Mobil mewah berwarna hitam, melewati jalan raya yang selalu padat dengan kendaraan. Apalagi di kota B yang hampir sama padatnya seperti kota J, Hanya saja kedua tempat itu berbeda.
Dalam gelapnya malam yang belum larut, mobil mewah berwarna hitam itu berhenti di sebuah restoran yang terkenal di kota B.
Setelah memarkirkan mobilnya, kedua pria melangkah turun dari mobilnya lalu melangkah masuk kedalam restoran. Pengunjung yang melihat kedua pria itu masuk di dalam restoran langsung mendapatkan tatapan dari pengunjung restoran lain. Para pengunjung merasa kagum dengan kedatangan dua pria itu yang terlihat tampan dan berkharisma saat masuk kedalam restoran. Kedua Pria itu terlihat begitu sangat rapi mengenakan pakaian formalnya.
Setelah bertanya dengan Resepsionis, Kedua pria itu melangkah menuju keruang VIP sesuai di yang sebutkan oleh Resepsionis tadi.
Sesampainya di Rungan VIP. Kedua pria itu melangkah masuk kedalam ruangan tempat mereka berbuat janji kepada rekan bisnisnya.
Sedangkan di dalam ruangan terdapat pria muda yang sedang duduk menunggu mereka.
Pemuda itu melihat kearah pintu yang baru di buka. Pemuda itu bisa melihat kalau orang yang dari tadi dia tunggu sudah datang. Pemuda itu berdiri dari duduknya untuk menyambut kedatangan rekan bisnis dari tuan nya.
" Selamat malam tuan Zain, tuan Fazar." Ucap pemuda itu sopan sambil menyambut kedatangan Kedua pria yang tidak lain. Fazar bersama dengan sekretarisnya Zain.
Kedua pria itu melangkah mendekati sofa yang tersedia di ruangan itu. Lalu kedua pria itu duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan pemuda yang tidak lain. Sekertaris dari rekan bisnisnya." Malam Jidan." Jawab Zain dengan sopan. Lalu Fazar menetap kearah Jidan sekertaris dari rekan bisnisnya itu.
" Di mana dia." Tanya Fazar yang mencari keberadaan Ardian." Kenapa, dia tidak ada di ruangan ini, padahal dia sendiri yang menyuruh kami kesini untuk membahas proyek yang hampir saja kacau." Tanya Fazar dengan wajah tanpa ekspresi sama sekali.
Sedangkan Jidan menundukkan kepalanya, karena bingung mau menjawab apa. Karena tuanya sudah menyuruh nya untuk membahas proyek itu, sesuai apa yang tertulis dengan dalam berkas yang sekarang dia bawah, apalagi ini pertama untuknya yang langsung membahas soal proyek langsung kepada rekan bisnis dari tuannya.
Jidan mengangkat kepalanya, memberanikan diri untuk membahas proyek itu." Maaf tuan Fazar, Tuan Ardian tidak bisa datang kemari karena sedang ada urusan mendadak." Jawab Jidan memberikan alasan kenapa Tuannya Jidan tidak datang.
Mendengar jawaban dari Jidan membuat, Fazar berdecak kesal." Membuang buang waktu saja, jika aku tahu dia tidak datang, mending aku tidak usah kesini." Gumam Fazar yang masih bisa didengar oleh Jidan. Fazar menatap Jidan dengan tatapan yang membuat Jidan merasa takut.
Setelah beberapa lama terdiam, Jidan mulai membahas soal proyek yang di curangi, oleh rekan bisnis mereka yang lain, membuat proyek mereka hampir gagal.
Sedangkan Fazar salut dengan pemuda yang tidak lain Sekertaris dari Adrian. Pemuda itu dengan teliti membahas proyek mereka tanpa ada yang salah, padahal pemuda itu terbilang masih awal karena baru saja menjadi sekertaris dari Adrian.
" Baiklah, beritahu Ardian. Bawa aku setuju dengan sarannya." Ucap Fazar, membuat Jidan tersenyum senang, karena apa yang ia bahas tadi memiliki hasil yang bagus.
Setelah perbincangan membahas soal proyek nya, kini pertemuan mereka yang di tutup dengan makan malam bersama.
.
.
Setelah menyelesaikan pertemuan nya, Fazar Kembali ke kota S. untuk menepati janjinya kepada Haidar, bawah malam ini ia akan menjemput istrinya. Fazar melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh malam.
Fazar ragu untuk kembali kerumah Wiyah, karena takut akan seperti kemarin malam. Tapi ia sudah berjanji kepada Haidar.
" Apa aku harus kembali ke sana, atau tidak." Gumam Fazar yang mencoba untuk berpikir, mencari jawaban yang tepat. Lama berfikir Fazar mutuskan untuk kembali kerumah Haidar.
Sedangkan Zain dari tadi memperhatikan gerak gerik dari tuan yang tampak bingung. Tapi Zain tidak mau bertanya.
" Zain, antarkan aku kerumah Wiyah." Perintah Fazar, yang kini menyebut nama istrinya dengan sebutan nama tidak seperti kemarin.
Sedangkan Zain yang mendengar perintah dari Fazar mengangguk mengerti." Baik tuan." Jawab Zain dengan tersenyum." Sepertinya hubungan Tuan Fazar dan nona Wisyah baik baik saja, karena sekarang tuan Fazar, menyebut nama istrinya dengan sebutan nama, tidak seperti kemarin menyebut nama istrinya dengan sebutan wanita itu." Batin Zain yang ikut senang dengan perubahan Fazar." Semoga nona Wisyah bisa menjadi obat untuk luka anda tuan." Batin Zain yang mendadak senyum senyum sendiri karena senang melihat perubahan dari tuannya. Sesekali Zain melirik Fazar yang sedang menyadarkan tubuhnya di sandaran kursi, dengan mata yang terpejam.
Dua jam perjalanan dari kota B ke Kota S. Zain
Bersama dengan Fazar telah sampai di depan gang menuju kerumah Wiyah. Zain mengehentikan mobil lalu melirik kearah Fazar lewat kaca spion, Fazar masih berada di posisi yang sama, yaitu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil.
" Tuan." Panggil Zain sopan membangunkan Fazar yang masih tertidur." Tuan kita sudah sampai." Ucap Zain kembali.
Sedangkan Fazar membuka matanya perlahan lahan, saat tadi mendengar dari Sekertaris nya.
Fazar menegakkan tubuhnya yang terasa pegal, karena terlalu lama duduk. Fazar melihat ke sekeliling, menandakan kalau Fazar sudah sampai di tempat tujuan.
Fazar kembali melirik kearah Zain." Baiklah Zain, Kamu bisa pergi sekarang, tapi besok kamu harus menjemput ku di rumah Wiyah, Karena aku akan membawa gadis itu untuk tinggal bersama ku." Ucap Fazar yang mendapatkan anggukan dari Zain." Baik tuan." Jawab Zain yang mengerti dengan tugasnya.
Setelah itu Fazar turun dari mobilnya lalu melangkah masuk kedalam gang kecil itu, yang di ikuti langsung oleh para bodyguard yang senantiasa menjaga Fazar dengan cara diam diam.
Tidak lama Fazar telah sampai di depan pintu rumah sang istri. Tapi sebelum mengetuk pintunya Fazar menelfon istrinya terlebih dahulu untuk memastikan kalau ada yang membukakan nya pintu untuknya.
Sedangkan di dalam rumah tempatnya di kamar Wiyah. Gadis itu yang begitu sangat nyenyak dalam tidurnya harus terusik karena suara ponselnya.
Perlahan lahan mata gadis itu terbuka, memperhatikan Kamar yang tidak terlalu gelap, karena samar samar masih terdapat cahaya lampu tidur. Wiyah meraba di atas nakas, lalu mengambil beda persegi panjang yang dari tadi berbunyi.
Wiyah mengangkat ponselnya tanpa melihat siapa yang menelepon, karena Wiyah belum terlalu sadar saat mengangkat telpon itu
" Cepat buka pintunya aku berada di luar." Mendengar suara itu membuat Wiyah langsung terbangun dari tidurnya lalu terduduk di atas tempat tidurnya dengan kesadaran yang sudah stabil setelah mendengar Suara dari ponselnya. Wiyah melihat ke arah ponselnya yang terdapat nomor kemarin malam yang pernah meneleponnya.
" Bukannya ini nomor yang kemarin ya." Gumam Wiyah saat melihat nomor yang kemarin malam menelponnya. Karena penasaran membuat Wiyah kembali menaruh ponselnya ke dekat kupingnya untuk mendengar suara dari sang penelepon.
" Apa kamu tidak dengar, aku mengatakan apa." Tanya Pria di seberang sana dengan suara geramnya. Sedangkan Wiyah yang mendengar suara itu tentu mengenal siapa pemilik dari suara itu.
" Tuan Fazar." Gumam Wiyah setelah mendengar suara dari seberang sana. Suara yang tidak lain adalah suara suaminya, ya siapa lagi kalau bukan Fazar.
" Apa kamu masih tidur atau sudah bangun sih, kenapa kamu tidak menjawab ku b*doh. Aku seperti orang gila yang bicara sendiri disini." Geram Fazar di sebarang sana, Seperti orang gila karena ucapannya tidak ada yang membalas.
Wiyah yang mendengar ucapan dari Fazar menelan silver nya, karena merasa takut setelah mendengar suara dari Fazar, seperti menahan kekesalannya." Ma_af tuan." Jawab Wiyah terbata bata kerena begitu sangat takut.
" Aku kira kamu tadi sudah mati, makanya baru menjawab." Ketus Fazar setelah mendengar suara Wiyah. Wiyah yang mendengar ucapan dari Fazar membulatkan matanya.
" Dasar pria aneh, di jawab salah ngga di jawab juga salah. Ya Allah kenapa hamba memiliki suami yang hampir sama seperti, Mak Mak yang lagi mengomeli anaknya karena tidak pulang satu hari. Padahal aku baru baru dua hari menikah tapi suamiku sudah suka mengomel." Batin Wiyah yang merasa kesal Setelah mendengar ucapan dari Fazar, andai Wiyah berani mungkin Wiyah sudah mengatai Fazar dengan perkataan kasar. Tapi Wiyah tidak mungkin melakukan itu, karena Wiyah masih berpikir untuk melakukan itu. Wiyah selalu mengingat pesan dari kedua kakaknya bawah Surga seorang istri berada pada suaminya.
" Apa kamu dengar atau tidak, cepat buka pintunya, sebelum aku memberikan mu hukuman." Ancam Fazar membuat Wiyah semakin membulatkan matanya." Ya Allah, apa seperti ini menikah dengan pria dingin." Batin Wiyah.
" Aku menyuruhmu untuk membukakan aku pintu, bukan terdiam." Ucap Fazar kembali yang seperti tahu apa yang di lakukan oleh Wiyah.
Wiyah yang mendengar ucapan dari Fazar, langsung turun dari kasurnya, dengan tergesa-gesa Wiyah melangkah kearah lemari, untuk mengambil jilbab instan nya. Setelah itu Wiyah Keluar dari kamarnya melangkah ke rungan tamu untuk membukakan pintu buat suaminya.
Sedangkan di luar, Fazar sedang menyilangkan kedua tangannya di atas dadanya, karena merasa kesal dengan Wiyah." Sepertinya aku harus memberikan mu hukuman untuknya." Geram Fazar yang sangat kesal dengan kelambatan Wiyah, Yang menurut Fazar begitu sangat lambat.
Dengan ragu, Wiyah membuka pintu setelah tadi Wiyah mengintip dari jendela kalau yang datang itu benar benar Fazar.
Wiyah membuka pintu lebar-lebar, yang bisa memperlihatkan seorang pria tampan yang sedang berdiri di dekat pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di atas dadanya. Sedangkan matanya menatap Wiyah dengan tatapan tajam.
Deg.
Wiyah yang melihat tatapan mata dari Fazar, membuat jantung nya berdegup lebih kencang dari biasanya." Jantungku Sepertinya bermasalah." Batin Wiyah.
" Ma_af tuan, saya terlalu lama membukakan pintu untuk anda." Ucap Wiyah merasa bersalah. Sedangkan Fazar tidak menjawab. Pria itu melangkah masuk tanpa permisi lalu menarik tangan Wiyah. Setelah itu dengan cukup keras menutup pintu, membuat orang yang mendengarnya terkejut.
Fazar mendorong tubuh Wiyah yang langsung terbentur ke pintu.
" Hiss." Desis Wiyah merasakan punggungnya terasa sakit saat punggungnya yang terbentur oleh pintu. Belum Reda rasa sakitnya, kini Jantung Wiyah seperti akan terlepas saat melihat Fazar menghimpit tubuhnya di pintu.
Pria itu terlalu dekat membuat Wiyah bisa merasakan hembusan nafas dari Fazar. Hembusan nafas dari pria itu mengenai wajahnya yang membuat Wiyah menatap pria itu. Keduanya saling menatap yang membuat kedua netra mereka saling mengunci satu sama lainnya.
Deg
Deg.
Suara jantung keduanya saat netra mereka saling menatap satu sama lain. Sedangkan Wiyah merasa risi saat merasakan tubuh dari Fazar seperti menghimpit tubuhnya.
" Tuan." Cicit Wiyah merasa begitu sangat tidak nyaman berdekatan dengan Fazar yang begitu sedekat dengan tubuhnya. Wiyah ingin keluar dari kungkungan Fazar, Tapi tidak bisa karena Wiyah sudah berada di bawah kungkungan Fazar, membuat Wiyah tidak bisa melakukannya, Karena Fazar sudah mengunci pergerakannya dengan tangan kekarnya. walaupun hanya satu tangan, Membuat Wiyah tidak bisa lari, Karena sekarang tubuhnya sudah di menghimpit oleh Fazar. Apalagi tatapan matanya Membuat jantung Wiyah seperti akan lepas dari tubuhnya." Tolong lepaskan aku." Cicit Wiyah merasakan ketakutan.
Entahlah melihat wajah ketakutan dari Wiyah membuat Fazar tersenyum kecil hampir tidak terlihat karena merasa lucu saat melihat wajah dari istrinya itu yang tampak ketakutan karena ulahnya. Padahal Fazar begitu di kenal sebagai pria yang paling mahal senyumannya setelah penghianatan tiga tahun yang lalu.
" Kamu begitu sangat lama, aku seperti menuggu seorang nenek nenek yang sedang membukakan aku pintu, ketimbang seorang gadis." Sindir Fazar. Suara Fazar seperti bisikan untuk Wiyah, membuat bulu kuduk Wiyah berdiri. Wiyah merasa begitu tidak nyaman berdekatan seperti ini dengan Fazar walaupun suaminya.
" Taun tolong maafkan saya, saya tidak tahu kalau yang menelepon saya itu anda, makanya saya tidak berani membukakan pintu." Lirih Wiyah terbata bata, rasanya Wiyah ingin terbebas dari pria yang berstatus sebagai suaminya.
Saat Fazar ingin menjawab pertanyaan dari Wiyah dari belakang terdengar suara orang yang seperti memergoki keduanya.
" Astaghfirulla...
" Allahu Akbar."
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Hayu, lagi ngapain tuh. Kenapa sampai di dipergoki.😂
Bersambung.
harap bijak dalam membaca karena banyak typo yang bertebaran
Jangan lupa like komen dan vote nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
smngt author
2022-06-24
1
YouTrie
Lanjut kak author semangat
2022-02-25
1
Defi Danny Firmansyah
ke dua nya Fazar & Wiyah udh mulai ada rasa suka...
2022-02-23
2