H-6 Sebelum Penjemputan, SMA Bambu, Lantai 1, Toilet Sekolah
Tubuh-tubuh zombie telah dikumpulkan dan ditumpuk di sudut ruangan. Tono Waryan, Bella Widyana, Maria Listia dan Robert Darman berkumpul di sudut ruangan di seberang dari tumpukan tubuh para zombie yang sudah tidak bergerak. Mereka semua duduk di lantai sambil menyandarkan punggung mereka ke dinding toilet mengistirahatkan tubuh mereka.
Bella Widyana coba mengutarakan sesuatu, "Sebaiknya kita jangan berlama-lama di sini. Aku masih khawatir dengan zombie-zombie itu," ujar Bella Widyana yang takut tubuh-tubuh zombie yang ditumpuk itu akan hidup kembali.
Maria Listia menerangkan dan memastikan kepada Bella Widyana bahwa zombie-zombie itu tidak akan bergerak lagi. Ia memberitahu, jika zombie diserang pada bagian kepalanya itu akan menyebabkan mereka tidak berkutik. Maria Listia pun menjelaskan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana, yang mereka bisa lakukan sekarang adalah bertahan di sini. Walau sebenarnya Maria Listia juga tidak mau berlama-lama dan hanya bertahan saja di sini. Ia harus mencari dan mengetahui kabar adiknya apakah masih selamat.
Lantai 3, Ruangan Kelas Rahya Rahayu
Rahya Rahayu, Cahaya Merani, Putri Listia, Roy Emir, Karisa Mata, Werang Santoso, Jo Setiawan dan Rendi Baman sedang mengistirahatkan tubuh mereka. Semua menahan haus dan lapar tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan kondisi tubuh yang lemas, mereka hanya bisa berdiam di dalam kelas mengistirahatkan tubuh mereka.
Roy Emir merasa bahwa mereka harus melakukan sesuatu. Ia merasa harus mencari cara untuk keluar dari sini. Terutama untuk mencari sesuatu yang bisa mereka minum atau makan. Ia pun berdiri dari duduknya berbicara kepada semua, "Kita harus mencari cara bagaimana kita keluar dari sini. Kita tidak akan selamat jika kita hanya berdiam di sini saja," ucapnya yang sambil memaksakan dirinya yang lemas itu.
Cahaya Merani pun menanggapi perkataan Roy Emir. Ia setuju dengan perkataan Roy Emir tapi ia balik bertanya bagaimana caranya keluar dari kelas. Fakta bahwa zombie masih berseliweran di lorong kelas. Cahaya Merani menambahkan bahwa itu berbahaya dan tidak mungkin untuk keluar dari kelas. Roy Emir sempat terdiam mendengar balasan dari Cahaya Merani. Kemudian ia meneruskan perkataannya kepada semua bahwa setidaknya mereka harus mencari sesuatu untuk tubuh mereka, air ataupun makanan. Roy Emir pun memberitahu kepada semua, ia sangat haus sekali. Ia tidak mau mati tanpa melakukan sesuatu. Ia hanya berusaha meyakinkan yang lainnya untuk menjalankan idenya.
Karena semua sedang kelelahan karena menahan haus dan lapar, hingga membuat mereka semua kurang fokus. Untungnya, Putri Listia ingat atas sesuatu hal penting. Ia pun langsung menyampaikan kepada semua, "Ruang Alat Musik...," ujarnya. Mendengar itu, semua mata langsung melihat kepada Putri Listia. Putri Listia pun menerangkan kepada semua, bahwa setiap orang tua yang datang untuk memberikan makanan kepada setiap murid, oleh pihak sekolah makanan itu di simpan di dalam ruangan. Ruangan yang dimaksud Putri Listia adalah ruangan yang ada di dalam Ruang Alat Musik.
Kota Jaya
Suasana kota begitu berantakan. Dengan kendaraan-kendaraan berceceran di jalan tak keruan. Dan ada pula mayat-mayat bergeletakan di jalan dengan kondisi tubuh yang sudah hampir habis dimakan oleh para zombie. Kondisi ini begitu mengerikan. Tampak tidak terlihat manusia yang selamat.
Angin mulai mengencang. Udara tercium aroma air. Awan berkumpul menjadikan matahari tenggelam, terang pagi pun jadi meredup. Suasana pagi yang seharusnya terang, kini sedikit gelap. Tak lama petir pun datang.
JEGER!!!
BRRRRRR
Hujan deras pun membasahi kota. Suara air turun dari langit begitu nyaring terdengar keras karena sepinya kehidupan. Hal ini membuat para zombie mencari dan mengejar suara derasnya air hujan. Para zombie yang berada di setiap bangunan pun begitu terobsesi untuk keluar. Para zombie jadi melupakan apapun yang di dekat mereka, mereka hanya fokus dengan derasnya air hujan. Sedangkan yang tidak mengerti pintu keluar bangunan, para zombie segera mendekat kepada jendela-jendela bangunan.
"WARGH! WARGH! WARGH!"
Di jalan kota, para zombie terus mendongakkan kepala mereka ke arah langit. Ada yang hanya mengibas-ngibaskan cakar mereka kepada udara. Fokus mereka semua teralihkan karena suara yang disebabkan hujan yang begitu deras turun dari langit mengenai apapun yang ada di Kota Jaya.
BRRRRR
"WARGH!! WARGH!! WARGH!!"
Kota Jaya, di Sebuah Jalan, di Bawah Kontainer
Rob Mulya, Jay Antara, Lex Zarai dan Jojo Tarwang meniarapkan tubuh mereka di bawah truk yang membawa kontainer barang untuk bersembunyi dari para zombie sambil berteduh dari derasnya hujan.
Jojo Tarwang dengan wajah cemberut bercampur melas, diam saja yang sedari tadi dimarahi oleh Lex Zarai.
"Kau ngapain ikut kami bodoh!" tandas Lex Zarai kepada Jojo Tarwang.
Jojo Tarwang meniarapkan tubuhnya di samping kiri Lex Zarai sedangkan Rob Mulya dan Jay Antara berada di sebelah kanan Lex Zarai. Lex Zarai masih saja memarahi Jojo Tarwang yang dengan muka sudah melas itu.
"Kau akan menyusahkan kami tahu! Kau tidak bisa berkelahi kan!?" ucap Lex Zarai kepada Jojo Tarwang.
"Aku tidak suka berkelahi...," jawab Jojo Tarwang dengan melas.
"Dasar bodoh! Aku tanya bisa berkelahi bukan suka berkelahi bodoh!" tandas Lex Zarai yang sambil menjitak kepala Jojo Tarwang.
"Iya, betul betul," ujar Rob Mulya dan Jay Antara bersamaan menimpali perkataan Lex Zarai sambil melihat ke arah Jojo Tarwang.
"Maksud dari perkataanku tidak suka berkelahi, berarti aku tidak bisa berkelahi bodoh!" jawab Jojo Tarwang yang tiba-tiba saja menjawab dengan tegas. Bahkan ia sendiri pun tanpa sadar melakukan hal itu.
Mendengar itu, Lex Zarai jadi terdiam. Lex Zarai pun menengok kepada Rob Mulya dan Jay Antara, mereka pun jadi saling melihat.
Lex Zarai pun berkata, "Eh, benar juga yak??" ujar Lex Zarai kepada Rob Mulya dan Jay Antara. Setelah itu ia langsung berlalu cepat dari melihat Rob Mulya dan Jay Antara dan langsung melihat wajah Jojo Tarwang kembali.
Lex Zarai diam sejenak sambil terus melihat wajah Jojo Tarwang. Begitu juga Jojo Tarwang dengan raut cemberut bercampur melas itu melihat wajah Lex Zarai.
Kemudian Lex Zarai menyadari, "Hah?? tadi kau bilang aku bodoh!? Kucekek kau hah! hah! hah!" marah Lex Zarai yang sambil mencekik Jojo Tarwang.
"Adah adah adah," ucap Jojo Tarwang menahan sakit dengan menciptakan wajah yang sangat jelek.
Tiba-tiba saja...
"Ssstttt....," Rob Mulya memberitahu tahu kepada semua untuk jangan menimbulkan suara.
Mendengar itu, Lex Zarai dan Jojo Tarwang yang menjadi biang suara langsung menutup mulut mereka dengan telapak tangan mereka masing-masing.
Sepasukan zombie tiba-tiba saja muncul di jalan.
"WARGH!! WARGH!! WARGH!!"
Mereka berempat hanya bisa melihat kaki-kaki zombie itu dari bawah kontainer. Terlihat sekumpulan zombie itu tidak bergerak kemana-mana lagi. Sekumpulan zombie itu hanya terus dengan suaranya seperti melakukan sesuatu.
"WARGH!! WARGH!! WARGH!!"
SMA Bambu, Lantai 3, Ruangan Kelas Rahya Rahayu
Semua melihat ke arah jendela yang menghadap ke luar. Mereka semua melihat derasnya hujan telah turun dari langit. Ruang kelas pun jadi sedikit gelap karena tertutupnya sinar matahari oleh awan hitam yang membawa hujan. Semua menyalakan layar handphone-nya masing-masing dari setiap tangan mereka untuk sedikit memberikan pencahayaan. Jo Setiawan menghampiri Roy Emir yang sedang berdiri dan melihat ke luar melalui jendela kelas yang menghadap ke luar.
"Hei, bro...," sapa Jo Setiawan kepada Roy Emir.
"Jo...," balas Roy Emir kepada Jo Setiawan.
Roy Emir dan Jo Setiawan sebenarnya sangat dekat, walau kini Jo Setiawan memutuskan untuk tetap berkelompok dengan Werang Santoso. Dulu, Roy Emir, Werang Santoso, Jo Setiawan dan Rendi Baman adalah satu kelompok. Mereka berempat bersahabat dan sering menghabiskan waktu bersama baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka berempat tergabung bersama dalam Klub Basket SMA Bambu. Karena suatu pertengkaran antara Roy Emir dan Werang Santoso, mengakibatkan Roy Emir memisahkan diri. Werang Santoso menganggap Roy Emir telah melanggar perjanjian untuk tidak mendekati Karisa Mata siswa putri SMA Bambu yang sedang ia kejar-kejar. Sebenarnya, Roy Emir tidak melanggar janji persahabatannya, karena memang Roy Emir tidak menaruh hati pada Karisa Mata tapi Karisa Mata-lah yang suka terhadap Roy Emir yang selalu mendekatinya. Akhirnya hal itu menyebabkan salah paham antara Werang Santoso dan Roy Emir. Hingga terciptalah perkelahian antara Roy Emir dan Werang Santoso.
Di perkelahian, Werang Santoso meninju wajah Roy Emir sampai mengakibatkan Roy Emir tersungkur. Saat itu, beruntung Jo Setiawan datang untuk menghentikan perkelahian antar dua sahabat itu. Semenjak kejadian itu, Roy Emir memisahkan diri dari Werang Santoso, Jo Setiawan dan Rendi Baman. Walau demikian, Jo Setiawan tetap berhubungan baik dengan Roy Emir. Mereka selalu bertanya kabar melalui chat pada handphone ataupun media sosial mereka. Jo Setiawan masih menganggap Roy Emir dan Werang Santoso adalah sahabatnya. Ia punya keinginan agar Roy Emir dan Werang Santoso bisa berdamai kembali. Karenanya, ia memilih dulu untuk tetap bersama dengan Werang Santoso dan Rendi Baman. Karena jika ia meninggalkan Werang Santoso dan Rendi Baman, ia berpikir Werang Santoso akan menganggap ia dan Roy Emir membuat kelompok sendiri dan menjadi musuh bagi Werang Santoso. Jo Setiawan masih butuh waktu untuk mendamaikan kedua sahabatnya itu. Semakin sulit karena Rendi Baman yang memilih membela Werang Santoso karena ia tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Kesulitan semakin bertambah atas tiba-tiba saja sekarang bencana wabah zombie datang membuat petaka bagi semua.
Jo Setiawan melanjutkan bicaranya kepada Roy Emir, "Jadi bagaimana kita akan keluar dari sini? Aku sangat ingin kalian semua pergi dari sini...," ucap Jo Setiawan kepada Roy Emir.
Dengan memalingkan pandangannya dari luar, Roy Emir melihat kepada Jo Setiawan dan berkata kepadanya bahwa ia sedang memikirkannya yang dilanjut ia kembali melihat ke arah luar. Jo Setiawan bercerita kepada Roy Emir bahwa mereka berempat dengan Werang Santoso dan Rendi Baman bercita-cita untuk bisa menjadi pemain basket profesional. Mendengar itu, Roy Emir jadi tersenyum karena teringat saat dulu masih bersama. Sambil terus melihat ke luar, Jo Setiawan melanjutkan perkataannya kepada Roy Emir bahwa ia tahu Roy Emir adalah orang yang ambisius, ia tahu cita-cita itu akan Roy Emir wujudkan. Entah kenapa Roy Emir jadi merasa sedikit lupa atas petaka mengerikan yang sedang dialami sekarang. Ini karena kehadiran Jo Setiawan yang mengajaknya berbicara tentang masa lalu.
Kemudian Jo Setiawan meminta kepada Roy Emir jika Roy Emir selamat dari ini, ia meminta kepadanya agar Roy Emir sampaikan pesan kepada kedua orangtuanya bahwa ia, Jo Setiawan meminta maaf kepada kedua orangtuanya. Ia meminta maaf bahwa selama ini ia menjadi anak yang selalu merepotkan kedua orangtuanya. Mendengar itu, Roy Emir jadi merasa aneh atas sikap dari Jo Setiawan.
"Kau ini kenapa Jo?" tanya Roy Emir yang heran atas sikap dari Jo Setiawan yang tiba-tiba saja menyampaikan pesan demikian.
Kemudian Jo Setiawan berpaling dari melihat luar untuk melihat kepada Roy Emir. Begitu juga Roy Emir yang berpaling dari melihat luar untuk melihat kepada Jo Setiawan. Setelah melihat wajah Jo Setiawan, Roy Emir begitu kaget dibuatnya. Terlihat mata dan hidung dari Jo Setiawan mengeluarkan darah. Kemudian diikuti telinganya yang mengeluarkan darah juga. Wajah Jo Setiawan kini jadi terlihat menyeramkan. Karena hal itu, membuat Roy Emir jadi merinding dan tubuhnya bergetar. Roy Emir sedikit memundurkan langkahnya dari Jo Setiawan untuk menjauh. Lainnya yang juga melihat hal itu, Rahya Rahayu, Cahaya Merani, Putri Listia dan Karisa Mata kaget bukan kepalang. Mereka segera bangun dari duduknya. Karisa Mata yang berada cukup dekat dengan Roy Emir dan Jo Setiawan berdiri pun mundur untuk menjauh dari Jo Setiawan sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya karena ekspresi kaget, takut dan panik yang bercampur aduk.
"Jo...???" panggil Roy Emir kepada Jo Setiawan masih dengan tubuh yang merinding bergetar dengan terus memundurkan langkahnya dengan perlahan.
Terlihat Werang Santoso dan Rendi Baman sudah mempersenjatai diri mereka masing-masing dengan bangku kelas. Mereka bersiap untuk apapun yang akan segera terjadi.
Roy Emir yang melihat itu, bertanya kepada mereka, "Apa yang akan kalian lakukan???" ucapnya kepada Werang Santoso dan Rendi Baman.
Werang Santoso menjelaskan kepada semua bahwa saat sedang membuat barikade, Jo Setiawan tak sengaja tergigit oleh salah satu zombie yang ingin merangsek masuk dari jendela kelas. Mendengar itu, semua menjadi berkeringat ketakutan. Kenapa hal itu bisa sampai terjadi.
"Hh...argh...," suara Jo Setiawan yang terdengar sudah berat dan ia sedang menahan sakit pada tubuhnya.
"Jo...???" panggil Roy Emir sekali lagi kepada Jo Setiawan.
"Argh...Argh...Argh...," Jo Setiawan yang sudah tampak aneh.
"Ia berbicara kepadamu hanya untuk menyampaikan pesan terakhirnya," terang Werang Santoso kepada Roy Emir yang sambil mengeratkan genggamannya pada bangku kelas yang ia pegang.
Selama ini Werang Santoso dan Rendi Baman tahu bahwa Jo Setiawan telah tergigit tapi mereka merahasiakannya.
"Ini sudah waktunya...," lanjut Werang Santoso menerangkan kepada semua.
"Argh...Hhhh...Roy...," ucap Jo Setiawan yang terus berjalan tertatih-tatih dengan tubuh yang sudah bergetar itu mencoba mendekat kepada Roy Emir.
Roy Emir melihat kondisi dari sahabatnya itu, ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya merinding dan berkeringat dingin melihat kondisi dari Jo Setiawan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments