Di sana, di pusara sang istri Kris merenung lama. Di nisan bertuliskan nama Marwa dia menatap penuh kepiluan. Tak lama, ada bening embun yang terjatuh dari ufuk matanya. Bergegas dia menghapus lalu mengukir senyum.
"Maaf, Mar. Aku gak maksud buat kamu sedih. Ini air mata bahagia karena anak kita akan berusia tujuh belas besok. Kamu pasti juga sangat bahagia, 'kan?" ucap Kris pelan. Dia lantas mengusap wajah lalu mengedarkan mata ke sekitar.
Fiona yang mengintai sedari tadi spontan bersembunyi di balik pagar, tak dekat tapi tak juga jauh. Yang jelas dia bisa melihat Kris tapi tak bisa mendengar apa yang dibicarakan sang idola, dan hal itu membuat dia semakin kesal. Ingin lebih dekat tapi takut ketahuan.
"Mar ...." Kris melepas kacamata lalu menyeka setitik embun yang ada di sana. Di netranya yang pekat itu ada keputusasaan, kehilangan dan rindu tertahan. Sebuah rasa yang membuat pria dewasa berusia 28 tahun itu kembali mendesah berat dan panjang. Akan tetapi, demi mendiang sang istri dia ukir juga senyuman manis meski kegetiran yang dirasa..
Itu semua demi Marwa. Marwa adalah janda asli Sunda yang ditinggal suami berkebangsaan Korea. Saat itu Marwa baru saja melahirkan Theo. Saat bersamaan sang suami yang sedang dalam perjalanan menemuinya mengalami kecelakaan pesawat. Marwa jadi janda saat anaknya baru saja lahir.
Waktu terus bergulir sebagaimana mestinya hingga akhirnya takdir mempertemukan Kris pada Marwa. Kris yang baru selesai wisuda begitu mencintai Marwa, bahkan tak keberatan dengan perbedaan usia yang ada. Kris juga mau menerima Theo yang kala itu sudah berusia sepuluh tahun.
Sayang, rasa cinta keduanya berpisah untuk selamanya saat pernikahan baru berjalan dua bulan. Marwa meninggal karena kebakaran. Marwa pergi membawa luka yang teramat dalam untuk Kris dan Theo.
Mengenang itu air mata Kris melimpah ruah. Tak sanggup dia mengenang Marwa, istri tercinta yang meninggal begitu cepat.
Sat Kris mengenang almarhum istrinya, di sisi lain ada Fio yang makin gelisah. Dia penasaran dan ingin bertanya, tapi ....
"Neng lagi ngintip?" tanya seseorang yang spontan membuat Fio terlonjak dan mengurut dada.
"Ya Alloh, Pak. Ngagetin aja," balas Fio, mulutnya merengut kesal. Namun, karena rasa penasaran dia tepis rasa kesal itu pada bapak si penjaga kuburan, lantas mengajaknya ikut mengintip Kris.
"Bapak kenal sama orang itu?" tanya Fio, penuh harap di iris matanya yang cokelat.
"Hm, kenal gak kenal sih, Neng," balas si bapak, senyumnya tampak ambigu dan Fio mengerti apa maknanya itu. Dia pun merogoh kocek dan memberikan uang lima puluh ribu. Uang pemberian Theo waktu itu.
"Sekarang inget kan, Pak?" tanya Fio lagi, setengah geram dia apalagi saat melihat senyum semringah si bapak.
"O jelas. Sekarang mah udah ingat," balasnya yang disertai cengiran. Fio balas mendelik.
"Itu namanya Kris."
"Ya, saya juga tau, Pak."
"Dan yang dia datangi itu istrinya."
Senyum Fio seketika mengembang. Itu artinya tebakannya benar, kalau Kris adalah duda.
"Lalu?" Fiona tampak lebih antusias.
"Dia ke sini setiap bulan."
Fiona manggut-manggut.
"Istrinya meninggal tujuh tahun lalu. Kebakaran. Neng pernah dengar tragedi apartemen Cempaka yang ada di Jakarta Selatan?"
Seketika pupil mata Fio membesar, tak bisa berkata-kata sebab lidahnya serasa diikat tali.
"Ah iya, itu kejadiannya udah lama. Mungkin Neng masih kecil makanya gak tau," balas si bapak.
Tidak, itu tidak benar. Bagaimana Fiona melupakan tragedi itu? Meski telah tujuh tahun berlalu tetap saja itu membekas di hatinya. Tragedi itu merenggut banyak korban dan salah satunya adalah sang ayah yang bertugas sebagai pemadam kebakaran.
Mengenang itu mata Fio mulia mengembun, tapi lekas dia mengubah dan menetralisasi hati sendiri. Dia tak ingin terlalu emosional saat ini.
"Kalau gak salah istrinya ninggalin anak, mungkin sekarang udah sebesar Eneng," lanjut si bapak.
"Terus?" lanjut Fio dan langsung dibalas penjaga kuburan dengan gelengan kepala. Dia pun mendesah berat dan membiarkan uang lima puluh ribu demi informasi yang sangat sedikit itu.
Tapi gak apa. Gue bakalan berjuang sampe titik darah penghabisan. Gue bakalan buat dia move on. Pak ganteng. Tunggu dan bersiaplah bucin ke aku, batin Fio. Senyumnya pun tercipta. Bergegas dia meninggalkan area perkuburan dan naik kembali ke motor Kang Ojol yang masih setia menunggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
wen cavan
hmm...agak rumit yah,tapi gpp berarti pak Kris itu duda ting ting..krn blom menghasilkan anak sendiri😂😂✌🏻
2022-04-12
0
Anie Jung
Pak Kris duda Fio, 🤣🤣🤭Theo anak tiri nya pak Kris ,Fio.😂😂
2022-04-08
0