"Lihatlah Tuan! mereka seperti anak kecil," kata Lily menunjuk ke arah Jasmine dan suaminya, dia sedari tadi hanya bisa mengintip apa yang Jasmine dan suaminya lakukan.
"Bukankah Nyonya memang masih kecil sama sepertimu," kata Jason yang mengikuti arah pandang sahabat Nyonya Mudanya itu.
"Aku punya ide," kata Lily dengan wajah sumringah seperti baru saja mendapatkan harta karun.
"Ide apa?" Tanya Jason dengan tatapan menyelidik, dia meragukan ide gadis aneh di sebelahnya adalah ide yang cemerlang. Mungkin saja idenya tidak akan berguna dan kemungkinan besar akan menyusahkannya.
"Tapi Anda harus mau berakting denganku," katanya kemudian dengan senyum yang menurut Jason terlihat mengerikan.
"Tuhkan apa yang tadi kubilang dalam hati, pasti ide gadis aneh ini akan melibatkanku." Gumam Jason yang tidak bisa didengar oleh Lily.
"Kita harus mencontohkan bagaimana jika orang dewasa sedang berkencan, tidak seperti mereka yang seperti anak kecil hanya bisa main kejar-kejaran," kata Lily menyampaikan idenya kepada Jason.
"Apa maksudmu? Kau! Jangan lagi kau mencuri kesempatan dalam kesempitan! Aku tidak mau mengikuti ide gilamu itu, yang ada nanti aku rugi besar," kata Jason menolak ide Lily dengan tegas dan mengalihkan pandangannya dari gadis aneh itu.
Lily yang melihat Jasmine dan suaminya berlari mendekat ke arahnya, kemudian dengan cepat dia menarik tangan Jason agar pria itu berbalik dan menatap kembali ke arahnya, dan tanpa ragu dia berjinjit dan mencium Jason tepat di hadapan pasangan suami istri itu yang kini posisinya hanya berjarak 1 meter darinya. Hingga dapat dipastikan keduanya dapat melihat dengan jelas.
Lily kemudian mengalungkan tangannya dileher Jason. Hal itu membuat Tuan Muda Stevano yang melihat itu memalingkan wajahnya yang sudah memerah ke samping, sedangkan Jasmine membelalakan matanya lebar, tanpa berkedip sedetikpun. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Lily melakukan hal seperti itu langsung di depannya.
Jason lagi-lagi hanya bisa terdiam, tubuhnya seperti terhipnotis jika gadis aneh itu sudah melakukan sesuatu pada dirinya. Sementara Lily tersenyum menang melihat Jasmine sepertinya sudah terprovokasi.
Lily dan Jason menghentikan kegiatan mereka saat mendengar teriakan sahabatnya yang meringis kesakitan sambil memegang pergelangan kakinya. Hingga membuat suaminya bertanya tentang keadaannya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
Hingga tak lama sahabatnya itu meminta suaminya menggendongnya.
Lily hanya tersenyum melihat itu, dia paling tahu jika jasmine mudah terprovokasi, makanya tadi dia mencoba itu, dan ternyata memang berhasil.
Dan kemudian Lily melihat pria tampan yang baru diketahui sebagai suami sahabatnya berjongkok dan menggendong Jasmine di punggungnya.
Dalam gendongan suaminya, Jasmine hanya terus saja tersenyum tanpa bisa menyembunyikannya. Dan melihat itu membuat Lily juga ikut bahagia.
Mereka kemudian makan siang bersama menikmati hidangan yang disiapkan pelayan.
Lily yang telah selesai makan kemudian pamit pada Jasmine untuk segera kembali.
"Mine aku harus segera kembali, Ibu pasti.." ucap Lily yang tidak melanjutkan perkataannya saat menyadari jika di tempat itu tidak hanya ada dia dan sahabatnya melainkan ada suami sahabatnya dan orang bernama Jason yang baru Lily tahu jika dia Asisten Tuan Muda Stevano.
"Ya, aku tahu," jawab Jasmine mengiyakan. Karena dia tahu pasti Lily butuh istirahat setelah semalam bekerja sampai pagi selain itu Ibunya pasti akan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
Dan dapat Lily dengar jika suami sahabatnya itu menyuruh Jason untuk mengantarkan dirinya, dia bilang jika hal itu sebagai ucapan terima kasih karena sudah mengantarkan istrinya kembali dengan selamat.
Awalnya Lily menolak, tapi karena ancaman yang dikatakan Jasmine, akhirnya Lily hanya bisa pasrah.
Jasmine yang juga sudah selesai makan kemudian ikut mengantarkan Lily kedepan, meninggalkan suaminya yang masih menyelesaikan acara makannya.
"Jasmine aku pulang dulu," pamit Lily pada sahabatnya.
"Iya hati-hati! Jason kau harus mengantarnya dengan selamat sampai di depan rumahnya," kata sahabatnya itu pada pria yang saat ini bersamanya.
"Baik Nyonya," jawab Jason kemudian berlalu dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa membukakan pintu untuk gadis yang tadi bersamanya.
Lily kemudian melambaikan tangannya kepada sang sahabat kemudian ikut masuk ke dalam mobil. Tak lama dia pun membuka kaca pada jendela mobil.
"Jasmine masuklah temani suamimu melanjutkan makanannya! Tidak perlu menungguku!" Kata Lily pada sahabatnya dan langsung diangguki Jasmine kemudian terlihat jika sahabatnya masuk ke dalam rumah.
Setelah melihat itu, Lily pun menyuruh Jason untuk menjalankan mobilnya. Dan Jason hanya menuruti dengan gerutuan yang terus keluar dari mulutnya.
"Tuan, kau seperti tidak ikhlas saja mengantarku? Jika tidak ikhlas lebih baik tidak usah, aku bisa pulang sendiri dengan motorku. Oh ya motorku, kenapa aku sampai lupa? Tuan cepat buka! Aku mau turun, lebih baik aku pulang dengan motorku saja!" Kata Lily.
Tanpa mendengar apa yang Lily ucapkan Jason pun segera melajukan mobilnya setelah melihat gadis di sampingnya sudah mengenakan sabuk pengaman.
"Tuan aku bilang berhenti, kenapa Anda justru melajukannya?" Kesal Lily.
"Bisa diam tidak, kau mengganggu konsentrasiku," jawab Jason yang ikut kesal karena sedari tadi sahabat Nyonya Mudanya itu tidak berhenti bicara membuat kepalanya pusing.
"Tapi motorku bagaimana?" Tanya Lili.
"Kau tidak perlu khawatir besok pagi, motormu pasti sudah ada di depan rumahmu," kata Jason masih fokus menyetir.
"Tapi nanti malam aku…"
"Diamlah, jangan berbicara lagi!" Bentak Jason hingga seketika membuat Lily langsung terdiam.
"Bagaimana nanti malam aku berangkat kerja?" Kata Lily dalam hati, pasalnya jarak rumah dengan tempat kerjanya lumayan jauh, jika menggunakan taksi pasti akan menghabiskan banyak uang.
Sepanjang perjalanan hanya diisi keheningan, Lily memilih memainkan ponselnya daripada dia harus dibentak lagi oleh pria yang baru dikenalnya itu.
Tulit tulit
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan nama Ibu tertulis di layar.
Lily mengabaikannya, dia tahu pasti Ibunya akan memarahinya karena dia pulang terlambat.
Satu kali, dua kali Lily mengabaikannya. Hingga panggilan ketiga kalinya, Jason merebut ponselnya kemudian mematikan panggilan tanpa melihat nama yang ada pada layar dan langsung menonaktifkannya dan memasukkan ponsel itu di kantong jaketnya.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kamu mematikan telepon itu sembarangan?" Tanya Lily menatap Jason tajam, jika seperti itu dia tidak bisa membayangkan hukuman apalagi yang akan diterima dari Ibunya.
"Bukankah kau tidak mengangkatnya karena tidak ingin bicara dengannya? Daripada dibiarkan dan membuat bising telinga lebih baik dimatikan saja daripada mengganggu orang lain," jawab Jason enteng.
"Kemarikan ponselku!" Pinta Lily menyodorkan tangannya.
Tapi Jason tidak memperdulikan itu sama sekali. Membuat Lily semakin kesal.
Tak lam ponsel Jason berdering, dan Lily pun langsung mengangkatnya dan mengatakan salah sambung kemudian mematikan dan menonaktifkan ponsel itu seperti apa yang Jason lakukan pada ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments