Keesokan harinya, setelah mengantar ayahnya ke sekolah. Medina yang bosan mengajak Bayu untuk menyusul Adam di pasar. Katanya Adam sedang belanja banyak untuk masak catering pesanan tetangga desa.
" Bayam, ke pasar yuk? Bosan di rumah nggak ada kerjaan." ajak Medina.
" Sebentar, mau nyuci dulu." sahut Bayu datar.
" Tumben nyuci sendiri?"
" Gara - gara tawuran kemarin nih, sekarang my Mom tidak mau nyuciin bajuku."
" Hahahaa... syukurin!"
" Bukannya bantuin, dasar Meong!"
" Cepetan nyucinya, lima belas menit lagi harus sudah sampai di rumah!"
" Ok, aku masuk dulu."
Hampir setengah jam menunggu, akhirnya Bayu datang juga. Dengan senyum imutnya ia membuka helm lalu menghampiri Medina yang duduk di teras dengan menatapnya tajam.
" Kemana aja sih, Bay! Keburu Adam sampai rumah." omel Medina.
" Sorry, cucian banyak sekalian punya orang serumah. Ini aja ibu yang jemur soalnya tadi Adam telfon minta jemput katanya barang belanjaannya banyak."
" Ya udah, kalau begitu pakai motormu saja biar bisa bawa belanjaannya."
" Ok, ayo berangkat sekarang." kata Medina sembari meraih helmnya diatas meja.
Mereka berdua segera naik ke motor milik Bayu dan bergegas menuju pasar. Tak ingin Adam menunggu lama, Bayu menancap gas dengan kecepatan tinggi. Namun saat sampai di pinggir desa, ternyata ada beberapa preman yang mengejar mereka.
" Bay, kenapa kita dikejar?" tanya Medina.
" Sial...! Ketemu mereka lagi." kata Bayu.
" Kau ada masalah dengan mereka, Bay?"
" Kemarin tak sengaja aku dan Johan menyerempet salah satu dari mereka saat menghindari ibu - ibu yang sedang menyeberang."
" Bisa panjang ini urusannya, Bayam!"
Dalam beberapa menit saja, Bayu dan Medina berhasil dihadang oleh para preman itu. Karena sudah terjebak, mau tidak mau mereka harus menghadapinya.
" Turun kalian!" teriak preman itu.
" Mey, kau mundur saja. Biar aku yang hadapi mereka semua." ujar Bayu.
" Tidak, Bay. Apapun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama." tegas Medina.
" Mey, aku tidak mau kau terluka lagi."
" Bay, kita sudah berjanji untuk saling melindungi satu sama lain. Ingat itu!"
" Fine, crazy woman." Bayu tidak bisa mencegah Medina yang sangat keras kepala.
Medina turun lebih dulu lalu membuka helmnya sehingga rambut panjangnya teruai indah.
" Hei... ternyata dia bawa bidadari kesini." seringai salah satu preman itu.
" Boleh juga buat hiburan," sahut yang lainnya sambil tertawa.
Bayu merasa sangat geram karena mereka berani menatap Medina dengan tatapan melecehkan.
" Kurang ajar! Apa mau kalian!" teriak Bayu.
" Hahahaa... hei bocah! Kau sudah berani menantang kami! Kau tidak tahu kami yang berkuasa disini... hah...!"
" Persetan dengan kalian! Saya tidak takut dengan gembel macam kalian." umpat Bayu.
" Serang bocah ingusan itu!"
Perkelahian itupun tak bisa terelakkan lagi. Bayu dan Medina melawan lima preman yang bertubuh lebih besar dari mereka. Pukulan dan tendangan dilayangkan Medina cukup keras terhadap lawan.
Walaupun Bayu dan Medina nampak kuwalahan melawan preman itu, namun mereka tetap masih unggul dalam menyerang. Medina sempat lengah dan lengannya di bagian yang kemarin luka akibat tawuran, kini malah tersayat pisau milik musuh walaupun tidak dalam.
" Sial...! Beraninya kau melukaiku." umpat Medina.
Gadis yang tadinya terlihat cantik dan anggun itu kini terlihat sangat menyeramkan dengan tatapan mematikan. Medina segera menghampiri preman yang membawa pisau itu dan menghajarnya tanpa ampun.
Berkali - kali Medina memukul dan menendang bagian dada preman itu hingga tersungkur ke tanah. Para preman yang lain bergidik ngeri melihat kilat amarah di mata Medina yang menghajar salah satu temannya membabi buta.
" Sudah, Mey! Lepaskan dia," teriak Bayu mencoba menarik tubuh gadis itu.
" Aku belum puas, Bay kalau mereka belum mati!"
" Mey, lihat mereka. Ingat! Kita tidak melawan orang yang lemah." peringat Bayu.
" Maafkan kami, tolong lepaskan kami. Kami tidak akan mengganggu kalian lagi." ucap preman itu menghiba.
" Ingat! Mulai sekarang saya yang berkuasa disini hingga pasar. Kalau kalian masih ingin bekerja untuk mendapatkan uang, datang besok ke pasar menemuiku." tegas Medina.
Memang benar, tadinya pasar dan jalanan itu dikuasai para preman itu. Namun sekarang, kekuasaan pindah ke tangan Medina.
" Mey, kau yakin mau pegang pasar dan jalanan?" tanya Bayu.
" Aku tidak mau desa ini semakin rusak di tangan mereka." jawab Medina pelan.
" Tanganmu terluka, Mey. Apa sebaiknya pulang saja?"
" Tidak usah, nanti cari obat saja dipasar."
" Ok, kita pergi sekarang."
Para preman itu hanya bisa menatap kepergian dua remaja yang mulai besok akan menjadi bossnya.
¤ ¤ ¤
Sesampainya di pasar, Bayu langsung menuju Apotek untuk mengobati luka Medina sebelum mencari keberadaan Adam dan ibunya.
" Auwww! Pelan - pelan, Bay!"
" Cengeng amat, boss." ledek Bayu.
Selesai membalut luka di lengan Medina, Bayu langsung mencari keberadaan Adam. Ternyata barang belanjaan ibunya memang sangat banyak.
" Kalian habis berantem, ya?" tanya Adam melihat wajah Bayu sedikit memar.
" Cuma insiden kecil di jalan." jawab Medina.
" Lenganmu? Ada apa dengan lenganmu itu? Kau terluka lagi?"
Medina lupa jika jaketnya masih menggantung di pundak belum dipakainya. Adam selalu saja bawel jika melihat Medina cidera saat berkelahi dengan musuh.
" Tidak apa - apa, Dam. Ini juga sudah diobati kok, besok juga sembuh."
" Kalian ini apa tidak bosan berantem terus?" kata ibunya Adam.
" Hehehee... bukan begitu, bik. Kami seperti itu juga hanya untuk membela diri."
" Ya sudah, ayo pulang keburu siang. Pesanannya harus diantar nanti sebelum jam lima sore.:
" Banyak ya, bik? Nanti Dina bantuin masak deh."
" Iya, sekalian nanti bantuin Adam buat antar pesenannya. Kamu tidak usah masak buat makam malam, nanti bibik lebihin masaknya buat kamu dan pak guru."
" Terimakasih, bik."
¤ ¤ ¤
Setiap ada waktu luang, lima remaja itu pasti membantu ibunya Adam untuk mengerjakan catering pesanan warga. Walaupun mereka terkenal brutal di jalanan dan sekolah namun dalam hal prestasi dan juga kewajiban di rumah, mereka tidak bisa diremehkan.
Ririn adalah anak dari pasangan suami istri yang berjualan di warung kecil - kecilan di depan rumah. Mulai dari sembako hingga jajanan anak - anak. Ririn suka membantu menjaga warung dan membersihkan rumah saat orangtuanya sedang sibuk.
Johan, orangtuanya adalah seorang petani di sawah miliknya sendiri. Sebagai anak, dia tidak pernah malu ikut turun ke sawah membantu orangtuanya bercocok tanam.
Bayu, ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan sendiri. Bapaknya seorang pekerja buruh di perkebunan milik pak Jamal. Bayu memiliki dua adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Pemuda yang satu ini sangat rajin membantu ibunya bersih - bersih rumah dan membantu adik - adiknya belajar.
Adam, pemuda satu ini dari kecil sudah ditinggalkan oleh ayahnya sedari kecil saat adiknya baru berumur satu bulan. Saat itu, Adam yang baru berumur tujuh tahun, melihat ayahnya pergi bersama seorang wanita yang katanya calon istri. Kini, sekuat tenaga Adam berusaha untuk bisa membahagiakan ibu dan adiknya. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa bertahan walaupun tanpa seorang ayah.
¤ ¤ ¤
" Mey, kau yakin dengan keputusanmu tadi?" tanya Bayu serius.
" Keputusan apa?" tanya Adam.
Setelah pulang dari pasar, mereka duduk di teras rumah Medina. Jam masih menunjukkan pukul setengah sepuluh. Masih ada waktu untuk Medina memasak sebelum menjemput ayahnya di sekolah.
" Di bahas nanti aja, aku belum memikirkannya." kata Medina.
" Mey, jangan berulah lagi!" tegas Adam.
" Dam, sebenarnya aku punya sebuah rencana. Kita bahas nanti malam setelah semuanya kumpul."
" Rencana apa?"
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
lestari saja💕
saingan nya kangus nih....si mey....
2022-12-04
0