Marah

" Jadi kamu mencintai kakak?" senyum Rifky terkembang sempurna.

" Mmm... bukan begitu. Maksud Dina_..." ucap Medina bingung sendiri.

" Akui saja, aku juga mencintaimu." ucap Rifky dengan tatapan lembutnya.

Medina yang sadar sudah terjebak dengan ucapan Rifky langsung mendorong pria yang kini berada tepat di hadapannya yang hanya berjarak satu langkah itu.

" Kakak mengerjaiku lagi! Dina benci sama kak Rifky!" teriak Dina kesal.

Medina berlari menjauh dari Rifky dengan wajah marah. Rifky segera mengejarnya takut gadis itu tersesat.

" Dina, tunggu! Kakak bisa jelasin!"

Rifky meraih lengan Medina untuk menghentikan langkah gadis itu. Terlihat gadis itu masih marah dan tak mau menatapnya sama sekali.

" Maaf, kakak tidak bermaksud membuatmu marah." ucap Rifky.

" Dina tidak mau bicara dengan kakak lagi!"

" Jangan seperti itu, kakak minta maaf."

Sebenarnya Rifky sudah berusaha jujur bahwa ia sangat mencintai gadis itu. Tapi saat ini sepertinya bukan waktu yang pas untuk mengungkapkan perasaannya. Rifky tidak mau gadis kecilnya itu malah semakin menjauh.

Medina yang marah tak berniat untuk menyahut ucapan Rifky. Sebenarnya dirinya merasakan sesuatu yang berbeda saat Rifky mengatakan mencintainya. Dia marah tapi jantungnya berdebar sangat kencang. Medina tidak mau Rifky mendengar detak jantungnya yang tak mau diajak kompromi saat ini.

" Dina mau pulang!"

" Iya, tapi Calis jangan marah lagi ya?" bujuk Rifky.

" Cepetan atau aku pulang sendiri...!"

" Iya, kita pulang sekarang."

Rifky membiarkan Medina berjalan duluan ke mobil. Dia bingung sendiri menghadapi gadis itu. Saat dirinya bercanda, gadisnya tidak semarah ini. Tapi saat dirinya serius, gadisnya malah murka.

Rifky menjalankan mobilnya sambil sesekali melirik gadisnya yang sedari tadi memalingkan wajahnya ke arah luar.

" Calis, kita makan dulu ya? Pasti kamu lapar dari tadi belum makan." bujuk Rifky.

" Malas...!" jawab Medina datar.

" Nanti kamu sakit, Calis. Kalau sakit nanti kakak yang harus merawatmu. Mulai dari menyuapi, kasih obat dan memandikan juga. Ah... kerjaanku sudah seperti pembantu saja."

" Jadi kakak nggak ikhlas melakukan itu padaku?"

Rifky tersenyum dengan pertanyaan gadis kecilnya. Dia semakin yakin jika gadis kecilnya itu sebenarnya juga memiliki rasa padanya.

" Kakak ikhlas, sayang. Apapun akan kakak lakukan untukmu."

" Dina pengen makan bakso?"

" Ok, kita cari bakso di sekitar sini."

" Kok cari sih, kak?"

" Memangnya kenapa?"

" Memang ada yang buang? Modal dong, beli gitu?" celoteh Dina.

" Hahahaa... iya, sayang. Kita beli, bukan cari. Calon istriku memang sangat pintar." Rifky mengacak rambut Medina pelan.

Rifky melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil mencari kedai yang menjual bakso.

" Kak_..."

" Apa, Calis sayang?"

" Jangan panggil begitu!"

" Inikan cuma berdua, jadi tidak apa - apa. Kalau di depan teman - teman kamu kakak panggil nama."

" Hmmm..."

Rifky menepikan mobilnya di dekat kedai penjual bakso. Medina yang sudah kelaparan langsung berlari keluar dari mobil tanpa menunggu Rifky.

" Pak, baksonya dua makan sini ya?" ucap Medina dengan senyum manisnya.

" Iya, Dek. Silahkan ditunggu dulu, mau minum apa?"

" Mmm... Es Jeruk sama_..." ucap Medina sambil berpikir.

" Saya teh manis hangat saja, pak." kata Rifky menyahut.

" Oh iya, Mas. Silahkan duduk dulu, biar saya buat pesanannya."

Sambil menunggu pesanan, Medina merebut ponsel yang ada di tangan Rifky. Dia penasaran dengan Rifky yang sering memainkan ponselnya saat bersama dirinya.

" Sayang, ada apa?" tanya Rifky kaget.

" Kakak pasti sedang chat dengan pacarnya ya?" tuduh Medina.

" Apa kamu cemburu?" goda Rifky.

" Tidak, buat apa cemburu? Dina tidak punya hak untuk cemburu."

" Siapa yang bilang tidak berhak? Justru kamu wajib cemburu jika ada gadis yang mendekati kakak. Kakak adalah milik kamu, tidak ada satu orangpun yang boleh memiliki kakak selain kamu." ucap Rifky dengan tatapan serius untuk mengulur waktu agar layar ponselnya terkunci.

" Kakak bukanlah milik siapa - siapa saat ini sampai adanya ikatan pernikahan. Selama tidak ada ikatan itu, kita masih bebas menentukan pilihan kita sendiri."

Tak berselang lama, pesanan datang dan Medina melupakan ponsel Rifky di tangannya. Gadis itu langsung melahap makanannya karena sudah sangat lapar.

Rifky buru - buru menyimpan ponselnya ke dalam saku jaketnya agar Medina tak menyentuhnya lagi. Rifky tidak mau Medina membaca chat dalam aplikasi hijau miliknya.

" Kenapa kakak nggak makan?" tanya Medina.

" Eh iya, ini juga mau makan. Masih panas juga makanannya." jawab Rifky kaget.

" Kak, boleh Dina tanya sesuatu?"

" Soal apa?"

" Mmm... tidak jadi, lain kali saja."

" Kenapa calisku sayang? Jika ada yang mengganjal dihatimu, katakan saja pada calon suamimu ini."

" Kakak jangan bercanda terus, Dina serius nih!"

" Hmmm... habiskan dulu makananmu. Kita harus segera pulang, kasihan ayah mertuaku sendirian di rumah."

" Kakak! Dina pulang sendiri aja."

" Ish... gitu aja marah, inget ya... kalau kamu itu adalah jodoh kakak." bisik Rifky.

" Terserah kakak aja, silahkan ngehalu sepuasnya!"

" Semakin cantik kalau galak begini Calisku sayang." goda Rifky.

" Hmmm..." sahut Medina datar.

Mereka melanjutkan makannya dalam diam. Namun tatapan Rifky tak pernah lepas dari wajah gadis kecilnya. Rasanya tak pernah bosan memandang wajah Medina yang cantik alami itu.

Selesai makan, mereka berdua melanjutkan perjalanan untuk pulang. Kasihan juga nanti ayahnya Medina sendirian di rumah walaupun Rifky masih ingin menghabiskan banyak waktu berdua dengan gadis kecilnya.

¤ ¤ ¤

Malam semakin larut, kini Rifky sedang berada di kamarnya dengan laptop yang masih menyala di hadapannya. Sesekali ia juga menerima telfon dari seseorang. Rifky menjadi orang yang sangat berbeda saat ini. Wajahnya terlihat dingin dan datar saat sedang berbicara dengan seseorang di seberang telfon.

" Apa kau sudah menyelidiki orang itu?"

( "..........." )

" Kau urus dia secepatnya, jangan sisakan sedikitpun! Dia sudah berani mengusikku."

( "..........." )

" Saya tunggu kabar selanjutnya."

Rifky kembali berkutat dengan laptopnya, entah apa yang sedang dikerjakannya. Namun dari raut wajahnya, Rifky tampak sedang kesal dan banyak pikiran.

Setelah menutup laptopnya, Rifky bersandar di jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah pak Jamal. Dia menatap rumah pak Hasan yang kecil, tak ada seperempatnya dibandingkan dengan rumah yang ia tempati saat ini.

" Ah, Medina sudah tidur belum ya?" gumam Rifky tersenyum.

Rifky melihat ke arah jendela kamar Medina dan terlihat lampunya masih menyala. Dengan senyum terkembang, Rifky mengirimkan pesan pada gadis kecilnya.

Rifky

( " Calis, udah tidur belum?" )

Rifky gelisah menunggu pesannya dibaca oleh gadis yang membuatnya bersemangat menjalani hari - harinya. Selang lima menit, pesannya terbaca dan ada balasan dari Medina. Rifky hampir saja berteriak kegirangan.

Medina

( " Belum, ada apa, kak?" )

Rifky

( " Mmm... buka jendela kamarnya dong, Calis?" )

Medina

( " Untuk apa? Ini sudah malam jangan membuat ulah!" )

Rifky

( " Kakak kangen pengen lihat kamu, boleh ya? Please... hanya sebentar." )

Medina

( " Dina udah ngantuk, kak. Jangan aneh - aneh!" )

Rifky

( " Kalau begitu video call, ya? Please, Calis?" )

Medina

( " Tidak mau, besok juga ketemu." )

Rifky

( " Sayang, besok kakak akan pergi mungkin dua hari. Kakak ada urusan di kota." )

Medina

( " Ya udah, tapi berangkatnya jam berapa?" )

Rifky

( " Setelah shubuh kakak langsung pergi, Calis." )

Medina

" Terus yang ngerjain tugas sekolah gimana, kak?" )

Rifky

( " Kakak usahakan untuk segera pulang ya? Tugasnya kamu kerjain aja dulu, nanti diskusikan dengan teman - teman kamu." )

Medina

( " Ya udah, sekarang kakak tidur biar besok tidak kesiangan." )

Rifky

( " Ok, sayang. Kamu juga tidur, jangan begadang terus." )

Medina

( Iya, kak. Jangan lupa bawain oleh - oleh yang banyak." )

Rifky

( Iya, Calis sayang. Kalau begitu sekarang kamu tidur, kita ketemu dalam mimpi... hehehee..." )

Setelah cukup lama saling berkirim pesan, akhirnya Rifky bisa tidur dengan nyenyak. Hatinya terasa tenang karena gadis kecilnya tidak marah lagi.

.

.

TBC

.

.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

ini padti berkenaan juragan yg di panti itu td kan??

2023-03-05

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ada apakah gerangan dgn chatnya Rifky yg gak mau Dina melihatnya??!🤫🤫

2023-03-05

0

lestari saja💕

lestari saja💕

aku yg baper.....berasa jadi mey deh😁😁😁😋

2022-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 Tawuran
2 Hukuman
3 Calon istri?
4 Ramai seperti pasar
5 Pelukan hangat
6 Panti Asuhan
7 Semakin dekat
8 Marah
9 Sepi tanpa dia
10 Menghajar preman
11 Penguasa pasar dan jalanan
12 Aturan baru
13 Liburan
14 Bermain air
15 Kembali ke sekolah
16 Rindu
17 Maaf
18 Jangan mencari masalah denganku!
19 Mengenang masa lalu
20 Salah paham
21 Diam
22 Rayuan kakak tampan
23 Pergi lagi
24 Penyesalan Dani
25 Beraksi
26 Bosan
27 Keras kepala
28 Malam mingguan
29 Ibu
30 Senyumanmu semangatku
31 Pengacau
32 Yakinlah dengan cintaku
33 Cintaku terbalas
34 Gadis kesayangan
35 Keributan
36 Membongkar kelicikan Devi
37 Kegiatan Ramadhan
38 Diserang preman
39 Perhatian
40 Dugaan pelaku penyerangan
41 Menjaga calon istri
42 Bermain dengan anak - anak
43 Ungkapan cinta
44 Keliling di jalanan
45 Perdebatan
46 Perjalanan yang melelahkan
47 Masalah di Korea
48 Melawan musuh
49 Seno menghilang
50 Misi penyelamatan
51 Tertembak
52 Tidak ingin berpisah
53 Restu orangtua
54 Selamat berbuka puasa, sayang.
55 Manja
56 Asal kau bahagia
57 Hadiah
58 Jangan marah
59 Tidak usah cemburu
60 Berkumpul di malam takbir
61 Bermain kembang api
62 Ujian akhir
63 Kaulah hidupku
64 Lelah
65 Dinner romantis
66 Ternyata sudah resmi dilamar
67 Fitting gaun pernikahan
68 Bully'an untuk Nicko
69 Kota yang indah
70 Dinner
71 Asalkan bersamamu
72 Harapan
73 Pulang
74 Menangis
75 Sabar, ya?
76 Masa lalu
77 Kedatangan Jonathan
78 Menjalankan misi
79 Malam menegangkan
80 Aksi brutal Medina
81 Jangan menangis!
82 Kapan kau menikahiku?
83 Bertemu Ayah kembali
84 Pernikahan
85 Resepsi
86 Istri menghilang
87 Jangan pergi sendirian
88 Takkan kulepaskan
89 Terimakasih, sayang!
90 Bali
91 Hari yang indah
92 Pulang ke desa
93 Pelukan hangat
94 Demi istri
95 Pagi yang hangat
96 Merindukan pelukanmu
97 Baby girl
98 Keluarga Kim
99 Takut punya anak
100 Medina diculik
101 Insting
102 Medina ditemukan
103 Kabar bahagia
104 Telur asin
105 Mama marah
106 Rifky jadi manja
107 Baby boy Mahendra
108 Kebahagiaan
109 Kesibukan yang tiada akhir
110 Berangkat ke Villa
111 Refreshing
112 Bersama para sahabat
113 Curahan hati Nicko
114 Nicko bahagia
115 Perang dengan hacker
116 Kerjasama dalam tim
117 Hanya berdua saja
118 Edukasi untuk remaja
119 Kejutan untuk Medina
120 Bahagia bersama ( ENDING )
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Tawuran
2
Hukuman
3
Calon istri?
4
Ramai seperti pasar
5
Pelukan hangat
6
Panti Asuhan
7
Semakin dekat
8
Marah
9
Sepi tanpa dia
10
Menghajar preman
11
Penguasa pasar dan jalanan
12
Aturan baru
13
Liburan
14
Bermain air
15
Kembali ke sekolah
16
Rindu
17
Maaf
18
Jangan mencari masalah denganku!
19
Mengenang masa lalu
20
Salah paham
21
Diam
22
Rayuan kakak tampan
23
Pergi lagi
24
Penyesalan Dani
25
Beraksi
26
Bosan
27
Keras kepala
28
Malam mingguan
29
Ibu
30
Senyumanmu semangatku
31
Pengacau
32
Yakinlah dengan cintaku
33
Cintaku terbalas
34
Gadis kesayangan
35
Keributan
36
Membongkar kelicikan Devi
37
Kegiatan Ramadhan
38
Diserang preman
39
Perhatian
40
Dugaan pelaku penyerangan
41
Menjaga calon istri
42
Bermain dengan anak - anak
43
Ungkapan cinta
44
Keliling di jalanan
45
Perdebatan
46
Perjalanan yang melelahkan
47
Masalah di Korea
48
Melawan musuh
49
Seno menghilang
50
Misi penyelamatan
51
Tertembak
52
Tidak ingin berpisah
53
Restu orangtua
54
Selamat berbuka puasa, sayang.
55
Manja
56
Asal kau bahagia
57
Hadiah
58
Jangan marah
59
Tidak usah cemburu
60
Berkumpul di malam takbir
61
Bermain kembang api
62
Ujian akhir
63
Kaulah hidupku
64
Lelah
65
Dinner romantis
66
Ternyata sudah resmi dilamar
67
Fitting gaun pernikahan
68
Bully'an untuk Nicko
69
Kota yang indah
70
Dinner
71
Asalkan bersamamu
72
Harapan
73
Pulang
74
Menangis
75
Sabar, ya?
76
Masa lalu
77
Kedatangan Jonathan
78
Menjalankan misi
79
Malam menegangkan
80
Aksi brutal Medina
81
Jangan menangis!
82
Kapan kau menikahiku?
83
Bertemu Ayah kembali
84
Pernikahan
85
Resepsi
86
Istri menghilang
87
Jangan pergi sendirian
88
Takkan kulepaskan
89
Terimakasih, sayang!
90
Bali
91
Hari yang indah
92
Pulang ke desa
93
Pelukan hangat
94
Demi istri
95
Pagi yang hangat
96
Merindukan pelukanmu
97
Baby girl
98
Keluarga Kim
99
Takut punya anak
100
Medina diculik
101
Insting
102
Medina ditemukan
103
Kabar bahagia
104
Telur asin
105
Mama marah
106
Rifky jadi manja
107
Baby boy Mahendra
108
Kebahagiaan
109
Kesibukan yang tiada akhir
110
Berangkat ke Villa
111
Refreshing
112
Bersama para sahabat
113
Curahan hati Nicko
114
Nicko bahagia
115
Perang dengan hacker
116
Kerjasama dalam tim
117
Hanya berdua saja
118
Edukasi untuk remaja
119
Kejutan untuk Medina
120
Bahagia bersama ( ENDING )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!