Jason yang kini telah sampai di kediaman Tuan Muda Stevano melangkah dengan pikiran yang kacau.
"Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa aku bisa mencium gadis aneh itu lagi? Tidak, ini tidak mungkin terjadi, dari dulu gadis yang aku sukai hanya satu, dia adalah Eliora Anderson, dan sampai saat ini perasaan ini masih sama, ada rasa ingin menjaga dan melindunginya, bahkan aku akan marah dan tidak terima saat ada orang bahkan Nyonya Muda mengatakan hal buruk tentangnya. Iya, aku yakin perasaanku masih sama," kata Jason meyakinkan dirinya atas apa yang dirasakannya sampai membuat pikirannya sekacau ini.
Tak ingin mengambil pusing, Jason pun kemudian menuju kamarnya untuk mengistirahatkan dirinya.
***
Pagi-pagi sekali, Lily sudah keluar dari rumahnya dengan sangat pelan-pelan, agar tidak diketahui oleh Ibunya. Dan akhirnya dia pun berhasil.
Pagi ini Lily berjanji pada sahabatnya untuk menemaninya menemui teman kuliah ibunya. Lily kemudian membuka pintu mobil milik sahabatnya yang memang sangat dia kenali.
"Hai Mine, maaf membuatmu lama menungguku," kata Lily merasa tidak enak, karena menurut pesan yang tadi Jasmine kirimkan jika dia sudah ada di depan gang rumahnya sekitar 10 menit yang lalu, berarti sahabatnya itu juga menunggu selama itu.
"Tidak apa-apa Lily, aku yang harusnya minta maaf karena terus merepotkanmu, apa tidak masalah jika kamu keluar sepagi ini menemaniku?" Tanya Jasmine khawatir jika Lily akan kembali dimarahi Ibunya.
"Memangnya ada masalah apa? Tidak akan ada, kamu tenang saja, aku justru senang karena pagi-pagi sudah kau ajak jalan-jalan," kata Lily dengan senyum lebarnya.
Jasmine tahu, jika senyuman Lily sebenarnya untuk menutupi yang sebenarnya, tapi Jasmine memilih pura-pura tidak tahu sebelum Lily sendiri yang menceritakan tentang dirinya.
"Baiklah kita berangkat sekarang Pak! Tapi sebelum itu kita pergi cari sarapan dulu," kata Jasmine pada supirnya.
"Baik Nona," kata sang supir kemudian melajukan mobilnya membelah jalanan yang masih sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang lari pagi.
"Kamu tahu saja, jika perutku lapar, kamu memang yang terbaik Mine," kata Lily memuji sahabatnya.
"Reaksimu pasti seperti itu jika tentang makanan," cibir Jasmine, membuat Lily terkekeh.
Tak lama mereka pun turun untuk mengisi perut mereka terlebih dahulu, sesekali mereka berbincang sambil menikmati sarapannya.
"Mmm, Jasmine bolehkah aku bertanya?" Tanya Lily.
"Ini bukan seperti kau saja, biasanya kamu langsung saja bertanya tanpa menanyakan boleh atau tidak," jawab Jasmine yang memang mengetahui kebiasaan Lily.
"Hehe, aku tahu saja, ah rasanya aku seperti memiliki saudara kembar, yang bisa peka terhadap diriku," kata Lily sambil tertawa.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Jasmine setelah meneguk minumannya.
"Apa kamu tidak memberitahu Suamimu tentang rencanamu ini?" Tanya Lily hati-hati.
"Tidak, aku hanya tidak ingin jika semakin banyak orang yang tahu rencana kita, maka usaha yang kita lakukan sejauh ini takutnya akan sia-sia. Karena semakin banyak yang tahu, semakin besar pula kemungkinan rencana kita akan terbongkar, jadi lebih baik kita lakukan diam-diam saja," kata Jasmine menjelaskan apa yang ada di dalam pikirannya.
Lily mengangguk-anggukan kepalanya, "Kau benar, seperti kata-kata yang sering aku dengar, jika tembok saja bisa berbicara," kata Lily menyetujui apa yang sahabatnya katakan.
"Emm Mine.." ucap Lily ragu.
"Ada apa? Tanya Jasmine memicingkan matanya saat dirasa Lily hendak mengatakan sesuatu tapi ada keraguan di dalam dirinya.
"Katakan saja apa yang ingin kamu tanyakan!" Kata Jasmine karena Lily justru diam dan tidak kunjung berbicara.
"Apa kau mengenal asisten Suamimu dengan baik?" Akhirnya pertanyaan yang sedari tadi dalam pikiran Lily akhirnya keluar juga.
Jasmine menatap Lily dengan tatapan menyelidik, "Maksudmu Jason?" Tanya Jasmine memastikan.
Lily pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan sahabatnya.
"Aku tidak terlalu mengenalnya, dia orangnya tidak banyak bicara seperti Suamiku," kata Jasmine jujur, jika dia memang tidak terlalu mengenal Jason.
"Ada apa kau menanyakannya? Bukankah pertama kali kau bertemu dengannya saat mengantarku dan terakhir kalinya kemarin, saat kita menjemputmu?" Tanya Jasmine heran melihat sahabatnya itu menanyakan tentang asisten suaminya.
"Hmm tidak ada apa-apa, aku hanya penasaran saja," kata Lily berusaha tidak bertanya lebih jauh lagi tentang pria yang berhasil mengusik dirinya bahkan membuatnya tidak tidur semalaman karena apa yang pria itu lakukan padanya kemarin.
"Jangan membohongiku Lily, aku sahabatmu dan aku tahu saat aku menyukai seseorang, kau pasti akan bertanya tentangnya karena rasa penasaran yang terus saja ada dipikiranmu," ucap Jasmine menatap sahabatnya.
Ditatap seperti itu membuat Lily canggung, awalnya hanya sekedar bertanya, dan pada akhirnya sahabatnya itu pasti tahu ada maksud dibaliknya.
Lily menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Sebenarnya aku bingung akan dirinya Mine, dia tidak mengenalku, tapi seolah-olah kita ada hubungan, dan dia selalu bertindak sesuka hatinya, tapi kadang-kadang pula dia tiba-tiba berubah menjadi orang lain yang tidak saling kenal," kata Lily mencurahkan apa yang dirasakannya terhadap pria itu akhir-akhir ini.
"Maksudmu dia bertindak sesuka hatinya, memangnya apa yang dia lakukan padamu?" Tanya Jasmine.
"Tidak penting apa yang dia lakukan, aku hanya bingung saja dengan sikapnya? Tapi setelah aku mendengar pembicaraan kamu dengannya kemarin tentang Adik Iparmu, dia sepertinya menyukai gadis itu, tetapi kenapa tiba-tiba kemarin dia men.." Lily langsung menutup mulutnya yang hampir saja keceplosan berbicara.
"Men…. Apa?" Tanya Jasmine curiga.
"Tidak apa-apa, mmm perutku kenyang sekali," kata Lily mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Mine kamu sudah selesaikan? Kalau begitu lebih baik kita langsung melanjutkan perjalanan, agar cepat sampai," tambah Lily lagi.
Jasmine yang mengerti jika Lily tidak ingin membicarakan itu lagi, dia pun tidak akan memaksa Lily untuk menceritakan segala tentangnya. Walaupun sebagai sahabat, terkadang semuanya tidak harus diceritakan, karena mungkin itu memang bersifat sangat-sangat pribadi, dan keputusan Jasmine adalah tidak ingin memaksakan sahabatnya untuk bercerita jika memang dia tidak ingin cerita, tapi jika sahabatnya bercerita, dengan senang hati, Jasmine akan menjadi pendengar yang baik, memberi solusi jika bisa, jika tidak dia hanya perlu memberinya semangat dan meyakinkan dia, bahwa dia bisa melewatinya, hingga semua akan berakhir baik-baik saja.
"Baiklah ayo!" Jawab Jasmine dan membayar makanannya terlebih dahulu, mereka kemudian berjalan menuju mobilnya, lalu masuk kedalam mobil itu, kemudian meminta supir untuk melajukan mobilnya dan melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda untuk menemui teman kuliah Ibunya Liliana, yang ingin Jasmine minta menjadi saksi di sidang Ibunya.
"Ayo pak jalan sekarang!" Pinta Jasmine pada sopir yang langsung diiyakan dan kemudian dengan segera mobil itu berjalan menuju alamat yang Jasmine tuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
lullaby_
semangattt ya Thor 😚😚😚
2022-01-30
1
lullaby_
cerita kamuu tuh baguss baguss bgttt tauu
2022-01-30
0
lullaby_
ayoookk thor up lagiii
2022-01-30
0