Kemunculan Naga Raksasa mengemparkan hampir seluruh kawasan yang berada dibagian pesisir utara javadwipa. Sebagian besar daerah dipesisir utara telah diporak-porandakan semua.
Dengan wujudnya yang sangat besar seakan sebuah gunung kecil, suatu hal yang mustahil ada tempat yang mampu menyembunyikan makhluk sebesar itu.
Entah bagaimana makhluk itu selalu dapat menghilang tanpa jejak setiap kali melakukan penyerangan. Pola serangannya acak tak tertebak.
Koalisi yang dibentuk kerajaan-kerajaan yang memiliki wilayah pesisir utara antara lain Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh, Kerajaan Kalingga dibikin pusing tujuh keliling dengan kehancuran yang diakibatkan serangan makhluk tersebut. Mereka tak mampu mengantisipasi setiap makhluk itu melakukan penyerangan.
Selain kota kadipaten maupun kademangan bahkan desa juga perguruan sudah tak terhitung banyaknya yang telah dihancurkan. Berita yang tersebar terakhir kali makhluk itu telah menghancurkan perguruan aliran putih terbesar di belahan Benua Timur, yaitu Perguruan Pedang Surga.
Dari kejadian tersebut ada kejadian yang sangat mengejutkan bagi semua yang mendengrnya. Kabar yang mengejutkan itu adalah keberhasilan Perguruan Pedang Surga melukai Naga raksasa yang telah menyerang padepokan pusat mereka. Hanya saja selain berhasil dilukai, ternyata diketemukan satu masalah lagi dari Naga raksasa tersebut, bahwa setelah dilukai makhluk tersebut dapat pulih kembali dalam waktu relatif singkat.
Bila mereka mengetahui yang mampu melakukannya adalah Dewa Pedang tentu tak begitu terkejut. Sebab tokoh itu memang sudah dikenal hampir seluruh semua kalangan tentang kemampuannya yang menajubkan sebagai Pendekar Pedang Nomor Satu. Bahkan konon mampu memotong gunung.
Cukup diketahui setiap makhluk itu melakukan penyerangan tidak ada satu senjatapun yang mampu melukainya. Hanya saja kabar tentang kemampuan makhluk yang mampu memulihkan tubuhnya dengan cepat membuat sebagian orang putus asa.
Tetapi reaksi banyak orang yang seakan putus asa untuk membunuh makhluk itu memang sangat beralasan. Sebab kemampuan makhluk sebesar gunung itu begitu mengagumkan. Berkali-kali makhluk itu mampu dipotong-potong oleh kekuatan para anggota dan para tetua Perguruan Pedang Surga. Setiap kali terpotong, makhluk itu dengan cepat menyatukan kembali tubuhnya dan pulih dalam waktu yang relatif sangat singkat.
Fakta itu baru diketahui setelah Dewa Pedang turun tangan langsung melindungi padepokan pusat Perguruan Pedang Surga. Walau tak mampu melindungi sepenuhnya sebab padepokannya terlanjur hancur lebur tetapi minimal banyak tetua dan murid utama yang selamat. Ditambah ditemukan fakta bahwa makhluk itu bisa dikatakan sejenis makhluk abadi.
Tentu saja fakta baru ini menambah pusing para petinggi-petinggi kerajaan dan semakin menambah resah seluruh masyarakat.
Akhirnya koalisi tiga kerajaan memutuskan menemui ketua pusat Perguruan Pedang Surga, yaitu Dewa Pedang.
"Kalian meminta perlindungan kepadaku?"
Kalimat itu ditujukan ke arah Mahapatih Lembu Anabrang yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi pasukan koalisi tiga kerajaan dan langsung mendapat mandat dari Maharaja Wasumurti Raja Kerajaan Kalingga.
"Uhuk! Mahapatih Lembu Anabrang terbatuk mendengar sebuah pertanyaan sindiran dari Dewa Pedang.
"Tentu saja kami mewakili tiga kerajaan mempercayai Pendekar karena hanya sang pendekar yang mampu melukai makhluk itu selama ini tidak ada pendekar lain yang mampu."
"Hahaha! Kalian membuat lelucon lihat padepokanku sendiri tak mampu aku lindungi. Hancur lebur rata dengan tanah."
"Bahkan kami tiga kerajaan bersedia membangun kembali Perguruan Pedang Surga kembali seperti semula kalau perlu lebih megah dari pada sebelumnya."
"Bukan aku menolak tawaran kalian yang sangat mengiurkan ini. Tetapi kalau kalian hanya mengandalkan kekuatanku maka tak mungkin aku mampu melakukannya."
"Lalu kepada siapa lagi kami meminta bantuan jika Anda yang memiliki gelar Pendekar Pedang terkuat nomor satu saja tak sanggup menolong kami?"
"Seharusnya kalian meminta pertolongan kepada pendekar yang sama. Seorang yang telah menolong kalian dari kehancuran akibat kraman(pemberontakan) Pangeran Sanjaya. Bukankah dia yang hanya seorang diri mampu menghentikan jalannya peperangan dalam waktu singkat. Bahkan merubah kemenangan berpihak kepada Kerajaan Kalingga seperti semudah membalikan tangan."
"Uhuk! Uhuk!"
Kali ini Mahapatih seperti kesedak ayam satu ekor. Dia tidak menyangka sama sekali jika mendapatkan jawaban tak seperti itu dari Dewa Pedang. Karena maksud perkataan Dewa Pedang adalah mereka diminta untuk meminta pertolongan justru kepada Eyang Sindurogo.
Tetapi jawaban itu sangat masuk akal walau Eyang Sindurogo hampir tidak pernah ikut dalam urusan kancah percaturan dunia persilatan, tetapi jika menyangkut nyawa masyarakat banyak kemungkinan dia akan bersedia membantu. Selain itu dikolong langit diseluruh Benua Timur ini tak ada yang berani mengaku lebih hebat dari Maharesi tersebut. Dan memang dibuktikan dalam peperangan hampir setahun yang lalu dengan kehadirannya telah merubah kekalahan yang pasti diterima kerajaannya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi kemenangan telak.
Tetapi ada satu masalah jika bersinggungan dengan tokoh tersebut adalah keenganan dirinya ikut campur dengan urusan keduniawian. Tetapi karena ini menyangkut keselamatan nyawa masyarakat banyak kemungkinan dia akan bersedia membantu.
"Baiklah kami akan mencoba meminta tolong kepada Maharesi Eyang Sindurogo. Jika Sang Maharesi bersedia maukah Pendekar ikut serta? Tentu saja dengan imbalan yang diawal tadi kami telah utarakan."
"Baiklah aku bersedia."
Dengan tanpa imbalan pun Dewa Pedang sebenarnya akan menyanggupi jika mampu mengajak Sang Maharesi Eyang Sindurogo. Karena jujur dari awal memang dia sudah memiliki rencana untuk meminta tolong. Tetapi terkendala dengan kesulitan dirinya menemukan alasan yang tepat yang mampu merayu Maharesi itu menanggapi permintaan bantuannya.
***
Setelah pertemuannya dengan Dewa Pedang, Mahapatih Lembu Anabrang segera kembali ke kraton untuk melaporkan hasil rundingannya dengan pendekar pedang nomor wahid tersebut. Dia juga menyeritakan usuln dri Dewa Pedang yang menyarankan meminta bantuan kepada Eyang Sindurogo.
"Sangat masuk akal sekali usulan dari pendekar Dewa Pedang. Baiklah ingsun bertitah kepadamu Mahapatih segera menuju Gunung Arjuno untuk meminta bantuan kepada Maharwai Eyang Sindurogo. Semoga Pendekar Tapak Dewa Matahari itu bersedia membantu kita. Meski kita memahami dia sudah mencoba menjauhi segala urusan dunia. Tetapi tidak ada salahnya kita mencoba."
"Sendiko dawuh Kanjeng Sinuwun, hamba akan melaksanakan titah Gusti prabu."
"Selain itu tidak ada pendekar yang lebih kuat selain Maharesi itu. Dengan misi meminta bantuan Ingsun titahkan juga padamu Mahapatih untuk membawa hadiah yang sebelumnya dia tolak."
Sendiko dawuh kanjeng sinuwun. Hamba akan berangkat secepatnya."
Kemudian dengan dipimpin langsung Mahapatih berangkatlah mereka menuju Gunung Arjuno tempat pertapaan Eyang Sindurogo.
Sebuah rombongan kecil prajurit mendekati Gunung Arjuno sekitar dua puluh pasukan kuda. Setelah sampai dikaki Gunung Arjuno mereka tidak segera naik keatas tetapi memutuskan mendirikan kemah disebabkan hari telah mulai gelap. Mereka memutuskan beristirahat dahulu dan meneruskan perjalanan besok pagi.
Saat mereka selesai membuat tenda entah kenapa kuda-kuda mereka yang diikat seperti merasakan ketakutan yang luar biasa meringkik meloncat-loncat seakan ingin lari.
Benar saja tidak beberapa lama muncul seekor Harimau yang sangat besar, matanya didalam kegelapan seakan obor menyala. Besarnya hampir sebesar sapi dewasa dengan taring yang mencuat keluar seperti dua buah pedang. Dan anehnya seorang anak kecil sekitar umur enam belasan tahun duduk diatas harimau itu tanpa takut sedikitpun.
"Mohon maaf kehadiran kami telah membuat takut kuda tuan tuan sekalian. Hamba diutus Eyang Sindurogo untuk menjemput paduka Mahapatih Lembu Anabrang, yang lain dimohon untuk menunggu disini."
Pernyataan anak kecil yang ada didepan mereka tentu saja membuat bawahaan Mahapatih seakan meminta jawaban kepada Sang Mahapatih Kerajaan Kalingga ini.
"Tidak mengapa Harimau ini milik Eyang Sindurogo aku masih mengenalinya karena saat peperangan, Harimau ini ikut serta. Baiklah kalian tunggu disini aku akan ikut anak ini."
"Sendiko dawuh paduka Mahapatih."(sendiko dawuh\=siap laksanakan)
"Silahkan paduka Mahapatih menaiki Harimau ini."
Mahapatih Lembu Anabrang merasa jeri melihat Harimau yang besar dihadapannya. Sedikit ragu tetapi karena dihadapan bawahannya tidak mau wibawanya sebagai seorang Mahapatih tercoreng, kalah dengan seorang bocah. Akhirnya dia menaiki punggung harimau itu yang langsung membawanya masuk ke dalam hutan.
Perjalanan yang lumayan panjang akhirnya mereka sampai di sebuah rumah besar yang keseluruhannya terbuat dari batu. Walau bentuknya sederhana tetapi pembuatannya sangat megah ukir-ukiran yang menghiasi keseluruhan detail bangunan sangat menawan. Ditengah pendopo terdapat satu set kursi dan meja yang menyatu dengan lantai bangunan.
"Silahkan duduk paduka Mahapatih."
Mahapatih melihat Suro yang masih kecil tetapi aura yang dia rasakan dalam perjalanan tadi sangat menakutkan. Sebuah aura kekuatan yang bahkan pendekar kelas satu pun tak mampu menyainginya.
"Mohon maaf paduka Mahapatih Lembu Anabrang saya tidak bisa menyambut anda langsung terpaksa murid hamba yang harus menjemput anda."
"Tidak mengapa Maharesi jangan merasa tidak enak, justru saya yang harus meminta maaf kepada Maharesi. Karena telah mengganggu pertapaan panjenengan(anda)."
Lalu diceritakanlah tujuan kedatangannya mengenai masalah yang dihadapi Kerajaan-kerajaan disepanjang pesisir utara.
Mahapatih Lembu Anabrang juga menjelaskan bahwa makhluk tersebut sempat beberapa kali dipotong oleh Dewa Pedang. Namun setelah beberapa kali dipotong makhluk itu kembali utuh. kesimpulan dari kejadian tersebut, kemungkinan besar sejenis makhluk abadi yang sangat susah dibunuh. Eyang Sindurogo menunjukan ekspresi yang seakan ingin mengatakan sesuatu.
"Apakah mungkin Maharesi mengetahui tentang makhluk yang sejenis dengan Naga raksasa ini?"
Mahapatih menangkap ekspresi yang sempat ditangkap diraut muka Maharesi.
"Sepertinya tidak Maha patih,baru kali ini aku mendengar ada Naga sebesar itu. Silahkan lanjutkan penjelasannya."
Penjelasan Mahapatih yang panjang lebar dan menjelaskan juga begitu besarnya korban jiwa yang telah jatuh dan terus bertambah akibat dampak dari serangan makhluk tersebut.
"Baiklah aku akan bersedia membantu mengatasi serangan Naga raksasa yang Mahapatih ceritakan."
"Benarkah Maharesi? Terimakasih yang tak terukur banyaknya atas kesediaan Maharesi membantu kami mengatasi serangan Naga raksasa yang telah banyak memakan ribuan korban manusia ini." Mahapatih Lembu Anabrang seakan tidak percaya Eyang Sindurogo bersedia membantu mengatasi serangan Naga raksasa.
"Selain saya diutus untuk meminta bantuan terkait serangan Naga raksasa kepada Maharesi, saya juga diperintahkan oleh sinuwun Sri Maharaja Wasumurti untuk membawakan hadiah yang tak seberapa kepada Eyang Sindurogo. Mohon Maharesi bersedia menerima hadiah yang telah kami bawa jauh-jauh dari kotaraja Kalingga."
"Baiklah Mahapatih aku terima hadiah dari Sri Maharaj Wasumurti. Sampaikan salam saya rasa terima kasih yang tak terukur banyaknya atas kemurahan sinuwun baginda Maharaja Wasumurti yang telah memberikan hadiah kepada saya." Eyang Sindurogo menganguk pelan ke arah Mahapatih yang langsung menyambut dengan senyum lebar.
"Terima kasih Maharesi karena sudah bersedia menerima hadiah dari Sinuwun Maharaja Wasumurti. Akan saya sampaikan salam Maharesi kepada Sri Baginda."
Karena hadiah tersebut dalam jumlahnya yang sangat banyak ,maka oleh Mahapatih sengaja ditinggal dibawah bersama para prajurit yang berada dikemah.
Tidak seperti sebelumnya kali ini Eyang Sindurogo tidak menolak pemberian hadiah tersebut justru menerima dan mengucapkan terima kasih yang banyak kepada Maharaja Wasumurti.
Mahapatih Lembu Anabrang semakin lebar senyumnya mengetahui semua misinya dapat dijalankan dengan sempurna apalagi kesediaan Eyang Sindurogo membantu menumpas makhluk itu merupakan prestasi yang membanggakan.
Setelah kepergian rombongan Mahapatih Lembu Anabrang Eyang Sindurogo memangil Suro.
"Suro nanti kamu ikut Eyang, kamu sudah banyak belajar ilmu olah kanuragan. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mencari pengalaman hidup diluar sana dan mungkin bisa mempraktekan apa yang kamu telah pelajari disini."
"Murid akan melaksanakan sebaik mungkin semua perintah Eyang dan akan selalu mencoba agar tidak pernah mengecewakan Eyang guru."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 542 Episodes
Comments
Ali Ridho
jngn bnyk iklaaaan saja...skrg hrs pke poin pula buat unduh babnyaaa/Silent//Silent/
2024-03-05
1
ciru
Cakeep Suro Bledek turun gunung..eng ing eng 👍👍💪💪
kunanti petualangan mu
2023-07-14
1
John Singgih
kayaknya waktunya suro turun gunung deh...
2022-11-12
2