Pletak
Jason menepuk kepala Lily cukup kencang.
"Apa yang kau pikirkan? Jangan bilang kau sedang berpikiran yang aneh-aneh, buang pikiran kotormu itu jauh-jauh!" Jason berkata datar setelah selesai mengikatkan kain dari robekan cardigan yang tadi Lily pakai pada pergelangan tangan gadis itu, yang kini juga terikat menggunakan ikat pinggang milik Jason.
Lily memberanikan diri untuk sedikit membuka matanya. Dan yang dilihatnya pertama kali adalah wajah pria itu yang sangat dekat dengannya hingga membuat jantungnya tiba-tiba berdebar. Kemudian Lily memperhatikan kini pria dingin yang ada di hadapannya sedang mengikat sebagian cardigan yang tadi di robek pada telapak kakinya. Kemudian berdiri dan sedikit membungkuk mengambil ponsel Lily kemudian berjalan meninggalkan gadis itu yang masih duduk terdiam di tempatnya tadi, untuk meredakan rasa takut dan rasa gugup saat wajahnya tadi sangat dekat dengan Jason.
"Apa yang aku pikirkan ha? Kau pikir aku akan melakukan hal itu disini? Bukankah lebih baik jika melakukannya nanti di rumah dan di dalam kamarku," ucap Jason dengan seringai di bibirnya.
Lily langsung mencoba berdiri dan menyusul pria dingin itu kemudian memukul punggung Jason dari belakang dengan cukup keras bahkan sampai terdengar bunyinya dengan tangannya yang masih terikat.
Plak
"Argh" Jason merintih kesakitan.
"Sudahlah, jangan menipuku lagi, kali ini aku tidak akan tertipu," Lily berjalan begitu saja meninggalkan Jason yang kesakitan.
"Kamu pikir aku akan percaya padamu lagi, setelah kau menipuku, aku memaafkan kesalahanmu yang telah merobek bajuku, karena kamu sudah menolongku, dan harusnya kamu berterima kasih padaku karena membagi sebagian bajuku yang kau robek untuk menutupi luka di kakimu," Lily terus saja berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang.
"Hei cepat arahkan senter ponselku kesini! Kau tidak melihat jika aku kesusahan karena tanganku terikat begini," cerocos Lily tanpa henti.
"Hey apa kau tidak mendengarkanku?" Pada akhirnya Lily pun menoleh ke arah belakang, dan begitu terkejutnya Lily dirinya sudah cukup jauh dari Jason yang kini sedang terduduk di tempat yang tadi.
"Apa kali ini dia tidak menipuku? Apa sekarang dia serius jika saat ini sedang kesakitan," gumam Lily dan sedikit berlari karena rasa khawatir yang tiba-tiba hinggap di hatinya.
"Jason, apa kau baik-baik saja?" Lily bertanya dengan panik saat melihat tangan pria itu penuh darah dan wajah yang pucat
Jason hanya diam tidak menjawab pertanyaan Lily. "Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa dengan tanganku yang terikat seperti ini.
"Jason hei bangun!" Lily menepuk-nepuk pipi Jason berharap Jason masih mendengar suaranya, karena kondisi pria itu yang setengah sadar.
"Jason, Jason bangun!" Teriak Lily panik saat pria itu belum sepenuhnya sadar.
"Berisik," suara yang sangat lemah terdengar dari pria itu membuat Lily merasa lega.
"Cepat kau lepaskan ikat pinggang ini, jika kau tidak mau mat* disini!" Perintah Lily menyodorkan tangannya yang terikat pada laki-laki di depannya.
Jason yang seluruh tubuhnya sakit pun hanya bisa menuruti gadis aneh, karena jika dia tidak menurutinya maka akan terjadi perdebatan panjang yang tidak ada hentinya dan bisa-bisa nanti menguras tenaganya yang tersisa.
"Ayo berdiri!" Lily mencoba membantu Jason berdiri setelah ikatan pada tangannya terlepas.
Dengan susah payah, akhirnya Lily berhasil membantu Jason berdiri dan memapahnya menuju ke rumah pria dingin yang membuat pikirannya kacau.
***
Sementara itu di tempat lain, Jasmine terlihat mondar-mandir sambil menatap ke arah jendela yang ada di dekat ruang keluarga.
"Sayang, ada apa?" Tanya Stevano melihat istrinya yang tampak gelisah semenjak sore tadi, tepatnya setelah mendapat telepon dari Jason, asisten pribadinya.
"Alno sudah tidur?" Bukannya menjawab pertanyaan suaminya Jasmine justru menanyakan tentang anaknya, ya walaupun Alno adalah anak angkatnya, tapi Jasmine tetap menganggap Alno anaknya sendiri, jadi Jasmine tidak akan mengungkit kata anak angkat dalam keluarganya.
"Sudah baru saja, kalau Alno belum tidur tidak mungkin aku meninggalkannya sendiri, karena pasti dia tidak mau, kamu kenapa hmm, kenapa sejak sore tadi aku perhatikan kamu terlihat gelisah? Apa ada yang mengganggu pikiranmu," Stevano mendekat dan merangkul istrinya membawanya untuk duduk di sofa.
"Kenapa sejak tadi Jason belum menghubungiku? Lily menghilang, dan Jason sedang mencarinya, apa Jason tidak menemukannya? Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Lily?" Jasmine menangis takut sesuatu terjadi pada sahabat baiknya itu.
"Apa kamu sudah menghubunginya?" Stevano menarik Jasmine ke dalam pelukannya, dan menenangkan istrinya dengan mengusap punggungnya lembut.
"Sudah, ponsel Jason tidak aktif, dan ponsel Lily berada di luar jangkauan, bagaimana ini sayang? Aku takut terjadi sesuatu pada mereka," panik Jasmine.
"Kita tunggu sebentar lagi, nanti kita coba hubungi lagi ya sekarang kamu tenang dulu, aku yakin mereka akan baik-baik saja," Stevano mencoba menenangkan istrinya.
"Tapi…
"Sssttt! Jangan berpikiran buruk dulu, kita doakan saja supaya tidak terjadi apa-apa dengan mereka," bisik Stevano dan dengan terpaksa Jasmine mengiyakan apa yang suaminya ucapkan.
"Apa sebegitu berartinya gadis itu untukmu, sampai kau bahkan tidak peduli jika saat ini hujan turun deras? Apa kamu bahkan rela menembus dinginnya malam, untuk bisa menemukan gadis itu? Jika suatu saat aku ada di posisinya, apa kamu akan mencariku? Apa kamu akan melakukan hal yang sama seperti apa yang kau lakukan untuknya?" Tanya Liora dalam hati pada dirinya sendiri setelah mendengar percakapan Jasmine dan Kakaknya.
Liora kemudian berlalu dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
***
"Huft, akhirnya sampai juga," Lily seketika mengolah nafasnya yang terengah-engah, karena memapah tubuh Jason yang cukup berat.
Kini Jason terbaring lemah di kursi panjang yang terbuat dari kayu.
"Aku akan mengambilkan handuk terlebih dahulu," Lily kemudian bergegas menuju kamar Jason untuk mengambil handuk dan pakaian kering milik pria itu, karena pakaian yang dia kenakan sekarang sudah basah bahkan semuanya robek di bagian punggungnya karena terkena tergores paku yang menancap pada bambu bekas pagar.
"Kamu pakai baju mu dulu, aku akan buatkan minuman hangat untukmu, agar kamu tidak masuk angin," Lily kemudian kembali ke tempat dimana Jason berada setelah membawa keperluan milik pria itu, kemudian meletakkannya begitu saja di meja, Jason yang terbaring lemah hanya melirik Lily sekilas tidak peduli apa yang gadis itu lakukan, kemudian kembali memejamkan mata dengan kedua tangannya bersedekap, untuk mengurangi rasa dingin yang dirasakannya.
"Kamu minum ini dulu biar tubuhmu hangat," Lily berjalan sambil meniup gelas yang berisi minuman panas.
"Kenapa kau belum memakai pakaian mu?" Lily meletakkan gelas itu di meja dan mengambil pakaian Jason dan mendekat ke arahnya.
"Pakaikan bajuku!"
"Apa? Cepat kau ulangi lagi apa yang tadi kau katakan" Lily berteriak dan memastikan bahwa dia tidak salah mendengar apa yang pria yang saat ini terbaring lemah itu katakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
lullaby_
bolak balik buat nt cuma buat liat karya lu doang thor kaga up" nihh
2022-02-08
0
lullaby_
crazy up ya😚😚😚
2022-02-08
0
lullaby_
ayoo thorr semangatt
2022-02-08
0