"Apa kau tahu jika kabur dari sini akan lebih berbahaya," Jason keluar dari rumahnya dengan tergesa-gesa. Wajahnya menengadah melihat langit yang sudah gelap, selain gelap karena siang telah digantikan malam, tetapi juga gelap karena tampaknya langit juga mendung.
Berjalan menyusuri jalanan yang tampak sepi, tapi tidak juga Jason melihat Lily. "Kau kemana sebenarnya?" Cemas itu yang kini terlihat di wajah pria yang jarang tersenyum itu.
Jason mencoba menghubungi nomor Jasmine, untuk menanyakan nomor ponsel Lily.
"Halo," kata seseorang di seberang telepon saat menerima panggilan Jason. "Untuk apa kau menghubungi istriku," ucap dingin pria yang ternyata adalah Stevano, Tuan Mudanya.
"Maaf Tuan, apa Nyonya ada?" Jason bertanya tanpa menjawab pertanyaan Stevano.
"Untuk apa kau menanyakan istriku?" Kini terdengar nada kesal dari seberang telepon.
"Tuan bisakah Anda memberikan ponselnya pada Nyonya, ada hal penting yang harus aku bicarakan dengannya," Jason juga ikut kesal karena Stevano membuat dirinya harus membuang-buang waktu.
"Tidak bisakah kau mengatakan saja padaku, nanti akan aku sampaikan pada istriku," jawab Stevano keras kepala.
"Tuan…"
"Sayang ada apa? Kamu sedang bicara sama siapa? Kenapa kamu kesal seperti itu? Tunggu! Bukankah itu ponselku?" Suara Jasmine di seberang telepon terdengar bertanya pada Stevano.
"Ayo Tuan berikan ponselnya pada Nyonya, aku mau menanyakan sesuatu yang penting." Mohon Jason pada Stevano yang terdiam setelah tadi suara Nyonya Mudanya terdengar.
Hening tidak ada suara apapun dari seberang telepon, Jason menatap layar ponselnya, panggilan masih terhubung. Dan tak lama kemudian,
"Halo,"
Jason bernafas lega saat akhirnya Jasmine yang menjawab teleponnya.
"Halo," kata Jasmine saat Jason belum menjawabnya.
"Halo Nyonya, bisakah Anda memberikan nomor ponsel gadis aneh?" Jason bertanya penuh harap.
"Gadis aneh? Lily maksudmu?" Jason memastikan jika benar Lily lah yang Jason maksud.
"Iya Nyonya," jawab Jason singkat.
"Untuk apa kau menanyakan nomor ponsel Lily?" Tanya Jasmine menyelidik.
"Nyonya bisakah secepatnya Anda kirimkan, gadis aneh itu, maksud saya Lily teman Anda hilang, dan aku harus mencarinya," Jason akhirnya mengatakan yang sebenarnya berharap agar secepatnya Jasmine memberikan nomor gadis aneh itu, karena Jason merasakan air menetes dari langit, ya sekarang sudah gerimis.
"Jason, kenapa Lily bisa menghilang? Memangnya kalian sedang ada dimana?" Jasmine khawatir saat mendengar kabar dari Jason jika sahabatnya menghilang.
"Dia tadi saya bawa ke rumah Nyonya, dan untuk kejadian dia menghilang, akan saya ceritakan nanti, karena saya harus segera mencarinya, apalagi sebentar lagi akan turun hujan," Jawab Jason jujur.
"Kenapa kau membawa ke rumahmu Jason? Apa kau tahu, mungkin saja setelah ini Ibunya akan.., ah sudahlah kamu lebih baik cepat cari dia, kamu harus menemukannya Jason! Aku akan segera mengirimkan nomor ponselnya kepadamu, jangan lupa nanti kabari aku."
"Sudah sayang jangan lama-lama teleponnya, hal penting apa sih yang sebenarnya kalian bicarakan? Ucap Stevano kesal, karena sejak dia meninggalkan istrinya di ruang keluarga untuk pergi ke dapur membuatkan istrinya s*s* ibu hamil, dan sampai sekarang dia sudah selesai dan kembali ke ruang keluarga, istrinya masih saja berteleponan dengan Jason asistennya.
"Ya sudah Nyonya terima kasih, maaf mengganggu waktu Anda," setelah mengatakan itu Jason kemudian menutup panggilan teleponnya.
"Dasar posesif," kata Jason pada ponsel yang kini layarnya sudah berganti dengan wallpaper foto dirinya.
Sementara di tempat Jasmine tadi, tanpa Jasmine dan Stevano sadari, ada seorang gadis yang sedari tadi ada di balik tembok mendengarkan pembicaraan mereka, dan terdengar jelas saat Kakak Iparnya mengatakan jika Jason membawa gadis bernama Lily sahabat Kakak Iparnya yang sebelumnya pernah ditemui, ternyata sekarang ini, dirinya ke rumah Jason, pria yang disukainya itu. Bahkan Liora yang sedari kecil bertemu bahkan pernah bermain bersama Jason saat di mansion di tengah hutan yang ditinggali Kakak pertamanya, bahkan tidak pernah tahu dimana rumah pria itu," itulah tadi yang Liora sempat dengar saat Kakak Iparnya berbicara di telepon.
Dada Liora terasa sakit saat tiba-tiba mendengar itu. "Apa cinta yang aku rasakan ini bertepuk sebelah tangan? Apa kamu mencintai gadis yang bernama Lily itu? Jika iya kenapa sikapmu kepadaku seperti kamu mempunyai rasa? Kata-kata yang selalu kau ucapkan untukku seperti mengisyaratkan jika kamu mempunyai cinta yang sama. Oh Tuhan kenapa? Kenapa rasanya sakit sekali? Kenapa sangat sakit saat aku mendengar apa yang Kak Jasmine katakan tadi," Liora menepuk dadanya yang terasa sesak bahkan kini air matanya tanpa permisi menetes begitu saja membasahi wajah cantiknya.
Liora kemudian mengurungkan niatnya yang tadi ingin menghampiri Kakak dan Kakak Iparnya, kini dia berlari keluar rumah, hanya ingin sejenak menenangkan hati dan pikirannya.
Bruk
Langkah kakinya berhenti saat dia menabrak dada bidang seseorang.
"Kenapa lari-lari seperti itu? Apa kau pikir ini, seperti lapangan" Tanya seorang pria yang Liora tahu adalah asisten Kakak keduanya.
"Bukan urusanmu," ketus Liora kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena kejadian tadi.
"Bukan urusanmu," kata pria yang bernama Jack menirukan kata-kata Liora.
Pletak
"Aww"
Sandal melayang dan mendarat tepat di kepala belakang Jack.
"Apa yang tadi kau katakan?" Liora mendekat dan membalikkan badan Jack.
"Bukan urusanmu," kata Jack kemudian melepaskan tangan Liora dari tangannya.
"Beraninya kau!" Liora menatap tajam Jack.
"Kenapa? Apa yang salah? Bukannya kau tadi menanyakan apa yang tadi kukatakan bukan? Dan aku sudah menjawabnya dengan jujur, terus apalagi, kenapa kau masih marah? Bahkan kau memelototiku sampai bola matamu itu hampir keluar," Jack kemudian berbalik dan melangkah melanjutkan tujuannya untuk menemui Tuan Muda Stevano atas perintah Max.
"Kau!" Liora kalah telak saat mendengar jawaban Jack, "Bukankah memang tadi yang dikatakannya benar, dia mengatakan bukan urusanmu, itu juga yang aku dengar, tapi kenapa aku marah?" Pikir Liora merasa malu, tapi tiba-tiba dia kembali marah saat mengingat penyebab dirinya tadi marah.
"Jack kurang ajar, aku tahu sekarang, apa yang membuatku seharusnya marah, itu karena ucapanmu yang menirukan ku," teriak Liora.
Jack tidak mempedulikan Liora yang kini sedang berteriak-teriak memanggil namanya.
Jack hanya melambaikan tangan kanannya ke atas, dan tetap berjalan meninggalkan Liora yang kesal setengah mati.
"Jack awas saja kau! Lihat aku akan membalasmu nanti, jangan berpikir jika kau bisa bebas," Liora terus saja berteriak merasa kesal karena Jack malah mengabaikannya.
Liora rasanya sudah tidak ingin pergi lagi, apalagi setelah bertemu dengan Jack, dan pada akhirnya Liora memilih kembali berjalan masuk menuju kamarnya yang ada di sebelah kamar Papinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
lullaby_
aakkhhh sayang author banyak banyak 😚😚😚
2022-02-07
0
lullaby_
thorr lu harus tauu klo gw kecanduan nih sama karya" lu dan karna itu lu haruss cpt" up lagii yaa kalo bisa crazy up ye thorr
2022-02-07
0
Syarifah
lanjut thorrr. penasaran sama kisah selanjutnya. semangat thorrr💪💪💪💪
2022-02-05
0