SURO BLEDEK
Bbledaaar......! Bledarr......! Bledarrr....!
Suara petir yang mengelegar berkali-kali memekakan telinga. Seberkas cahaya yang begitu besar meluncur cepat dari arah barat ke timur membelah langit malam Javadwipa. Cahaya besar itu menerobos gelapnya malam menyerupai lintang kemukus atau bintang jatuh.
Sekilas diujung cahaya yang menyilaukan mata, ada sesuatu benda yang berwarna kehijauan ikut melesat bersamanya. Kilatan petir datang silih berganti mengiringi lesatan cahaya itu.
Duuuum!
Suara ledakan yang memekakkan telinga menandai jatuhnya lintang kemukus yang baru saja membelah langit malam Javadwipa. Kilatan petir belum berhenti masih terlihat beberapa kali menghantam di tempat yang sama. Lintang kemukus itu jatuh di sebuah hutan bagian sisi utara gunung Mahameru.
Setelah suara ledakan keras barusan, suara riuh rendah para binatang buas penghuni hutan langsung terdengar. Mereka semua sepertinya telah terusik oleh kejadian yang baru saja terjadi.
Selain suara ledakan, sebenarnya ada sebuah aura kekuatan yang sangat besar ikut mengiringi kedatangan benda yang menghantam kawasan hutan itu. Entah karena aura kekuatan itu atau karena suara ledakan yang membuat para hewan liar itu merasa terganggu.
Mendadak sekelebat bayangan manusia terlihat terbang dengan kecepatan tinggi. Bayangan manusia itu menerobos diantara pepohonan. Sambil sesekali menginjakkan kakinya dipucuk pohon, tanpa peduli hujan begitu deras mengguyur.
Gelapnya malam dan pekatnya kabut tak mampu menghalangi laju kecepatan gerak langkah kakinya. Jika diperhatikan pakaiannya masih kering. Sebuah medan pelindung yang tak kasat mata telah menghentikan air hujan membasahi tubuhnya. Itu adalah sebentuk pancaran chakra yang telah melindungi tubuhnya dari terpaan air hujan.
Lelaki itu kemudian meluncur kebawah dan berhenti persis didepan sebuah kawah kecil akibat ledakan yang baru saja terjadi. Sebelum benda itu tenggelam dalam kawah kecil sempat menghantam sebuah pohon besar. Karena begitu kuatnya hantaman, membuat pohon itu tumbang dan hancur. Serpihan pohon itu menyebar ke segala arah bersama kobaran api.
Benda yang menerjang pohon itu terus melesat dan menghantam sebuah bebatuan. Karena kuatnya hantaman, membuat tempat itu amblas. Sehingga membentuk lekukan seperti sebuah kawah kecil. Posisi tempat jatuhnya benda itu agak miring sehingga air hujan yang turun tidak memenuhi lengkungan kawah itu.
Kobaran api yang menyebar ke segala arah akhirnya padam oleh siraman air hujan. Tetapi kepulan asapnya masih terlihat masih mengepul di pokok pohon yang hancur.
"Lesatan benda yang membelah langit barusan seperti ndaru(semacam bintang jatuh yang memiliki isyarat gaib tertentu)." Sesosok itu berbicara sendiri sambil memperhatikan sekeliling.
Setelah diperhatikan ternyata sesosok manusia itu adalah seorang lelaki paruh baya. Tatapan mata lelaki itu menyapu keseluruh area dimana dia berdiri. Terutama pada kawah tempat benda yang datang dari langit itu menghujam dengan keras.
"Benda apa sebenarnya yang baru saja melesat di langit tadi? Mengapa ada aura kekuatan sangat besar menyertainya? Sesuatu hal yang sangat tidak wajar!"
"Aura kekuatan itu membuat aku penasaran, bahkan tanpa sadar aku telah mengejar hingga masuk kedalam hutan ini. Tetapi sayang aura kekuatan itu telah menghilang, sebab kini aku sudah tidak mampu lagi merasakan kehadirannya."
Lelaki itu kemudian mendekati kawah yang berada dihadapannya. Kemudian dia mulai menyingkirkan bebatuan yang tersebar ditempat itu.
"Sepertinya aku merasakan aura lain di bekas ledakan ini, walaupun tak sebesar aura kekuatan sebelumnya yang telah membuat aku penasaran."
"Ketemu! Jadi ini benda yang tadi melesat membelah langit malam!"
Setelah menyingkirkan segala reruntuhan bebatuan, sebuah cahaya kehijauan menyeruak keluar dari sela-sela bebatuan. Benda itu sebelumnya telah menghantam sebuah pelataran bagian dari sebuah tebing batu yang besar.
Benda itu sebagian besar amblas masuk kedalam, seakan menyatu dengan batu yang dihantamnya. Mungkin karena saat menghantam suhu terluar dari benda itu sangat panas dengan kecepatan cukup tinggi, sehingga mampu membuat benda itu amblas seakan menyatu.
Sekilas bagian yang terlihat, bentuknya sedikit mirip dengan sebuah kuncup bunga teratai. Bagian itu berwarna hijau transparan dan mampu berpendar mirip sebuah kunang-kunang.
"Demi Sang Hyang Widhi....! Ternyata ada seorang bayi didalamnya? Apakah mataku tidak salah?" Lelaki itu mengusap-usap matanya beberapa kali.
"Bagaimana mungkin bayi didalam benda ini masih bisa hidup?" Lelaki itu menyadari bayi itu masih hidup saat terlihat anggota badannya bergerak-gerak.
"Tidak masuk diakal, Padahal ledakan barusan telah membuat pohon besar itu hancur dan juga terbakar. Apalagi hantamannya sampai membuat kawah sebesar ini. Tentu benda ini menghantam dengan sangat keras."
"Sebaiknya aku menyelamatkan bayi ini terlebih dahulu."
"Tetapi bagaimana caranya membuka benda ini? Mengapa tidak bisa aku buka? Semoga saja, bayi didalam benda ini baik-baik saja kondisinya." Setelah menyadari didalam benda itu terdapat seorang bayi lelaki itu berusaha membuka. Namun dia tidak menemukan sesuatu yang bisa membuat benda itu terbuka. Lelaki itu juga kesulitan mencabutnya, karena hanya permukaannya saja yang terlihat.
"Luar biasa....! Bukan hanya kondisinya baik-baik saja, bahkan dia sedang tertidur pulas!" Sosok lelaki itu berseru penuh takjub sambil menggeleng-gelengkan seakan tidak mempercayai apa yang dia lihat.
Lelaki itu sekilas terlihat seperti berumur lima puluhan atau justru kurang dari itu, sebab jengot dan kumisnya begitu lebat. Sehingga raut mukanya tidak terlalu jelas terlihat didalam gelapnya malam.
Lelaki itu kembali berusaha menyelamatkan bayi didalam benda didepannya, tetapi berkali-kali itu pula dia tidak dapat membukanya. Akhirnya dia berhenti melakukan hal itu dan kembali berdiri sambil memandang sekeliling.
"Kemana perginya aura kekuatan besar yang terasa begitu kuat? Apa mungkin pemilik kekuatan itu hanya mengiringi untuk memastikan keselamatan jabang bayi ini. Atau justru sengaja memancing manusia berilmu tinggi seperti diriku ini, untuk mengejar dan menemukan bayi ini?"
"Tetapi jika itu benar untuk alasan apa?"
Lelaki itu masih menatap ke arah benda yang didalam ada sesosok bayi. Berbagai pertanyaan menyelimuti seluruh pikirannya mencoba menemukan teka-teki atas kejadian yang ada didepan matanya. Tetapi semua pertanyaan-pertanyaan yang datang silih berganti itu tidak diketemukan jawabannya. Lelaki itu kemudian menghela nafas panjang beberapa kali.
"Ketetapan apa yang sebenarnya telah digariskan oleh para Dewata dibalik peristiwa ini?"
Matanya kembali nanar menatap sekitar hutan yang gelap gulita. Ditambah hujan dan kabut, membuat jarak padang tak lebih dari beberapa tombak saja. Lelaki itu kemudian menengadah menatap langit yang gelap dengan guyuran hujan semakin deras.
"Sangat kecil kemungkinannya jika bayi ini dibuang oleh manusia. Benda ini datang dari langit. Aku rasa tidak ada manusia manapun yang mampu melakukannya meskipun sudah ditingkat langit seperti diriku. Kecuali manusia itu telah mencapai kekuatan tahap Dewa, sehingga bisa melakukannya. Selain itu entah keturunan apa bayi ini sebenarnya? Bahkan tempatnya pun bukan benda biasa karena kekuatannya sekelas pusaka dewa."
"Entah rencana apa yang dimiliki Sang Hyang Wenang atas kejadian ini, yang pasti ada rahasia besar yang belum aku pahami."
"Sebentar sepertinya aku mengenali permukaan benda yang terus berpendar ini?" Lelaki itu kembali memeriksa benda yang amblas ke dalam batu dan hanya menyisakan permukaannya yang bercahaya kehijauan.
"Ah..! Benar! Ini batu yang menjadi tempat aku menyimpan banyak kitab ilmu tingkat tinggi!"
Lelaki itu kembali mencoba membuka untuk menyelamatkan bayi yang masih terkurung didalamnya.
"Aku baru paham sekarang! Kekuatan besar yang aku rasakan sejak benda ini melintas dilangit, ternyata tidak bersama pemiliknya langsung. Tetapi hanya esensi kekuatannya saja yang sengaja disegel untuk melindungi benda ini."
"Benar sekali itu yang sesungguhnya terjadi, mengapa sesaat benda ini menghantam bumi, maka aura kekuatan besar itu langsung lenyap."
"Aku harus segera membawa bayi ini pergi sejauh mungkin. Pancaran aura yang begitu kuat saat melintasi langit, kemungkinan telah memancing banyak orang dari golongan hitam maupun dari golongan putih. Karena pancaran kekuatannya mampu dideteksi dari ribuan tombak." (1 tombak setara dengan 3,75 meter)
"Aku tidak tau, apa tujuan orang yang telah mengirim benda beserta bayi ini. Tetapi aku yakin ada rencana besar dari para Dewata yang belum aku pahami. Apalagi aura kekuatan dari benda ini setara dengan senjata kelas dewa, tentu akan menjadi rebutan dunia persilatan. Aku harus mencegah pertumpahan darah itu terjadi."
"Tetapi bagaimana caranya aku membawanya. Apa perlu aku hancurkan saja bebatuan ini, agar aku bisa membawanya pergi? Tetapi aku takut akan dapat mencelakai bayi yang berada didalamnya."
"Semoga saja bayi ini baik-baik saja. Entah apa tujuan dibalik kejadian ini, namun aku rela merawatnya dan mendidiknya sebaik mungkin! Aku juga sangat yakin, jika bayi ini sangatlah istimewa."
"Apalagi selama ini aku juga tidak memiliki murid, jadi tidak ada salahnya jika dia nanti aku angkat menjadi murid!"
"Ahh... Mungkin ini jodoh takdir!"kata lelaki setengah baya itu seperti menggumam. Kembali dia mencoba membuka benda yang berada ditengah kawah.
"Benda ini sepertinya tidak bisa dibuka dari bagian luar? Selain itu, hampir semua bagian dari benda ini juga amblas masuk kedalam batu, membuatnya susah untuk dicabut."
"Jika seperti ini bagaimana aku menyelamatkan dan membawa jabang bayi ini pergi secepatnya dari sini?"
"Sang Hyang Wenang, ijinkan hamba merawat bayi ini jika memang Hyang pepulun menakdirkan diriku yang berhak merawatnya!"
Setelah lelaki itu selesai berbicara, bagian atas dari benda tersebut secara ajaib perlahan mulai terbuka.
"Demi Sang Hyang Wenang! Apakah benda ini tau apa yang barusan aku katakan? Apakah artinya memang diriku yang ditakdirkan untuk merawat jabang bayi ini?"
Lelaki itu terkejut melihat wadah yang bisa terbuka sendiri. Dia begitu tercengang melihat kejadian itu, sebab benda itu bergerak sendiri tanpa ada yang menggerakkannya.
Benda itu terbuka seperti sebuah kuncup bunga teratai. Secara serentak kelopaknya membuka, kemudian lelaki itu dengan sigap segera meraih si jabang bayi.
Lelaki itu cukup khawatir jika bayi yang begitu mungil basah terkena air hujan. Udara yang begitu dingin dihutan kaki gunung Mahameru ditambah hujan tentu sangat berbahaya terhadap keselamatan seorang bayi.
Kemudian terjadi sebuah keanehan. Tanpa sebab musabab mustika tempat wadah bayi itu, mendadak hancur ambyar menjadi serpihan kecil. Kemudian secara perlahan semua serpihan itu mulai melayang naik semakin tinggi. Dalam ketinggian hampir satu tombak serpihan-serpihan itu mulai berputar. Pusaran yang terbentuk semakin lama semakin cepat. Kemudian sebuah kekuatan dari pusaran mencoba menarik tubuh jabang bayi dari dalam pelukan lelaki tersebut.
"Eladalah..pusaran itu memiliki kekuatan penghisap yang luar biasa!"
Secara tidak sadar lelaki itu mencoba menahan dan memeluk tubuh mungil itu. Selanjutnya yang terjadi sangat sulit diterima akal. Lelaki itu merasa tubuh bayi ditarik dengan begitu keras. Lelaki itu tidak memahami dengan apa yang terjadi, tetapi demi menghindari cidera pada bayi, dia akhirnya melepaskan jabang bayi tersebut.
Setelah bayi itu terlepas dari pelukannya, langsung terhisap masuk dalam pusat pusaran. Mata lelaki itu terus menatap ke arah jabang bayi yang melayang diudara dengan harap-harap cemas. Dia tidak memahami dengan apa yang terjadi, tetapi dia bersiaga jika sesuatu terjadi.
Entah apa yang terjadi, kemudian pusaran serpihan itu lenyap semua. Dengan lenyapnya serpihan-serpihan itu, kini sebuah Zirah perang telah menutupi seluruh bagian tubuh jabang bayi.
Penampakan zirah perang hanya terlihat sebentar, sebelum kemudian sebuah cahaya hijau memancar dari sekujur tubuh bayi. Cahaya kehijauan menerangi sekitar tempat tersebut, dalam radius yang tidak terlalu jauh. Kemudian mulai meredup hilang bersama zirah yang sebelumnya terlihat. Cahaya tersebut hilang masuk dalam pusar si jabang bayi.
"Demi sang hyang tunggal!! "
Dengan sigab lelaki itu kemudian menangkap tubuh bayi yang jatuh dengan cara melayang kebawah. Itu terjadi, setelah penampakan cahaya itu menghilang.
"Aku tak menyangka ternyata wadah yang menjadi tempat bayi itu adalah sebuah perwujudan dari sebuah Zirah perang. Aku yakin pasti itu mustika Kavacha yang ada dalam dongeng. Menurut legenda Sang Hyang Batara Surya pernah memberikan zirah itu sebagai cara dirinya melindungi salah satu keturunanya yang ada dibumi. Zirah terkuat yang pernah ada. Aku begitu yakin sekali tak mungkin aku salah." Lelaki itu berdecak kagum dengan keajaiban yang terjadi didepan matanya.
"Mustika yang tak ada celanya! Pantas saja mampu memberikan perlindungan dari dahsyatnya benturan saat menghantam bumi."
"Pertanda apa ini sebenarnya. Bencana apa yang akan menimpa marcapada ini, sehingga para Dewa memberi bekal kepada seorang bayi dengan sebuah pusaka dewa."
"Dulu pusaka ini pernah turun ke bumi. Kini telah muncul kembali ke dunia!" Lelaki itu hanya mampu menghela nafas kemudian mengelengkan kepala. Sepertinya dia tidak mampu memahami segala kejadian yang barusan terjadi.
"Akankah ini bocah yang dulu telah diramalkan oleh orang tua itu!"
Ada rasa kekaguman dan rasa kekhawatiran dalam pikirannya yang berkecamuk membuat seluruh tubuhnya bergetar.
Tatapan matanya tak mampu menutupi keterkagumannya pada sesosok bayi yang ia peluk dibalik jubahnya. Keajaiban demi keajaiban yang barusan terjadi mengingatkan kembali pada sebuah ramalan yang sudah sangat lama.
"Ooweek!ooweeek!ooweeek!" Bayi itu mulai menangis kedinginan segera lelaki itu menyalurkan chakra ke tubuh bayi. Sensasi hangat membuat bayi itu kembali tenang dan mulai tertidur pulas.
Dilihat dari pembawaannya lelaki itu berumur kisaran limapuluhan. Tetapi ada satu rahasia yang membuatnya terlihat seperti berumur lima puluhan atau justru lebih muda dari itu. Karena sesungguhnya dia telah berumur sekitar lima ratus tahun. Dialah Eyang Sindurogo Maharesi yang sakti mandraguna. Tokoh dunia persilatan yang sangat disegani lawan maupun kawan.
Tetapi bagi penduduk sekitar kaki Gunung Mahameru mengenalnya sebagai seorang petapa sekaligus tabib sakti. Mereka tidak terlalu mengetahui latar belakangnya karena tabib itu dikenal sangat tertutup. Walaupun begitu dia dianggap petapa yang baik hati, karena banyak menolong mereka dengan keahlian pengobatannya. Meski memang dia dikenal sebagai penyendiri dan kehidupannya begitu tertutup. Mereka mengenal Maharesi itu, karena sesekali akan turun gunung untuk datang mengobati para penduduk yang sakit.
Eyang sindurogo kemudian melesat cepat terbang sambil menimang bayi. Hawa murni dia salurkan ke tubuh bayi untuk mengusirnya dari hawa dingin pegunungan yang mengigit.
Satu seruputan teh lelaki itu telah menghilang dari pandangan mata. Dia hendak kembali ke tempat pertapaannya di suatu goa dibelahan lain dari gunung Mahameru.
Nama dari goa itu adalah Raung harimau. Goa itu dinamakan seperti itu, karena memang goa itu sesungguhnya sarang dari seekor harimau besar yang memiliki taring menyerupai dua buah pedang. Wujud dari harimau itu sangat mengerikan, tetapi ditangan Maharesi eyang Sindurogo harimau itu tidak ubahnya seperti seekor kucing. Karena makhluk mengerikan itu menjadi begitu penurut dihadapan Sang Maharesi.
"Bayi ini adalah bayi yang sangat istimewa dengan struktur tulang yang sangat langka. Tidak salah keputusanku sebelumnya untuk mengangkatnya menjadi muridku. Sepertinya bayi ini akan menjadi hartaku yang paling berharga. Selain itu tidak akan ku biarkan bocah ini jatuh ditangan yang salah. Jika sampai hal itu terjadi maka akan terjadi bencana besar di seluruh muka bumi ini."
**
Chapter ini sudah mengalami perubahan berkali-kali jika ada kekurangan silahkan beri masukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 542 Episodes
Comments
Semar Bodronoyo
klarivikasi tor bukan javadwpa tpi jawadwipa nama lain pulo jawa!!!!
2024-01-29
2
then_must_nanang
wow keren... gak kalah dg cerita Superman. TOP...
2023-08-21
1
Unyil 🤭
mantap mantap mantap 👍👍👍👍
2023-01-09
1