Daniel berjalan mondar mandir didalam kamarnya. Ia bingung harus membangunkan Medina atau tidak. Tapi dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena waktu sudah sangat sore. Jika menunggu Medina bangun sendiri.
Daniel memijit pelipisnya. Bingung harus berbuat apa.
Huffttt!!! Daniel membuang nafas kasar. Ia merasa dirinya sangat kacau. Padahal ini bukan pertama kalinya ia dekat dengan seorang wanita. Namun kali ini sangat jauh berbeda.
Daniel merasakan tubuhnya berkeringat meski AC dikamarnya sudah distel paling rendah.
"Sebaiknya aku mandi.." Daniel mengambil handuk dari lemarinya dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara itu, diruang tengah Medina mengerjapkan matanya hingga ia benar-benar membuka mata bulatnya. Menggeliat pelan untuk mengendorkan syaraf dan otot yang kaku karena lelah.
Ketika Mata bulatnya terbuka sempurna, dan melihat sekeliling nya membuat Medina terkejut. Ia menyadari jika dirinya masih berada di apartemen Daniel dan tidur dengan sangat nyenyak.
Medina melirik arloji ditangannya. hampir tiga jam ia tertidur.
"Astaghfirullah ibu..." Dengan langkah cepat Medina berjalan menuju kamar Daniel.
Medina membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati. Khawatir jika ibu Safira terkejut dari istirahat nya.
Manik Medina menatap ranjang yang sudah kosong dan rapih. Lalu maniknya kembali menyapu seluruh ruangan, Tapi ia tidak menemukan ibu Safira.
"ibu...." Panggil Medina.
Medina terus berjalan masuk hingga ia berdiri diruang ganti pakaian yang berhadapan dengan kamar mandi. Terdengar gemericik air dari dalam sana. Medina berpikir, ibu Safira yang berada didalam.
Alih-alih menunggu ibu Safira sembari duduk di sofa, Justru Medina dibuat terkejut setengah mati ketika melihat sosok laki-laki yang keluar dari ruang ganti pakaian.
"Astaghfirullah kak Daniel...!!!!." Medina berteriak hingga melompat berdiri di atas sofa. Kedua telapak tangannya menangkup wajahnya yang memerah. Karena ia melihat Daniel hanya memakai handuk sebatas lutut dengan dada bidang yang terekpose sempurna.
"Kamu?ka...kapan kamu masuk?" Tanya Daniel gelagapan.
"maaf ka...Medina pikir yang didalam kamar mandi itu ibu..." Medina mulai berjalan menuju pintu. Medina sudah memegang handle pintu, namun langkah nya terhenti ketika Daniel memanggilnya.
"Medina..tunggu. Tunggu sebentar" Pinta Daniel. Daniel berjalan cepat menuju lemari pakaian nya. Setelah mengenakan pakaiannya, Daniel kembali dan menghampiri Medina dengan paper bag ditangannya.
Medina tidak jadi keluar kamar tapi ia juga tidak membalikkan badannya.
"Aku sudah selesai...berbalik lah" pinta Daniel.
Otak Medina sepertinya hanya mendengar ucapan Daniel. Tanpa menunggu aba-aba Medina berbalik menghadap Daniel.
Deg!!
Manik mereka saling bertemu. Medina menatap sekilas lalu menundukkan wajahnya.
"oh ya...ini. Mama meminta kamu memakainya. Mama dan Kak Danu akan menghadiri acara keluarga disebuah hotel. Kita akan menyusul mereka" Ucap Daniel dengan manik yang terus menatap Medina.
Daniel berjalan maju dan menyodorkan paper bag ditangannya.
Medina mendongak dan menerima paper bag dari tangan Daneil.
"pakai kamar mandi ku dan bersiaplah...aku akan tunggu diluar" Daniel meninggalkan Medina yang masih mematung.
"Aku menunggumu Medina..." Teriak Daniel dari balik pintu.
Medina terlonjak kaget. Dengan kesadaran penuh ia bergegas masuk kedalam kamar mandi.
Selang beberapa menit, Medina sudah keluar dari kamar mandi. Sadar ia belum menunaikan sholat ashar, maka Medina langsung mengambil Mukena dari dalam ranselnya.
Selesai sholat ia membuka paper bag yang diberikan Daniel. seperangkat abaya cantik berwarna hitam dengan detail Swarovski di bagian depan full dari atas hingga bawah. Berpadu cantik dengan hijab pashmina size besar berwarna mocca.
"ini kan...baju yang waktu itu aku lihat sama ibu disalah satu toko dimall" Gumam Medina. Ia mengingat detail Swarovski yang bertabur mewah. Baju itu bahkan sempat ia pegang dan mengintip harga yang tertera didalam baju.
Saat melihat bandrol baju itu, Medina hanya tersenyum kecut. Karena harganya tidak murah untuk ukuran dirinya.
"Bagaimana aku akan melepaskan diri lebih jauh dari dekapan kasih sayangmu Bu... Terimakasih" Gumam Medina lirih mengingat semua kebaikan dan kasih sayang ibu Safira kepada dirinya.
Medina tersenyum lalu memakainya. Melilitkan pashmina dikepalanya. Ia sedikit memoles kan bedak tipis diwajahnya. dan Mengusap bibirnya yang berwarna pink alami dengan lipglos yang selalu ia bawa di tas ranselnya.
Medina terlihat sangat cantik.
Medina merapihkan ranselnya dan berjalan keluar kamar.
Ia menatap Daniel yang sedang memainkan ponsel ditangannya.
Medina berdehem untuk memberi tahu keberadaan nya kepada Daniel.
"Kamu sudah si____" Daniel tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi. Seketika matanya membulat sempurna melihat sosok gadis dihadapannya. Ia seperti terhipnotis dengan penampilan Medina hingga ia duduk mematung dengan mulut menganga.
Didalam hatinya Daniel terus bergumam memuji kecantikan Medina.
"Kamu sangat Cantik.." Ucap Daniel setelah bangkit dari duduknya.
Wajah Medina berubah merah merona seketika.
"maafkan Medina kak...kakak harus menunggu lama. Medina belum sholat ashar tadi. Medina tidur sangat nyenyak sampe-sampe ibu pergi pun aku tidak tahu" Ucap Medina tanpa menatap Daniel.
"ga papa...Kita berangkat sekarang?" Daniel berjalan mendahului Medina. Ia sengaja melakukan itu untuk menyembunyikan rasa gugup dan gejolak hatinya.
Sementara Medina justru merasa Daniel sedikit mengacuhkannya.
"Ahhh...kenapa aku selalu seperti ini?" Gumam Medina pelan. Sangat pelan.
Setelah berada dilobby Apartemen..Daniel terlihat menghubungi seseorang.
Tidak berapa lama, sebuah mobil mewah berhenti didepan pintu utama. Arif keluar dari sisi pintu kemudi lalu menghampiri Daniel dan Medina.
Arif menatap Medina tanpa berkedip. Kemudian menatap Daniel bergantian.
"halo...Saya Arif. Aspri Bos Daniel" Ucap Arif memperkenalkan diri.
"Saya Medina" Balas Medina dengan senyum ramah.
"bos....Apa dia___??" Ucapan Arif bahkan belum selesai namun Daniel sudah memotongnya.
"antarkan aku ke Hotel XXX.."
"Tidak ada pertanyaan atau bantahan" Ucap Daniel lantang.
Medina yang sedari tadi menunduk, kini mengangkat wajahnya karena mendengar suara Daniel yang lantang lalu Menatap Arif yang Hanya manggut-manggut mengikuti perintah Bos nya.
Daniel membukakan pintu mobil untuk Medina.
"masuklah..." Perintah Daniel.
"Terimakasih kak" Medina membalas nya.
Arif yang mulutnya ember tidak kuasa menahan suaranya untuk bos sekaligus sahabatnya itu.
"Bos...kenapa duduk didepan? Harusnya duduk dibelakang bersama___"
Daniel mencengkram bahu Arif. Seolah memberi kode agar Arif segera menutup mulutnya.
"bisa kita berangkat sekarang. Aku sudah terlambat dan aku tidak mau membuang waktu sia-sia" Medina mendengar ucapan Daniel. Entah mengapa hatinya sedikit tersindir dan tersinggung. Ia merasa bersalah, karena sudah membuat Daniel menunggu dan membuat acar keluarga Ibu Safira menjadi berantakan.
"maafkan Medina kak...." Ucap Medina lirih.
Daniel menoleh ke belakang. Ia terkejut dengan ucapan Medina.
"kenapa kamu minta maaf?"
"Karena Medina, kak Daniel jadi harus menunggu lama dan waktumu jadi terbuang sia-sia"
Daniel menghela nafas. Daniel menyadari ucapannya tidak seharusnya keluar dari mulutnya. Hingga membuat Medina salah paham begini.
"Sialan...ini gara-gara jomblo cap kodok satu ini nih" Gerutu Daniel sambil menatap Arif tajam.
Arif yang mendapat tatapan seperti itu hanya bisa diam dengan bibir yang menahan tawa.
"Daniel Bucin" Ejek Arif dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments