Sembari berjalan tak henti mulut Fio menggerutu. Bagaimana tidak? Niat hati agar di dandan cantik jadinya malah kacau. Aulia bukannya mendadani justru membuatnya makin terlihat aneh dengan make up ala tante-tante girang dan itu jauh dari ekspektasi.
"Lo nyebelin, Au," gerutu Fio.
Namun Aulia yang kembali mengenakan kacamata tebal hanya tersenyum senang. Dia iringi langkah Fio yang sedari tadi menggerutu.
"Salah siapa? Itu kan ide lo sendiri yang minta di dandani. Jadi jangan salahkan gue dong," balas Aulia tanpa rasa bersalah.
Kembali Fio mendesis, dia melirik sinis Aulia. Namun tak bisa berbuat apa-apa karena salahnya sendiri berharap yang terlalu banyak pada sahabatnya itu.
"Tapi Fi, menurut gue lo itu udah cantik, nggak perlu lagi berdandan yang berlebihan. Itu enggak baik, bisa-bisa lu dipanggil ke ruang BK lagi. Mau lo kayak gitu?" oceh Aulia lagi.
Kembali Fio mendesis dan berjalan makin laju. Dia masuk ke kelas yang ternyata sudah ramai dipenuhi para siswa dan siswi. Selang beberapa detik bel pun berbunyi dan masuklah Miss Jean.
Semua hening. Fio menatap sekitar dan tanpa sengaja beradu pandang dengan mata sang abang yang sudah tajam. Firasatnya jadi tak tenang karena itu.
Apa itu makna tatapannya? Wah, bahaya ini. Jam istirahat baiknya hindari dulu, batinnya
Namun, muka Fio berubah drastis kala melihat punggung Theo. Melihat Theo dia seakan melihat masa depan cerah bersama Kris. Dibayangannya kini mereka sekarang sedang berfoto bersama. Foto keluarga.
"Heh, jangan ngelamun," desis Aulia. Fio kembali merengut.
"Anak-anak. Ibu bakalan umumin hasil ulangan Sabtu lalu. Dan nilai terbaik di dapatkan oleh murid baru. Theo. Beri tepuk tangan."
Seketika ruang kelas menjadi gaduh. Dan itu karena Fio yang bertepuk tangan paling heboh hingga membuat Jean keheranan.
"Fio, jangan senang dulu. Kamu itu paling rendah di ulangan kemaren."
Namun, buka Fio jika tak berpikir positif. Dia hanya membalas perkataan sang guru dengan ucapan terima kasih, lantas mengambil kertas ulangan yang hanya bernilai 50.
"Heran saya. Kamu itu bentar lagi ujian. Ya dikurangin dong mainnya Fio. Masa ulangan mudah gini cuma dapat 50."
"Iya Buk. Nanti aku kurangin. Bila perlu aku karungin terus lempar ke laut. Biar malasnya kagak balik lagi."
Jean hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar sahutan nyeleneh dari siswi paling Badung di sekolah.
"Belajar dari Theo. Walaupun dia baru masuk beberapa hari udah bisa ngalahin juara kelas kita," sungut Jean lagi.
Seketika otak licik Fio bekerja, dia menatap satu kelas dan matanya kemudian terfokus pada Theo yang keheranan.
-
-
-
Bel istirahat berbunyi dan Fio bergegas menghampiri Jean. "Buk, nilai bahas Inggris aku kan jelek, Buk. Boleh gak aku belajar bareng Theo?"
Hening. Jean bahkan tak sadar banyak murid berlaku lalang.
"Kamu serius?" tanya Jean
Fio mengangguk mantap.
"Bagus. Ini baru murid baik. Mau memperbaiki diri dan tidak malu untuk belajar."
"Tapi Ibuk tolong bilangin Theo. Bujukin agar dia mau ngajarin saya."
Jean tampak berpikir, namun menyetujui juga. "Baiklah. Nanti saya bakalan ngomong sama Theo. Kamu tenang aja. Dia kayaknya baik dan mau berbagi. Semoga dia mau bantuin kamu."
"Makasih, Buk. Maksih banyak."
Dengan langkah lebar Fio menjauhi Jean. Dia pergi ke kantin dengan perasaan senang. Jika rencananya ini berhasil itu artinya kesempatan untuk mendekati Kris lebih mulus lagi, karena dengan belajar bersama Theo otomatis dia bisa melihat Kris lebih sering dan kesempatan untuk meluluhkan hatinya jadi lebih besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Anie Jung
Belum apa" sdh mikir foto keluarga, Fio Fio 🤣🤣🤣
2022-04-10
0
Adisty Rere
maafkan typoku ya. nanti langsung aku benerin
2022-04-10
0