" Apa?? paman tidak setuju." Tolak pamannya Cantika.
" Hutang paman sudah terlalu banyak, itu saja masih kurang jadi gaji paman sebagai penjaga toilet akan aku potong setengahnya." Ucap Cantika
" Ini gi*a namanya, paman akan tinggal di mana?" Ucap pamannya dengan nada frustasi.
" Waktu aku keluar dari rumah sakit dan di usir dari mansion milik orang tuaku apakah paman memikirkan aku tinggal di mana? Tidak bukan, paman menikmati kekayaan milik orang tuaku dan berfoya-foya. Jadi pikirkan sendiri akan tinggal di mana karena aku tidak perduli." Ucap Cantika.
" Kak Aleandro minta tolong bodyguard menyuruh pamanku mulai bekerja sebagai penjaga toilet dan ganti seragamnya karena seragamnya tidak cocok." Ucap Cantika.
Pamannya Cantika memakai kemeja, dasi dan jas kantoran yang baunya harum membuat pamannya menahan amarahnya karena harus memakai pakaian penjaga toilet yang bisa dipastikan pakaiannya pasti bau.
" Ok." Jawab Aleandro singkat.
Aleandro mengambil ponselnya di saku jasnya kemudian menghubungi anak buahnya untuk datang ke ruangannya.
" Dasar ponakan tidak tahu di untung." Umpat paman nya.
" Paman yang tidak tahu di untung sama seperti istri dan anak kesayangan paman." Ucap Cantika membalas ucapan pamannya.
tok tok tok
" Masuk." Ucap Aleandro
ceklek.
" Bawa pria ini dan ganti pakaiannya dengan pakaian seragam penjaga toilet." Perintah Aleandro
" Baik tuan." Jawab bodyguard.
Bodyguard itu pun menarik paksa pamannya Cantika menuju ke arah keluar ruangan CEO. Cantika menatap kepergian pamannya dengan tatapan kebencian dan di saat bersamaan dirinya terisak karena Cantika sangat merindukan ke dua orang tuanya.
grep
" Ssttt... sudah jangan menangis." Ucap Claudia sambil memeluk Cantika.
" Hiks... Hiks.... Hiks.... Aku sangat merindukan mommy dan daddy... Tidak ada orang yang tulus mencintai Cantika... Hiks... hiks... paman... bibi dan Rina yang sudah aku anggap keluarga ternyata sangat jahat padaku." Ucap Cantika sambil terisak dan membalas pelukan Claudia.
grep
grep
" Bukankah kita keluarga." Ucap Aleandro dan Maximus bersamaan sambil memeluk Cantika.
" Begitu pula dengan paman, anggap saja paman sebagai pamanmu. Mereka orang jahat tidak pantas kamu tangisi." Ucap Rey sambil menyentuh bahu Cantika.
Aleandro, Maximus, Claudia dan Rey memberikan kekuatan untuk Cantika agar tidak bersedih lagi. Setelah beberapa saat Cantika sudah mulai tenang tapi tubuh Cantika semakin berat membuat Claudia dan Maximus melepaskan pelukannya kecuali Aleandro.
" Cantika..." Panggil mereka serempak.
" Cantika pingsan letakkan di ruang istirahat." Ucap Rey yang tahu ruangan CEO tersebut ada kamar untuk beristirahat.
" Baik paman." Jawab Aleandro
Aleandro menggendong Cantika ala bridal style menuju ke arah kamar sedangkan Maximus menghubungi dokter keluarga untuk datang. Aleandro meletakkan perlahan tubuh Cantika ke ranjang dan duduk di samping Cantika
" Aku tidak menyangka kehidupanmu sangat berat dan tidak semua wanita kuat seperti dirimu. Aku berjanji untuk selalu menjagamu dan tidak membuatmu sedih lagi." Ucap Aleandro sambil membelai pipi Cantika.
Tidak berapa lama datang Claudia, Maximus dan Rey untuk melihat Cantika yang masih setia memejamkan matanya.
" Cantika, aku sebagai sahabatmu akan selalu melindungimu. Aku tidak pernah menyangka kehidupanmu sangat sulit, seandainya aku mengenalmu lebih awal aku akan melawan mereka yang telah membully dirimu dan juga melawan keluarga pamanmu." Ucap Claudia sambil menahan amarahnya.
" Seandainya aku mengenal dirimu lebih dulu aku akan melindungi dirimu. Aku tidak menyangka Cantika mengalami nasib seperti ini." Ucap Aleandro
" Aku sangat bod*h kenapa percaya dengan omongan mereka, seandainya aku menyelidikinya hal ini tidak akan terjadi." Ucap Rey
" Semua sudah terjadi tidak bisa waktu dimundurkan yang penting mulai sekarang aku dan kakakku akan selalu melindungi Cantika dan Claudia." Ucap Maximus.
" Benar katamu." Jawab mereka serempak
" Permisi tuan - tuan dan nona, dokternya sudah datang." Ucap sekretaris tersebut dengan nada sopan.
" Baik silahkan masuk." Jawab Aleandro.
Dokter itupun masuk ke dalam dan semua orang di suruh untuk keluar setelah lima belas menit kemudian dokter itupun keluar dari ruangan tersebut.
" Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Aleandro.
" Nona sudah sadar, aku minta jangan membuatnya stress lagi." Ucap dokter tersebut.
" Baik dokter." Jawab Aleandro.
Dokter itupun pergi meninggalkan mereka sedangkan yang lainnya masuk ke dalam untuk melihat Cantika.
" Bagaimana Cantika apa ada yang sakit?" Tanya Aleandro
" Kepalaku agak pusing." Ucap Cantika sambil memegangi kepalanya.
" Istirahatlah aku akan menunggumu." Ucap Aleandro.
" Kalau begitu saya pamit dulu nona-nona dan tuan-tuan." Ucap Rey
" Baik paman, terima kasih banyak atas bantuannya." Ucap mereka serempak
" Sudah kewajiban ku untuk membantu nona Cantika." Ucap Rey
" Kalau begitu aku juga pergi dulu mau mengurus perusahaan." Pamit Maximus.
" Aku juga mau mengurus restoran milik orang tuaku." Pamit Claudia.
" Kak Aleandro titip Cantika ya." Ucap Claudia
" Ok." Jawab Aleandro singkat.
" Hati-hati dan terima kasih banyak." Ucap Cantika.
" Kita kan keluarga jadi tidak perlu sungkan, kalau ada apa-apa kabarin aku." Ucap Claudia.
Mereka bertiga pergi meninggalkan Cantika dan Aleandro menuju ke tempat masing-masing. Maximus menawarkan Claudia untuk menumpang mobilnya awalnya Claudia tidak bersedia tapi Maximus memaksanya. Claudia pun hanya bisa pasrah di antar oleh Maximus.
" Kamu istirahatlah, aku akan mengecek perusahaan milik ayahmu." Ucap Aleandro
" Terima kasih kak." Jawab Cantika
" Boleh tidak terima kasih dalam bentuk lain?" Tanya Aleandro.
" Apa itu?" Tanya Cantika
cup
Aleandro mengecup pipi Cantika membuat ke dua pipi Cantika memerah.
" Berterima kasih padaku hanya seperti tadi." Ucap Aleandro sambil berdiri meninggalkan Cantika sendirian karena sesungguhnya Aleandro adalah laki-laki normal karena itulah Aleandro menahan hasratnya dengan cara keluar dari kamar itu takut dirinya tidak bisa menahannya.
Hari menjelang siang Aleandro memesan makanan. Aleandro berjalan ke arah ruangan tersebut sambil membawa paper bag dan melihat Cantika sedang duduk menatap pigura foto orang tuanya.
" Cantika makan dulu." Ucap Aleandro
Cantika meletakkan pigura tersebut di atas meja.
" Mereka orang tuamu?" Tanya Aleandro
" Iya benar, paman sangat jahat foto orang tuaku diletakkan di laci paling bawah." Ucap Cantika.
" Sstt... Sudah sekarang kita makan dulu." Ucap Aleandro.
" Aku belum lapar." Ucap Cantika
" Kamu harus makan nanti sakit." Ucap Aleandro sambil membuka bungkusan makanan dan bersiap menyuapi Cantika.
" Aku makan sendiri." Ucap Cantika sambil mengambil makanan yang berada di paper bag
Merekapun makan dalam diam hingga lima belas menit kemudian Cantika dan Aleandro sudah selesai makan dan minum.
" Aku ingin mempelajari perusahaan milik daddyku." Ucap Cantika.
" Ok, aku akan mengajarimu." Ucap Aleandro.
Merekapun berjalan ke luar menuju ke ruang kerja. Aleandro dengan sabar mengajari Cantika karena Cantika sangat cerdas dan tidak membutuhkan waktu lama Cantika mulai mengerti. Hingga tidak terasa hari menjelang sore Aleandro mengantar Cantika ke mansion milik orang tua Cantika. Selesai mengantar Aleandro pulang ke apartemen miliknya.
Di tempat yang berbeda pamannya Cantika pulang ke mansion dan matanya langsung membulat sempurna melihat istri dan putrinya sedang duduk di luar mansion.
" Kenapa kalian tidak masuk ke dalam?" Tanya suaminya.
" Anak kurang ajar itu menyita mansion." Ucap istrinya.
Pamannya sangat kesal sudah diusir dari mansion utama dan kini dirinya juga di usir dari mansion yang masih milik orang tua Cantika.
" Kita pergi ke rumah kita." Ucap suaminya.
" Tapi mansion utama dan mansion ini sangat bagus masa aku harus kembali ke rumah itu." Omel istrinya.
" Terserah aku sangat lelah." Ucap suaminya sambil menarik koper miliknya.
" Ayah, kenapa badanmu bau banget?" Tanya Rina sambil menutup hidungnya.
" Iya tumben biasanya kamu wangi kenapa jadi bau banget." Ucap istrinya.
" Aku sekarang menjadi penjaga toilet di perusahaan." Ucap suaminya.
" Apa??? Bagaimana bisa?" Pekik istrinya.
" Nanti aku ceritakan sekarang aku ingin pulang." Ucap suaminya.
Mereka bertiga berjalan kaki karena semua kendaraan sudah di sita oleh Cantika. Hingga tiga puluh lima menit mereka sudah sampai di rumah milik mereka.
ceklek ceklek
" Kenapa di kunci." Ucap suaminya
ceklek
Seorang pria membuka pintu dan menatap tajam ke arah mereka bertiga.
" Kalian siapa?" Tanya pria itu
" Justru aku bertanya siapa kamu? Kenapa berada di rumah kami?" Tanya pamannya Cantika
" Rumah kalian sudah kami jual, pergilah." Ucap pria itu sambil menutup pintu dengan kasar.
" Si*l... Si*l.. " Ucap mereka bertiga serempak.
" Awas kamu Cantika." Ucap mereka serempak lagi.
" Kita tidur di mana?" Tanya Rina
" Bu, kamu memakai kalung, jual kalungmu untuk menyewa rumah dan buat kita makan." Ucap suaminya
" Apa jual?? Tidak enak saja." Ucap istrinya.
" Terus kita mau tidur di mana? Jual." Perintah suaminya
" Baik... baik... Awas kamu Cantika." Ucap istrinya menahan amarahnya karena kalungnya merupakan kalung kesayangannya.
Mereka bertiga berjalan ke arah toko mas dan menjual kalung tersebut setelah selesai mereka menyewa rumah dan membeli makanan.
Kini mereka sudah selesai mandi dan makan, mereka berpikir untuk membalas perbuatan Cantika hingga suaminya mempunyai ide gila.
" Aku tahu." Ucap suaminya
" Tahu apa?" Tanya istrinya
Suaminya membisikkan ke telinga istri dan putrinya mereka setuju dengan usulan suaminya.
xxxxxxx
Malam berganti pagi, seperti biasa Cantika sudah bangun dan sudah selesai mandi. Cantika memakai kaos putih ketat dilapisi pakaian jaket warna biru senada dengan celana panjangnya.
Cantika menuruni anak tangga sambil membawa tas dan buku-buku kuliah menuju ke arah ruangan makan. Cantika duduk di kursi makan dan sarapan pagi sudah disiapkan oleh kepala pelayan yang dulu berkerja di mansion sekaligus yang dulu Cantika pernah menumpang di rumah mereka.
" Bibi dan paman ayo duduk bersama Cantika." Ajak Cantika
" Maaf nona, bibi dan paman tidak pantas." Ucap kepala pelayan dan bodyguard serempak.
" Bibi dan paman sudah aku anggap sebagai pengganti orang tuaku jadi aku mohon paman dan bibi duduk makan bersama Cantika." Mohon Cantika.
" Tapi nona..." Ucapan paman dan bibinya terpotong oleh Cantika
" Paman dan bibi dulu di saat Cantika terpuruk hanya paman dan bibi yang menerima dan memberikan semangat untuk Cantika jadi Cantika mohon makan bersama Cantika apalagi bukankah waktu Cantika tinggal sama paman dan bibi kita selalu makan bersama?." Tanya Cantika sambil menatap paman dan bibinya bergantian.
" Baiklah nona." Jawab ke duanya serempak.
Mereka bertiga sarapan bersama dan tidak ada satupun yang berbicara hingga lima belas menit kemudian mereka sudah selesai makan.
" Mari nona saya antar." Ucap bodyguard yang merangkap sebagai sopir.
" Mari paman, bibi Cantika berangkat dulu ya." Pamit Cantika sambil mencium punggung tangan bibinya.
" Hati-hati." Ucap bibinya.
Kepala pelayan yang di panggil bibi sangat terharu dengan Cantika yang menghormati dirinya begitu pula dengan suaminya. Bodyguard yang merangkap sebagai sopir mengendarai mobil dengan kecepatan sedang hingga di tempat jalan yang sepi mobilnya di hadang oleh empat orang preman sambil membawa senjata tajam.
" Nona, di sini saja biar paman yang akan menghadapi mereka." Ucap pamannya.
" Tidak paman, Cantika akan membantu paman." Jawab Cantika
Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan ke arah empat preman tersebut.
" Siapa kalian?" Tanya Cantika sambil menatap tajam ke arah mereka.
" Waw... Ternyata cantik juga." Ucap salah satu dari mereka.
" Iya benar, sayang kalau di bun*h lebih baik kita bersenang-senang dulu setelah puas baru kita bun*h." Ucap teman yang lainnya.
duag
bruk
" Si*l." Umpat temannya yang tadi terakhir bicara sambil berusaha berdiri.
Cantika menendang tulang kering preman yang berbicara mesum tersebut membuat preman itu terjatuh karena belum ada persiapan.
" Serang mereka." Perintah salah satu preman tersebut.
Ke empat preman itupun menyerang bodyguard dan Cantika hingga lima belas menit kemudian preman tersebut babak belur di pukul oleh Cantika dan bodyguard tersebut. Bersamaan kedatangan enam pria berseragam hitam-hitam dan menangkap ke empat preman tersebut.
" Maaf nona, silahkan nona melanjutkan perjalanan kembali." Ucap salah satu pria berseragam hitam-hitam.
" Maaf kalian siapa?" Tanya Cantika
" Kami anak buahnya tuan Aleandro." Jawab salah satu pria berseragam hitam-hitam tersebut.
" Baik, terima kasih." Jawab Cantika.
" Sudah menjadi kewajiban kami nona." Jawab salah satu pria berseragam hitam-hitam tersebut.
Cantika tersenyum kemudian
membalikkan badannya dan berjalan ke arah mobil dengan diikuti oleh bodyguard-nya. Bodyguard itu pun mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju ke arah kampus.
Di lokasi kejadian yang tidak begitu jauh paman, bibi dan Rina menahan amarahnya.
" Si*l ternyata kita meremehkan mereka berdua." Ucap suaminya
" Iya benar, aku tidak menyangka mereka berdua bisa berkelahi." Ucap istrinya.
" Apa yang mesti kita lakukan agar bisa menyingkirkan wanita murahan itu." Ucap Rina dengan nada kesal
Mereka bertiga berfikir dan akhirnya setelah agak lama pamannya mempunyai ide cemerlang.
" Ayah ada ide." Ucap ayahnya Rina
" Apa itu ayah?" Tanya istrinya dan Rina
" Ayah akan menyewa mafia untuk membunuh Cantika." Usul ayahnya Rina
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Tambah Seruu Thor Critanya...💪💪👍👍🖐️
2022-11-12
0
Dhizi
paman bibi gak ada akhlak
2022-04-04
0
Eman Sulaeman
tambah seruuuuu author
2022-03-12
0