BELUM ADA RENCANA

SMA Bambu, di Kelas

Dengan teman-teman yang tersisa berada di kelas, Rahya Rahayu, Cahaya Merani, Karisa Mata, Putri Listia, Roy Emir, Jo Setiawan, Rendi Baman, dan Werang Santoso berusaha menutup dan mengganjal pintu kelas dengan gagang sapu agar pintu tak bisa tergeser untuk terbuka. Kemudian segera menutup gorden jendela kelas karena zombie bereaksi melihat mereka. Semua berkeringat takut dan tak percaya atas apa yang terjadi sekarang. Saat ini yang bisa mereka lakukan hanya bertahan di dalam kelas dari siswa-siswi yang telah berubah menjadi zombie yang terus berusaha merangsek masuk.

Roy Emir berusaha menguatkan dirinya. Tiba-tiba saja kaca jendela kelas pecah dari tangan-tangan para zombie. Roy Emir langsung bereaksi cepat melihat itu. Ia langsung berteriak menyuruh semua untuk membangun barikade di depan jendela kelas yang menghadap ke lorong itu dengan meja dan kursi kelas, "BUAT BARIKADE DI DEPAN JENDELA DENGAN MEJA DAN KURSI!!!" tandasnya yang sambil mendorong meja ke arah tembok jendela kelas. Seketika semua langsung mengikuti seruan Roy Emir untuk segera membuat barikade. Dengan zombie yang terus berusaha merangsek masuk, mereka semua pun dengan cepat bahu-membahu membangun barikade di depan jendela.

Setelah sudah membangun barikade, Putri Listia berjalan mundur dengan perlahan. Kemudian ia mendekat ke jendela kelas yang menghadap keluar. Setelah sampai, ia melihat keluar jendela, ia sungguh tak mengira atas apa yang ia lihat. Lapangan yang berada di depan gedung sekolah sudah dipenuhi para siswa-siswi yang sudah berubah menjadi zombie. Pemandangan ini sungguh mengerikan. Ia merasa putus asa atas apa yang ia lihat, ia merasa bahwa sudah tidak ada lagi jalan keluar baginya. Diikuti teman-teman lainnya melihat keluar jendela, atas hal ini mereka pun sama merasakan apa yang telah dirasa oleh Putri Listia. Ada yang mengusap keningnya ke arah atas dengan telapak tangannya, ada yang menangis meratapi nasibnya saat ini. Semua tampak putus asa.

Di Sebuah Restoran Bakmi di Kota

Garry Adelio, Ardi Kama, Berliana Murni, dan Rani Ranti sedang bersembunyi dan mengistirahatkan tenaga mereka setelah dari tadi berlari menyelamatkan diri dari para zombie. Pintu sudah mereka ganjal dengan kursi dan meja restoran. Semua sudah tampak aman walau di luar masih dipenuhi banyak zombie. Ardi Kama berusaha mencari sesuatu untuk bisa menghilangkan dahaga mereka dari setelah berlari. Garry Adelio sibuk dengan terus mengecek sinyal di handphone-nya, "Sial, di saat seperti ini tidak ada sinyal!" kesalnya yang terus berusaha menelepon seseorang. Berliana Murni dan Rani Ranti terduduk di lantai restoran. Berliana Murni berusaha menanyakan kondisi koleganya Rani Ranti, "Ran, kau tidak apa-apa?" tanyanya kepada Rani Ranti. Rani Ranti pun menjawab bahwa dirinya tidak apa-apa.

Kemudian Ardi Kama datang dengan 4 minuman dingin di tangannya. Ia pun langsung membaginya kepada Garry Adelio, Berliana Murni, dan Rani Ranti. Semua pun meminum minuman dingin itu untuk menghilangkan haus mereka. Ardi Kama pun mengutarakan bahwa mereka harus segera lanjut pergi ke kantor polisi untuk mendapatkan bantuan. Mendengar itu, Garry Adelio membalas perkataan Ardi Kama bahwa apakah yakin jika kantor polisi aman dari makhluk mengerikan seperti di luar restoran. Berliana Murni pun melanjutkan bahwa ia juga sempat melihat orang yang tiba-tiba saja berubah menjadi buas dan menggigit orang lainnya. Tak lama orang yang digigit itu pun bangkit dan berubah menjadi makhluk mengerikan juga.

"Zombie...," langsung saja Garry Adelio menjelaskan singkat. Mendengar itu, Ardi Kama, Berliana Murni, dan Rani Ranti hanya terdiam. Dalam benak meraka, mereka tak percaya bahwa zombie benar ada tapi faktanya, mereka saat ini sedang bersembunyi untuk berlindung dari kejaran orang-orang yang telah berubah menjadi zombie yang mengerikan.

Ardi Kama melanjutkan, ia menyampaikan bahwa mereka tidak bisa bersembunyi di restoran ini terus. Garry Adelio pun menyampaikan untuk bertahan sebentar di restoran ini sampai ia mendapat sinyal pada handphone-nya. Ia berusaha menelepon ayahnya yang sebagai Ketua Kota di salah satu partai politik untuk mendapatkan bantuan. Sampai ia mendapat kabar, barulah bisa memutuskan lanjut bergerak atau menunggu sampai bantuan datang. Mereka berempat pun akhirnya memutuskan untuk bertahan di dalam restoran, berlindung dari para zombie.

Bengkel, Ruangan Agrian Jaya

Dengan terdiam saja, Agrian Jaya duduk di sebuah kursi di depan meja. Kedua tangannya ia lipat di atas meja. Bahadur Mada sedikit membuka gorden jendela yang menghadap keluar, ia mencoba mengintip dari balik gorden untuk melihat keadaan di luar bengkel. Di luar tampak masih ada beberapa zombie. Ada yang diam hanya berdiri saja, ada juga yang lalu lalang. Setelah cukup, ia menutup kembali gorden dan lanjut duduk di kursi dekat jendela. Agrian Jaya kemudian menyampaikan sesuatu kepada Bahadur Mada. Ia meminta tolong kepada Bahadur Mada untuk pergi ke rumahnya untuk melihat keadaan anak dan istrinya, yang di mana sedari tadi tidak ada sinyal sulit untuk mengetahui kabar anak dan istrinya. Bahadur Mada membalas dan meyakinkan Agrian Jaya bahwa bersama, mereka akan pergi dari sini dan menuju rumah Agrian Jaya. Mendengar itu, Agrian Jaya hanya terdiam saja seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Kemudian Bahadur Mada berdiri dari duduknya dilanjut berjalan ke arah kulkas kecil di dekat Agrian Jaya. Setelah sampai, ia membuka pintu kulkas itu dan mengambil minuman. Kemudian ia memberi salah satu minuman yang ia ambil dari dalam kulkas kepada Agrian Jaya dan menyuruhnya untuk minum. Bahadur Mada pun juga meminum bagiannya. Kemudian ia menyampaikan kepada Agrian Jaya, "Kita bisa istirahat dulu di sini pak. Sambil kita memikirkan rencana untuk bisa keluar dari sini," ucapnya yang sambil menutup kembali tutup botol minumnya. Kemudian ia menawarkan sebatang rokok dari bungkus rokoknya kepada Agrian Jaya. Agrian Jaya mengambil sebatang rokok itu. Begitu juga Bahadur Mada mengambil sebatang rokok dari bungkus rokoknya, kemudian ia nyalakan rokoknya dengan pemantiknya. Tak lupa ia memberikan pemantiknya kepada Agrian Jaya. Agrian Jaya pun menyalakan rokoknya dengan pemantik yang diberikan oleh Bahadur Mada. Kemudian mereka berdua dengan menikmati menghisap rokok mereka, mencoba untuk tenang menghadapi kenyataan. Dan mencoba untuk memikirkan rencana selanjutnya.

Sore Hari

Suasana kota begitu kacau dan berantakan dari puing-puing, kendaraan yang tak keruan di jalan, asap mengebul dari beberapa gedung, dan zombie yang berseliweran. Rumah Sakit, Mal, Gedung Kepengurusan Penduduk, Gedung Sekolah, bahkan Kantor Polisi dan Markas Komando Militer semua diisi oleh para manusia yang sudah berubah menjadi zombie. Terlihat sudah tidak ada lagi kehidupan. Masih belum diketahui ada berapa warga yang selamat dari serangan wabah zombie ini di Kota Jaya, yang ada hanya suara geraman para zombie dan langkah kaki mereka. Para tentara yang disiagakan di setiap akses keluar dan masuk Kota Jaya selalu waspada. Mereka tak segan menembakan peluru dari setiap senjata api yang mereka pegang, terhadap sesuatu apapun yang tampak buas berlari ke arah barisan barikade.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!