Tidur bersama

Wiyah menyelesaikan urusannya yaitu mencuci piring kotor dan sisa wajan penggorengan yang tadi dia pakai.

Selesai semuanya Wiyah melangkah mengarah ke kamarnya. Tapi sebelum Wiyah melangkah ke kamarnya, Wiyah melihat kearah meja yang terdapat satu gelas susu yang masih utuh belum disentuh sama sekali.

Karena tidak mau mubazir, Wiyah melangkah kembali mendekati meja makan lalu meminum susu yang tadi dia buat untuk Fazar, tapi pria itu tidak meminumnya sama sekali.

Selesai itu Wiyah kembali melangkah kedalam kamarnya. Di dalam kamar Wiyah bisa melihat kalau Fazar sudah tertidur, karena hal itu membuat Wiyah senang karena ia tidak akan merasa begitu sangat gugup saat satu ruangan dengan Fazar.

Gadis itu melangkah mendekati lemari untuk mengambil selimut dan juga bantal. Wiyah berencana akan tidur bersama dengan kedua anak keponakannya walaupun Wiyah sudah menikah dan boleh saja ia tidur bersama dengan Fazar, tapi Wiyah tidak mau melakukan hal itu karena ia yakin kalau Fazar tidak mau seranjang dengannya makanya Wiyah memilih untuk tidur ditempat lain

Tapi saat Wiyah akan melangkah keluar, suara seorang pria berhasil membuatnya berhenti untuk melanjutkan langkahnya.

'' Mau kemana kamu.'' Tanya Fazar yang memang belum tidur sama sekali. Karena pria itu hanya menutup matanya saja tidak benar benar tidur, sampai Fazar menyadari kedatangan dari istrinya yang membuatnya diam, berperilaku seperti yang orang sedang tidur beneran padahal pria itu hanya memejamkan matanya saja.

Fazar ingin mengetes apakah gadis itu akan tidur disampingnya atau tidak. Karena pikir Fazar kalau gadis itu akan tidur dengannya, mengingat hubungan mereka yang telah sah menjadi suami istri.

Tapi disaat Fazar menyadari kalau gadis itu akan keluar dari kamarnya membuat Fazar berfikir kalau pikirannya itu salah karena gadis itu benar benar ingin keluar dari kamarnya meninggalkannya hanya karena ia tidak ingin tidur bersamanya.

Sedangkan Wiyah yang mendengar suara Fazar membalikan tubuhnya menatap kearah kasur yang terdapat Fazar di sana. Wiyah bisa melihat mata yang tadi terpejam kini sudah terbuka sambil menatapnya tajam. Wiyah pikir tadi kalau Fazar sudah tidur makanya ia ingin pergi dari kamarnya. Tapi sepertinya dugaannya salah, karena pria itu masih membuka matanya sambil menatap kearah.

" Mau kemana kamu." Tanya Fazar yang kembali mengulang pertanyaannya sambil menatap Istrinya itu. Fazar bangun dari tidurnya, duduk di atas kasur sambil menatap tajam gadis yang masih setia berdiri sambil menatapnya dengan membawa bantal juga selimut ditangannya." Apa pertanyaan ku kurang jelas." Tanya Fazar membuat Wiyah sadar dari kediamannya.

" Saya hanya ingin pergi ke kamar anak keponakan saya tuan." Jawab Wiyah memberitahukan alasan nya.

" Untuk apa kamu kesana." Tanya Fazar.

" Saya ingin tidur di sana, tuan." Jawab Wiyah jujur membuat Fazar mengerutkan keningnya.

" Untuk apa kamu kesana, bukannya kamu bisa tidur di kamar ini." Tanya Fazar kembali yang merasa bingung dengan pikiran istrinya itu.

" Maaf tuan, saya hanya tidak ingin anda merasa tidak nyaman dengan kehadiran saya di kamar ini, makanya saya ingin tidur bersama dengan anak keponakan saya tuan." Jawab Wiyah memberitahukan alasannya kenapa iya ingin pergi kemar anak keponakan ketimbang ia tidur dalam satu kamar bersama dengan suaminya itu atau lebih tepatnya suami hanya sebatas status karena kehadirannya yang tidak di inginkan oleh Fazar.

Mendengar ucapan dari Wiyah membuat Fazar geregetan karena jawaban yang Wiyah berikan." Dasar gadis bodoh. Apa kamu ingin keluarga mu mengetahui kalau kita menikah hanya sebatas mengabulkan permintaan dari Fadil tidak lebih dari itu. Apa kamu menginginkan kalau Kakakmu mengetahui, kalau pernikahan kita hanya sebatas sementara." Tanya Fazar menatap Wiyah begitu sangat tajam, seperti ia akan mencabik-cabik gadis di hadapannya itu." Apa kamu menginginkan keluarga mu mengetahui kalau aku memanfaatkan mu hanya demi adikku, hmmm." Tanya Fazar membuat Wiyah menggeleng. Wiyah tidak mau sampai Keluarganya tahu kalau ia menjalani rumah tangga yang seperti apa. Walaupun sah secara agama dan negara, tapi pernikahan mereka seperti buku tulis. Ya buku tulis yang siap dibuang setelah selesai di butuhkan, jika tidak berguna lagi buku itu akan dibuang dan mereka akan mencari buku yang baru lagi.

" Tidak apa, kamu bisa memberitahukan keluargamu sekarang seperti apa rumah tangga yang kita jalani. Tapi kamu harus bisa melihat keluarga mu hancur malam ini juga." Ancam Fazar membuat Wiyah menggeleng saat ia mendengar ancaman yang Fazar ucapkan barusan. Wiyah tidak mau sampai terjadi sesuatu kepada keluarganya hanya karena kesalahannya walaupun dirinya harus diam dalam hinaan.

Wiyah mengakui kalau ia bodoh. bodoh mengorbankan kebahagiaan demi keluarganya hanya sebatas sepupu. Tapi yang perlu kita tahu, Wiyah melakukan hal itu karena ia begitu sangat menyayangi keluarganya, keluarga yang sudah menyayanginya selam tiga tahun mendidik nya sampai ia berubah menjadi gadis yang sabar untuk menggapai masalahnya.

" Jangan tuan, jangan lakukan itu." Ucap Wiyah yang begitu sangat takut dengan ancaman yang Fazar berikan.

" Jika begitu maka tidurlah, jangan pernah pergi dari kamar ini sebelum waktunya subuh." Ancaman Fazar kembali membuat Wiyah mengangguk mengerti. Walaupun dalam sisi hatinya ia menolak.

" Baik tuan." Jawab Wiyah. Wiyah melangkah mendekati kasur yang masih bisa muat untuk dua orang. Untung saja badannya kurus jadi ia bisa tidur tanpa perlu dekat dengan Fazar dengan jarak yang begitu sangat dekat.

Wiyah memberikan tubuhnya disebelah Fazar.

Mereka hanya dipisahkan satu guling yang berada di tengah tengah mereka.

" Tidurlah, aku tidak akan melakukan sesuatu padamu. Karena aku sendiri tidak sudi untuk melakukannya dengan mu. " Ucap Fazar yang sudah menutup matanya. Sedangkan Wiyah merasa risi saat tidur bersama dengan pria dan ini untuk pertama kalinya untuknya.

Jantung nya terus berdetak begitu sangat kencang membuatnya begitu sangat sulit untuk memejamkan matanya. Andai ia bisa lari maka, Wiyah memilih lari dibandingkan ia tidur disebelah Fazar." Ya Allah, kapan mataharinya terbit, rasanya aku ngga sanggup jika harus seperti ini." Gumam Wiyah melihat kearah jam yang menunjukkan pukul dua dini hari karena sebentar lagi akan masuk solat subuh.

Wiyah terus membalikkan tubuhnya mencari tempat yang nyaman untuknya membuatnya terus membalikkan tubuhnya ke kanan, dan ke kiri sampai Wiyah akhirnya dia mengantuk membuat kedua matanya serasa berat yang membuat matanya terpejam lalu Wiyah pun tertidur.

Tanpa Wiyah sadari kalau ia tidur dengan cara menghadap Fazar sama halnya dengan Fazar yang tidur menghadap kearah Wiyah.

Kini suami istri yang hanya sebatas status itu tidur saling berhadapan. Keduanya hanya dipisahkan oleh bantal guling yang berada ditengah tengah mereka.