SMA Bambu, di Ruangan Kelas Rahya Rahayu
Saat hari menjelang malam, Rahya Rahayu dan sebagian teman kelasnya yang selamat, mulai mengistirahatkan tubuh mereka. Zombie di luar kelas tampak tak lagi berusaha merangsek masuk. Cahaya Merani duduk berdekatan dengan Rahya Rahayu dan Putri Listia dekat dengan papan tulis. Roy Emir terduduk dan menyandarkan punggungnya di tembok di bawah jendela kelas yang menghadap keluar. Karisa Mata pun duduk di sebelahnya. Werang Santoso, Jo Setiawan dan Rendi Baman membuat kelompok sendiri, mereka ada di seberang dari Rahya Rahayu dan beberapa meter di sebelah kanan Roy Emir dan Karisa Mata duduk. Mereka semua terduduk di lantai kelas dan menyandarkan punggung mereka ke tembok.
Pada raut wajah Werang Santoso terpancar raut cemburu karena melihat Roy Emir duduk bersebelahan dengan Karisa Mata. Ia sungguh tidak kuat melihat ini. Werang Santoso kemudian berdiri dari duduknya. Kemudian ia berjalan ke arah pintu belakang kelas. Ia berusaha mengintip keluar dari dekat pintu, dengan sedikit menyingkap gorden jendela kelas. Roy Emir yang melihat itu, ia pun mengingatkan Werang Santoso, "Hei, hati-hati. Kalau mereka sampai melihatmu, nanti akan kacau kembali dan berbahaya untuk kita," ujarnya kepada Werang Santoso. Karena Werang Santoso sedang dipenuhi rasa cemburu, hal ini membuatnya tersinggung atas perkataan yang disampaikan Roy Emir, "Diam kau! Kau bukan pemimpin disini!" tandas Werang Santoso.
Karena balasan yang kurang enak dari Werang Santoso, Roy Emir pun jadi sedikit terpancing. Ia terbangun dari duduknya dan sedikit meninggikan suaranya pada Werang Santoso, "Hei, aku sedang mengingatkanmu bukan aku sedang menuduhmu!" tegas Roy Emir. Werang Santoso dan Roy Emir pun terlibat dalam perdebatan kecil mereka. Karena dirasa berbahaya atas suara tinggi yang disebabkan Roy Emir dan Werang Santoso, Rahya Rahayu pun menghentikan mereka berdua untuk segera menyudahinya. Rahya Rahayu menegur mereka berdua bahwa atas perbuatan mereka, hal itu bisa memancing zombie di luar karena suara tinggi yang dikeluarkan mereka berdua. Karena hal ini, justru membuat tersinggung Karisa Mata, ia hanya tidak terima saja Rahya Rahayu berkata demikian kepada Roy Emir. Dengan berdiri dari duduknya, ia pun balik memarahi Rahya Rahayu, "Hei, beraninya kau! Tidak pantas kau berbicara seperti itu. Memangnya kau ini siapa hah! Urus saja dirimu yang tidak berguna itu!" tandas Karisa Mata yang juga sekaligus menghina Rahya Rahayu. Hal ini pun menyulut Cahaya Merani untuk angkat bicara karena telah menghina sahabatnya. Melihat situasi semakin kacau, Roy Emir berkata kepada semua untuk menghentikan semua ini. Ia menyampaikan bahwa tidak seharusnya seperti ini. Yang harus dilakukan sekarang adalah saling bekerjasama, melindungi dan percaya. Roy Emir pun meminta maaf kepada semua atas perbuatannya dan memohon kepada semua untuk jangan dilanjutkan. Mereka semua pun terdiam setelah Roy Emir menyampaikan hal demikian.
Putri Listia pun angkat bicara untuk memberi secercah harapan untuk diri dan teman-temannya, "Kakakku gagal membawa Sekolah Bambu untuk lanjut ke babak selanjutnya pada Kejuaraan Panahan Tingkat Nasional antar sekolah...," seketika semua langsung melihat ke arah Putri Listia yang sudah berdiri dari duduknya dan kemudian mendengarkan ia berbicara, "...kakakku bersama timnya karena hal itu pasti mereka semua kembali ke sekolah. Aku percaya, bahwa kakakku sedang mencariku sekarang. Tapi aku juga tidak tahu dimana ia sekarang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah bertahan di sini," ucap Putri Listia. Werang Santoso pun menanggapi apa yang telah disampaikan Putri Listia. Ia menganggap itu hanya sebuah retorika belaka, apa yang disampaikan Putri Listia hanya sebuah harapan yang semua tidak tahu apa benar akan demikian. Tapi Rahya Rahayu menimpali. Ia berkata bahwa di saat seperti ini jika hanya sebuah harapan yang bisa dilakukan, sebaiknya semua melakukan hal itu untuk menunjang agar terus bisa bertahan hidup. Tapi Werang Santoso tetap teguh atas argumennya.
Kemudian Putri Listia mengajak semua untuk melihat keluar dari jendela kelas yang menghadap keluar. Ia menunjukkan kepada semua, bahwa bus milik sekolah yang mengantar Tim Panahan Sekolah Bambu telah tiba di sekolah. Putri Listia menunjuk ke gerbang sekolah dengan pagar yang sudah tampak rusak karena tertabrak bus itu untuk menegaskan kepada semua temannya. Semuanya pun melihat itu dan merasa benar apa yang telah disampaikan oleh Putri Listia. Kemudian Putri Listia menjelaskan bahwa bus yang terhenti dan menghalangi jalan untuk keluar dari gerbang sekolah itu adalah bus milik sekolah yang mengantar Tim Panahan Sekolah Bambu. Ia percaya bahwa kakaknya saat ini ada di sekolah. Walau ia tahu, tampak ada beberapa siswa dari Klub Panahan sudah menjadi zombie di sekitar bus. Tapi ia percaya bahwa kakaknya selamat dan saat ini sedang mencarinya dan berusaha menyelamatkannya. Ia tahu ini hanya sebuah harapan. Tapi dengan adanya harapan ini ia berharap kepada semua untuk tidak putus asa. Setelah semua melihat penjelasan dari Putri Listia, ketenangan pun berangsur tumbuh dari setiap diri mereka. Werang Santoso yang juga melihat hal itu, ia pun jadi sedikit bisa menerima secercah harapan yang diberikan oleh Putri Listia.
Beberapa Meter dari Kediaman Agrian Jaya
Bahadur Mada sedang meniarapkan tubuhnya di tanah bersembunyi di balik alang-alang. Rumah Agrian Jaya berada di atas bukit di depannya. Tapi terlihat ada beberapa zombie sedang lalu lalang di pekarangannya. Merasa memang harus melakukan hal ini, ia pun dengan hati-hati sambil tiarap mendekat ke bukit yang ada di depannya. Setelah ia sampai, ia segera memanjat bukit itu penuh dengan kehati-hatian. Ia sedikit mengintip keadaan di atas. Terlihat hanya ada tiga zombie di pekarangan. Setelah mendapat momen yang tepat karena para zombie sedang membelakanginya, ia pun segera naik. Kemudian ia berjalan perlahan mendekati salah satu zombie yang berada di depannya. Dengan cepat Bahadur Mada menjatuhkannya dan langsung membuat zombie itu tak berdaya dengan kunci pipa di tangannya. Kini tersisa dua zombie lagi. Ia pun berjalan mengendap-ngendap menuju salah satu zombie yang berada dekat dengan dirinya. Akhirnya Bahadur Mada pun berhasil melumpuhkan kedua zombie yang tersisa.
Ia melihat pintu rumah sudah dalam keadaan terbuka. Karenanya, ia pun menjadi khawatir dengan istri dan anak Agrian Jaya. Yang sebenarnya ia juga tidak tahu pasti apa mereka ada di dalam rumah, apa mereka telah pergi, ataupun sebenarnya mereka sudah tidak selamat. Tapi ia tetap melangkah saja untuk masuk ke dalam rumah. Setelah sudah melewati pintu, Bahadur Mada tetap terus berjalan penuh hati-hati. Lampu rumah semua tampak mati. Pencahayaan hanya dibantu oleh sinar bulan yang bias melewati setiap jendela dan ventilasi rumah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments