"Loh, dari mana, Dad? Kok baru pulang?" tanya Theo. Dia yang mengenakan pakaian santai menghampiri sang ayah tiri dan melihatnya dengan sorot mata heran.
"Apa ... apa Daddy habis dari ...."
"Daddy cuma kangen Mommy kamu," balas Kris dia tepuk pundak sang anak tiri yang tegap lantas berlalu melewati.
Theo yang agak tak senang pun mengekor. "Ayolah, Dad. Move Daddy. Move! Gak baik begini terus. Mommy udah meninggal. Daddy gak harus kayak gini ...."
Theo yang mengikuti Kris dibuat terkejut karena tiba-tiba saja orang yang diprotesnya itu berbalik dan memberi tatapan. Bukan tatapan marah karena telah ikut campur perihal hati, justru ke tatapan sendu.
"Dad ...."
Kris tepuk kembali pundak Theo, lalu memberinya senyum. "Kamu gak akan ngerti perasaan orang dewasa, Theo. Tapi nanti kamu juga akan paham kalau kita gak bisa apa-apa jika hati masih nyimpen sesuatu yang gak akan bisa diterima pasangan kita nanti. Daddy masih mencintai Mommy kamu jadi mana mungkin nerima wanita lain. Nanti yang ada justru Daddy nyakitin dia."
"Tapi Daddy bisa usaha dulu. Bisa, 'kan? Aku gak mau Daddy ngorbanin seumur hidup buat Mommy dan aku. Cukup, Dad. Aku udah gede. Mommy juga gak ada di sini. Ayo, move on!"
Lagi, balasan Kris cuma senyum saja lalu kembali melangkah.
"Kamu udah makan?" tanyanya tanpa membalik badan. Seakan tak ingin membahas lagi perihal hati yang telah beku. Kris belum bisa melupakan Marwa meski sudah tujuh tahun lamanya
Theo yang sewot pun mengiakan dengan singkat.
"Lalu, apa Bi Mun udah pulang?" lanjut Kris.
"Udah, Dad," balas Theo. Dia dekati sang ayah yang sudah duduk di kursi hendak makan.
"Apa perlu aku daftarin Daddy di aplikasi kencan?"
Pertanyaan itu dibalas Kris dengan pelototan. Menandakan dia mulai tak senangnya.
"Dad, Daddy berhak bahagia."
"Theo ...." Kris yang hendak menyendok nasi pun berhenti. Lamat dia menatap Theo yang wajahnya sedikit banyak menyerupai Marwa. "Bisa biarkan Daddy makan? Sekarang udah sore dan Daddy belum makan sama sekali."
Meski kesal Theo pun mengangguk. Dia pergi meninggalkan Kris yang memang terlihat lapar. Namun, baru juga hendak menapaki anak tangga tiba-tiba terdengar bel berbunyi.
Sekilas, kedua pria itu saling tatap. Kris yang hendak menyuap pun berdiri, tapi diinterupsi oleh Theo.
"Biar Theo aja yang buka, Dad. Daddy lanjutin aja makannya." Dengan langkah panjang cowok blasteran Indonesia Korea itu mendekat ke pintu dan sangat terkejut melihat sosok yang tak ingin dia lihat. Di depannya kini berdiri seorang cewek tengil berseragam pramuka yang begitu dia benci. Sosok yang menyebabkan dia harus menahan malu di hari pertama sekolah.
"Fio, ngapain lo ke sini?" ketus Theo. Dia bersedekap dan spontan menghalangi tatapan mata Fio yang seakan mencari keberadaan seseorang di dalam rumahnya.
"Aku bawa ini buat kamu," balas Fio, sok manis dengan cara menunduk malu. Bergaya anggun, dia pun menyerahkan satu kantong martabak spesial ke Theo. "Dinikmatin, ya. Soalnya aku bawa ini selain udah bayar pake duit aku juga pake segenap hati. Jadi jangan hancurin hatiku dengan dibuang ke tong sampah."
"Hah?" Mata Theo terbelalak. "Aku? Kamu?"
Setelah itu cowok bertubuh tinggi itu terkekeh miring. Dia juga menekan dahi Fio dengan punggung tangan. "Wah, pantesan. Panas. Punya paraasetamol kan di rumah?"
Anehnya meski sudah dinyinyir sedemikian rupa tak membuatku Fio malu, dia justru tanpa canggung memegang tangan Theo, lalu menggenggamnya. "Aku tau kamu ketus begini karena kurangnya kasih sayang ibu. Tapi jangan khawatir, aku bakalan ada deket kamu mulai sekarang. Aku bakalan setia dan selalu bantuin kamu jika kesulitan. Dan juga yang terpenting bahu ini." Fio menepuk pundaknya sendiri. "Bahu ini siap buat kamu bersandar."
"Wah ...." Kesal tak berlawanan, Theo pun melepaskan tangannya dengan kasar dari genggaman Fio, lantas berkacak pinggang. Nyalang dia menatap Fio yang bertingkah genit itu.
"Heh, denger ya cewek gila. Lo bukan tipe gu ...."
Lisan Theo menggantung karena tiba-tiba Fio pegang pundaknya, l lantas menepuk dua kali. "Mulai sekarang aku bakalan usaha buat jadi ibu sambung yang baik buat kamu."
Seketika, kresek yang sudah Theo pegang terlepas. Dia terbelalak dengan mulut sedikit terbuka, lisannya juga terbata.
"Theo, siapa yang datang?" teriak Kris dari dalam.
Merasa sang pujaan sudah pulang, Fiona pun dengan segera merapikan rambut yang terkepang dan poni agar mengembang. Setelah itu mengambil kembali kantong kresek berisi martabak bawaan. Dia lewati tubuh Theo yang kaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rike
nah msih skolah udh mkir pngganti ibu tiri🤣🤣🤣
2024-11-23
0
P Nie
ngakak q thor sama kelakuan fio🤣
2022-06-15
0
Nenk Um
astaga fio bikin malu ajah🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-05-22
0