Rifky segera mengantar Medina sampai rumah dan memarkirkan motor gadis itu di teras.
" Calis, kakak pulang dulu ya? Sebentar lagi dhuhur." pamit Rifky.
" Nggak makan dulu disini, kak?" kata Medina.
" Lain kali saja, kakak belum ketemu Om Jamal tadi."
" Ya udah, terimakasih untuk hari ini."
" Buat Calis itu sudah jadi kewajiban aku." bisik Rifky.
" Terserah...!"
Rifky menyerahkan obat untuk pak Hasan lalu berjalan pulang ke rumah pak Jamal. Rumah mereka hanya bersebelahan mungkin hanya berjarak sepuluh meter.
Rumah pak Jamal hanya di pagar besi setinggi satu setengah meter di samping rumah pak Hasan.
" Assalamu'alaikum, Yah." ucap Medina.
" Wa'alaikumsalam, udah pulang? Dapat hukuman apalagi?" tanya ayah.
" Skors satu minggu sama ngerjain tugas sekolah, Yah."
" Mau sampai kapan kamu seperti ini, Din? Sebentar lagi kamu itu lulus, jangan membuat masalah lagi di sekolah."
" Ayah mau makan sekarang? Setelah makan nanti lukanya diobati, tadi dibeliin obat di Apotek sama kak Rifky." Medina berusaha mengalihkan pembicaraan.
" Iya, kita makan sama - sama."
Medina menghangatkan sayur dan menggoreng telur untuk mereka makan. Hanya makanan sederhana namun mereka berdua tetap bersyukur.
¤ ¤ ¤
Sore hari, di rumah Medina sudah berkumpul empat temannya dengan membawa buah kedondong, belimbing dan jambu air. Adam yang tidak diberitahu sebelumnya tidak membawa apa - apa karena dia tidak memiliki buah apapun. Pohon mangga miliknya belum berbuah.
" Mey, pak guru pergi ya? Dari tadi nggak kelihatan?" tanya Ririn.
" Ada di kamar, tadi pagi jatuh dari motor kakinya sakit."
" Ohh... pantas saja tadi kamu ke sekolah sama calon suami." ledek Bayu.
" Apaan sih! Jangan sebar hoaks...!" ketus Medina.
Johan serius mengupas kedondong, sedangkan Adam mengiris belimbing dan jambu air jadi potongan kecil - kecil. Medina membuat minuman di dalam lalu Ririn menyiapkan sambalnya. Untuk, Bayu... dia memakan kerupuk yang sudah Medina siapkan sekaleng besar.
" Assalamu'alaikum,"
Tiba - tiba Rifky datang membawa sekantong buah - buahan dan juga jajanan lainnya.
" Wa'alaikumsalam, kak Rifky." jawab Bayu, Adam dan Johan.
" Nih saya bawa buah - buahan yang lain serta makanan ringan." kata Rifky.
" Terimakasih, kak." sahut Bayu.
" Saya masuk dulu mau jenguk paman Hasan." ujar Rifky sambil menenteng buah - buahan khusus untuk ayahnya Medina.
" Silahkan, kak."
Setelah menemui pak Hasan di kamarnya, Rifky menghampiri Medina dan Ririn di dapur.
" Hai... Oppa...!" teriak Ririn.
" Hai... lagi ngapain?" tanya Rifky.
" Lagi bikin sambal rujak, Oppa. Mau nyobain nggak?" ucap Ririn nyengir.
Medina sedari tadi hanya diam saja dan tak melirik sama sekali ke arah Rifky. Dia fokus dengan minumannya yang ia buat di teko besar biar cukup untuk semuanya.
Setelah selesai membuat sambal, Ririn membawanya keluar menuju teras. Buah - buahan sudah siap semuanya.
" Calis, kok dari tadi diem aja? Lagi sariawan ya?" bisik Rifky.
" Bukan urusanmu!" ketus Medina.
" Ya Allah, tidak boleh begitu sama calon suami. Nanti berkahnya hilang." sahut Rifky dengan senyum manisnya.
" Kakak ngapain kesini?"
" Kangen sama calon istriku yang cantik ini," goda Rifky.
" Jangan bicara asal, nggak enak jadi bahan gosip tetangga."
" Kalau begitu buat ini jadi kenyataan, biar semua orang tidak menyebar gosip."
" Ish... jangan membuatku kesal. Aku mau keluar bawa minuman."
" Biar kakak saja yang bawa, sayangku pasti capek membuatnya."
" Kakaaakkk...!" kesal Medina.
" Jangan teriak, ayah sedang tidur." kata Rifky.
" Ayah? Kau panggil ayahku dengan sebutan ayah juga?"
" Hehehee... kan belajar dari sekarang, biar jadi calon menantu idaman."
" Ish... siapa juga yang mau menikah denganmu!"
Rifky tersenyum melihat gadis nakal itu kesal. Kesenangan tersendiri dalam hatinya saat bisa menggoda Medina.
Rifky keluar membawa nampan berisi gelas diikuti Medina yang membawa teko. Semua bahan rujak sudah siap tinggal makan saja.
" Oppa, memangnya benar ya mau nikah sama Mey?" tanya Ririn.
" Ngomong apaan sih kompor gas!" sahut Medina.
" Kok kompor gas sih, Mey?" Ririn mengerucutkan bibirnya.
" Bukannya kamu sukanya nyamber nggak jelas." ketus Medina.
Rifky sebenarnya sangat pusing mendengar suara cempreng orang - orang di depannya. Tapi demi mendapatkan hati gadis kecilnya, ia rela berbaur dengan para preman sekolah itu.
" Ssttt... ayahnya Medina sedang istirahat jangan berisik." tegur Rifky.
" Tapi kami penasaran, kak. Itu benar apa hoaks, soalnya tadi_..." ucap Bayu yang langsung di sumpal mulutnya dengan kedondong oleh Medina.
" Diem nggak...!" omel Medina.
" Sudah, nggak usah di bahas dulu. Sebaiknya kalian makan tuh rujak." ujar Rifky.
" Tapi, kak... kalau Mey nikah, tidak ada lagi dong yang bisa diajak tawuran." sahut Johan.
" Tawuran aja yang dipikirin, tuh ibu di rumah sudah ngomel - ngomel dari tadi gara - gara tawuran kemarin." kata Adam.
Rifky melihat satu persatu wajah lima remaja di depannya. Sepertinya tak nampak ada penyesalan dari mereka atas kejadian kemarin.
Rifky heran dengan mereka, tak ada takut - takutnya di skors selama seminggu padahal mereka sudah memasuki semester akhir. Mereka berlima tampak bahagia, bercanda dan tertawa bersama seakan tidak ada beban dalam hidupnya.
" Meong, besok pagi jogging yuk? Daripada bengong di rumah." kata Adam.
" Lihat besok aja deh, soalnya belum tahu ayah bisa ngajar atau belum. Kalau sudah, aku harus antar jemput ke sekolahnya." sahut Medina.
" Benar juga, padahal sekalian ke pasar Mey buat belanja dagangan ibu."
" Iya juga ya? Kemarin juga aku nggak sempet beli bahan makanan."
" Kalau aku sih nggak mikirin soal dapur, soalnya itu kerjaan ibuku." kata Ririn.
" Begini saja, besok berangkatnya setelah shubuh terus pulangnya sebelum pak guru berangkat ke sekolah." usul Johan.
" Boleh juga, nanti aku beliin saja sarapan buat ayah." ucap Medina.
Sedari tadi mereka mengobrol seperti ada yang kurang. Medina menoleh ke sampingnya dan melihat satu makhluk yang tidak punya rasa malu.
" Bayuuu...! Dari tadi diem ngabisin kerupuk satu kaleng!" teriak Medina.
Bayu hanya nyengir sambil memasukkan kerupuk yang sudah dilumuri sambal rujak. Tanpa terasa dia sudah menghabiskan setengah kaleng kerupuk itu sedangkan yang lainnya makan rujak.
" Dasar tikus, sukanya makan kerupuk!" seloroh Johan.
" Kau tidak tahu aja, Jo. Kerupuk sama sambal rujak ini rasanya sangat nikmat. Cobain aja kalau tidak percaya." sahut Bayu.
Semakin sore, kelima remaja itu semakin ramai saja seperti pasar. Ada aja bahan obrolan yang membuat mereka tertawa. Rifky hanya diam bersandar tembok di samping Medina sambil memainkan ponselnya.
" Oppa, lagi chat pacarnya ya?" tanya Ririn.
" Tidak, pacar saya disini sekarang. Tidak perlu chat langsung ngomong aja." jawab Rifky sambil melirik ke arah Medina.
" Ngomong tuh sama sambal...!" Medina memasukkan irisan buah yang penuh dengan sambal ke mulut Rifky.
" Ciieee... pake acara suap - suapan segala. Romeo Juliet aja nggak pernah seromantis itu." ledek Bayu.
Semua orang tertawa membuat Medina malu setengah mati. Rifky langsung mengambil minum karena memang sambalnya sangat pedas.
" Eh... nggak boleh ledekin calon istriku, nanti dia ngambek lagi. Besok jam sepuluh semua kumpul disini, kakak ada kerjaan buat kalian." ujar Rifky tak ingin Medina semakin malu.
" Kerjaan apa, kak? Yang penting ada makanannya, Bayu siap 24 jam." sahut Bayu antusias.
" Makanan aja di otak kecilmu itu!" ketus Adam.
" Sudah, kalau sudah selesai makannya beresin semuanya sebentar lagi maghrib." titah Rifky.
" Siap, Oppa...!" teriak Ririn.
" Tapi, kak. Besok ayah gimana?" tanya Medina.
" Besok kakak ke sekolah ayah, minta ijin supaya ayah libur dulu. Sepertinya kaki ayah juga masih sulit kalau harus digerakkan terlalu sering." ujar Rifky.
Mereka segera membereskan semua kekacauan di teras Medina akibat ulah mereka berlima. Rifky masuk ke dalam untuk bertemu dengan pak Hasan yang duduk di ruang tamu melihat anak - anak yang sedang berkumpul.
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
lestari saja💕
klo ada visualnya tambah asik nih ngehalunya....
2022-12-04
0
Humanoid
Makin penasaran sama kelanjutan ceritanya..
2022-11-13
0