renata menatap Ricky, sepertinya tadi dia menyuruh sekretarisnya membelikan humberger mini. Ricky tahu kalau Renata maniak humberger, dalam sehari bisa memakan beberapa selama humberger masih ada.
Tapi pria yang ditatapnya sama sekali tidak melihat ke arahnya, dia masih sibuk memperhatikan presentasi dari Dimas.
*****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Lyana Gunawan
Ricky mau nya gimana siii masa mau sama 2 2nya siii g adil bgt
2023-02-28
0
Fitri Anwar ALfhyank
masih ada cinta😁
2021-09-14
0