"Maaf Nyonya saya benar-benar tidak sengaja," ucap Lily yang tahu jika itu seorang wanita dilihat dari sepatu yang dipakainya. Kemudian Lily pun memungut barang-barangnya yang berserakan di lantai.
"Tidak apa-apa, ini juga salahku," ucap wanita yang tadi Lily tabrak dan terlihat dia ikut berjongkok membantunya memunguti barang bawaannya.
Mendengar suara yang sangat familiar, Lily pun mengangkat kepalanya agar bisa menatap orang itu.
"Jasmine! Hei kau kemana saja? Kenapa sejak menikah, kau tidak pernah lagi menghubungiku? Apa itu sikap sebagai seorang sahabat? Kau bahkan telah melupakan aku, kau benar-benar keterlaluan," ucap Lily begitu tahu jika ternyata orang yang ditabraknya adalah sahabatnya yang sudah beberapa hari ini tidak ditemui semenjak dia menikah.
Mata Jasmine, langsung berbinar menatap dirinya, Bukannya menjawab rentetan pertanyaan yang dirinya ajukan, Jasmine sahabatnya justru menanyakan hal lain.
"Lily, kau pasti datang kesini dengan membawa motormu, ayo cepat sekarang kamu antarkan aku kembali," kata Jasmine pada Lily, kemudian bangun dari jongkoknya dan menarik tangan Lily agar mengikutinya.
"Stop! Apa tadi? Hei harusnya kau menanyakan kabarku terlebih dahulu, bukankah kita sudah lama tidak bertemu, atau kau bisa tanyakan tentang keberadaanku yang ada disini, atau yang paling penting kamu jawab pertanyaan yang kuajukan tadi terlebih dahulu, bukan langsung menarik tanganku dan memintaku untuk mengantarmu," kata Lily kesal.
"Kau selalu mendramatisir keadaan Lily, sebaiknya hilangkan kebiasaan itu, aku sedang terburu-buru, aku sudah meninggalkan suamiku terlalu lama, aku takut dia mencariku, kita lanjutkan obrolannya nanti saja, oke! Please ayo antarkan aku," pinta sahabatnya itu dengan wajah memelas.
"Hmm baiklah, aku tidak tega melihatmu dengan wajah seperti itu," kata Lily kemudian melangkah pergi meninggalkan Jasmine sahabatnya.
Tampak sahabatnya itu langsung tersenyum dan mengikuti langkah Lily di belakangnya. Dilihatnya sahabatnya itu menemui salah satu teman kerjanya dan mengatakan sesuatu yang Lily tidak tahu itu apa. Setelah menemui teman Lily akhirnya sahabatnya itu pun kembali menghampiri Lily. Mereka kemudian melangkah bersama menuju tempat di mana motor Lily berada.
Begitu sampai di parkiran khusus karyawan, Lily mengambil motornya dan melajukannya mendekat ke arah sahabatnya, "Pakai ini!" Perintah Lily kepada Jasmine sambil menyodorkan helm.
"Terima kasih," tampak Jasmine tersenyum, memakai helm dan langsung naik ke boncengan.
"Ly, nanti kita ke rumah orang tuaku dulu, ada yang harus aku ambil," katanya setelah motor Lily dijalankan.
"Baiklah, tapi kau harus membayar mahal ini semua!" Ucap Lily bercanda.
"Tentu saja, kau tidak perlu khawatir."
Tak lama mereka pun sampai di kediaman Gottardo, yaitu kediaman orang tua sahabatnya. Gerbang dibukakan begitu tahu bahwa Nona merekalah yang datang. Jasmine turun dan melepas helmnya.
"Ayo kita masuk," ajaknya pada Lily yang masih duduk di motor.
"Aku tunggu di sini saja, kau tidak lama kan?" Tanya Lily memastikan.
"Tidak, aku hanya sebentar, ya sudah aku tinggal dulu," pamit Jasmine.
Lily tampak menatap kagum rumah sahabatnya. "Jasmine begitu beruntung, sudah kaya, cantik dan yang paling pasti kedua orang tuanya sangat menyayanginya," gumam Lily.
Tak lama Jasmine keluar dan kini Lily tinggal mengantarkan sahabatnya itu ke rumah suaminya. Lily hanya menganggukkan kepalanya.
Lily kemudian mengantar sahabatnya pulang ke rumah Suaminya. Dan tak lama kini mereka telah sampai di kediaman suaminya Stevano Anderson.
Lily yang baru melihat rumah suami sahabatnya yang besar dan megah bak kastil dalam dongeng hanya terperangah, merasa takjub. Matanya membelalak dengan mulut yang menganga.
"Wah, Jasmine benarkah ini rumah Tuan Muda Stevano? Jasmine kenapa kau tidak sering mengajakku kesini? Kalau aku jadi kau pasti akan sangat betah tinggal di rumah seperti istana ini. Bahkan ini melebihi rumahmu yang sudah sangat besar. Pantas saja kau sampai melupakan aku," ucap Lily sambil berjalan melihat sekeliling dengan pandangan takjub yang tidak dibuat-buat.
"Apa kau ingin sesuatu? Nanti aku akan meminta pelayan untuk melayanimu, kau tidak apa-apakan aku tinggal sendiri disini. Aku harus menemui suamiku dulu, nanti aku akan kembali menemuimu, dan maaf aku jadi merepotkanmu, harusnya kau beristirahat setelah semalam bekerja, tapi kau justru harus mengantarku apalagi perjalanan yang kita tempuh lumayan jauh," sahabatnya itu berkata dengan perasaan yang tidak enak kepada Lily..
Lily langsung menoleh dan tersenyum ke arah Jasmine, kini mereka saling berhadapan kemudian kedua tangan Lily menepuk pundak Jasmine. "Hey, apa yang kau katakan? aku tidak apa-apa, lagian seperti itulah gunanya sahabat, saling ada disaat yang lainnya membutuhkan. Kau tidak perlu khawatir denganku, temuilah suamimu! Mungkin saja saat ini dia sedang terluka karena dirimu, minta maaflah sama dia. Aku memang belum pernah menjalin hubungan, tapi kita berfikir saja secara logika, jika apa yang kau lakukan salah. Aku sebagai sahabatmu hanya ingin mengingatkan, agar kedepannya kau pikirkan dulu kemungkinan yang terjadi sebelum bertindak. Cepatlah sebelum kau ditendang dari rumah sebesar ini! Bukankah rasanya sayang sekali jika kau tidak lagi tinggal disini," kata Lily yang kemudian mendudukkan tubuhnya di atas kursi di halaman, tepat dengan meja bundarnya.
"Kau memberiku nasihat, tapi ujung-ujung pemikiran matre mu tetap ikut serta," kesal Jasmine sahabatnya.
"Haha Jasmine aku tidak matre, aku hanya berbicara realita," kata Lily enteng.
"Terserah kau saja, aku pergi dulu!" Pamitnya dan berlalu setelah melihat Lily menganggukkan kepalanya.
***
"Iya Tuan, ada apa? Apa Anda membutuhkan sesuatu?" Tanya Jason mendekat setelah namanya dipanggil oleh Tuan Mudanya. Jason merasa lega, karena sekarang Tuan Muda sudah tampak baik-baik saja.
"Lihatlah itu! Siapa gadis itu berani menginjak halaman rumahku? Cepat usir dia!" kata Tuan Mudanya sambil menunjuk ke arah luar.
"Saya tidak tahu Tuan, tapi mana mungkin ada sembarang orang masuk ke mansion ini sementara penjagaannya sangat ketat. Saya minta maaf atas kelalaian mereka Tuan, saya akan segera mengusir gadis itu, dan memastikan hal ini tidak akan terjadi lagi," Jason berucap lalu pamit undur diri.
...
Saat tadi sahabatnya Jasmine meninggalkan Lily, tak lama pelayan pun datang mengantarkan beberapa hidangan di meja bundar yang ada di depan Lily duduk.
Lily tersenyum ramah kepada pelayan-pelayan itu, saat pelayan itu pamit undur diri setelah selesai meletakkan beberapa makanan untuk Lily.
Cuaca hari ini yang lumayan sejuk, apalagi ditambah angin sepoi-sepoi yang berhembus. Membuat pepohonan seperti menari- nari dan suara gemerisik dedaunan yang saling bergesekan. Apalagi dengan banyak hidangan mewah yang tersaji di depannya. Membuat Lily seperti ratu di film kolosal. Lily tersenyum sesekali tertawa membayangkan dirinya memang seorang ratu. "Andai saja tiba-tiba ada pangeran tampan yang datang menemuiku saat ini juga, aku akan akan menciumnya dan aku menjadikannya rajaku saat ini juga," gumam Lily sambil tertawa dengan pemikiran konyolnya.
Trap
Trap
Trap
Tiga langkah mendekat ke arah Lily dari arah samping. Lily langsung menoleh dan mulutnya menganga lebar, dia kemudian menepuk pelan pipinya sendiri dan berkata dengan begitu semangat. "Tuhan memang begitu baik padaku, baru saja aku meminta pangeran tampan, kini baru 5 menit pangeran tampan sudah ada di depan mata."
Lily mendekat kemudian menyentuh wajah pria itu, "Wah ini benar-benar sempurna!"
Kemudian Lily menyentuh dada pria itu yang membuat tubuh pria itu langsung menegang karena baru pertama kalinya, ada seorang wanita yang tidak tahu malunya memegang-megang anggota tubuhnya. Pria itu diam saja, tidak bisa bergerak bahkan untuk membuka mulut mengeluarkan suaranya. Apalagi saat
Cup
Lily kemudian mengecup bibirnya sekilas. Tubuh pria itu seperti membeku.
"Hangat, tapi tunggu seperti ada yang aneh, tapi apa ya?" Ucap Lily memikirkan sesuatu yang aneh saat mengecup bibir pria itu.
"Ya ampun, kenapa khayalan ini seperti nyata? Apa ini bukan khayalan tapi mimpi, apa mungkin aku tadi tertidur? Biarkan dulu seperti ini, Tuhan! Aku ingin merasakan indahnya makhluk ciptaan Mu, walau itu hanya dalam mimpi," ucap Lily dengan bahagia dan kembali mengecup bibir pria itu.
Lily kemudian mendekap pria Jason dan merasakan suara jantung yang berdetak kencang. Tunggu, ini benar-benar nyata, atau jangan-jangan…
Lily kemudian mendongak menatap wajah Jason, dilihatnya mata Jason menatapnya tajam.
"Apa yang kau lakukan gadis nakal? Sedang apa kau disini? Anak kecil sepertimu harusnya jam segini berada di sekolah," ucap jason tegas sambil menjewer telinga Lily.
"Am...ampun Tuan, dan apa tadi kau bilang, aku anak kecil? Dan kau tidak minta maaf padaku karena sudah mencuri ciuman pertamaku, kata Lily menggigit tangan Jason yang menjewer telinganya. Dan melihat Jason kesakitan Lily langsung berlari.
"Kau!" Kau pikir bisa lepas dariku, ha? Awas saja jika aku berhasil menangkapmu! Kau tidak akan kuberi ampun, dan apa tadi kau bilang aku mencuri ciuman pertamamu, kau yang mencuri ciuman pertamaku, dasar anak kecil yang aneh," pria yang tidak Lily ketahui namanya itu berucap sambil mengejarnya yang berlari lebih dulu menjauh darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Iin Daryani
mampir ya.. mo tau cerita lily..
2022-01-31
0