Setelah membayar ojol, Medina langsung melangkah masuk kamar kos nya.
Tidak seperti biasa tanpa mengetuk Medina langsung membuka handle pintu kamarnya. Dan ia sangat terkejut karena pemandangan yang dilihatnya didalam kamar.
"Astaghfirullah miraaaa" Medina berteriak histeris. Tangannya refleks menangkup wajahnya dengan rapat.
Meski pemandangan ini sering ia jumpai Tpai Medina selalu terlonjak kaget ketika membuka pintu kamarnya, rekan satu kamarnya sedang berpagut bibir dengan seorang pria.
"Lo tuh bisa ga sih..kalo masuk kamar ketok dulu..." ucap Mira setelah melepas pagutan bibir pasangannya dan sangat terlihat kesal dan merapihkan pakaiannya yang terlihat acak-acakan.
Si laki-laki pacar Mira yang bernama Erik langsung mengambil posisi berdiri dan berlalu keluar kamar tanpa basa basi lalu menutup pintu dari luar.
Entah karena malu kepergok Medina atau berusaha menyembunyikan kemarahan karena ulah Medina, kegiatan mesumnya dengan sang pacar menjadi tertanggu.
Mendapati tatapan tajam dari Mira...Medina lebih memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di dalam kamar mandi Medina terus merutuki dirinya sendiri.
"kenapa tadi tidak ketok pintu dulu...bodoh!!! bodoh!! biasanya aku selalu ketok pintu sebelum masuk"
Medina memejamkan matanya. Mengingat perbuatan temannya. Medina tidak sungkan menasehati temannya. Tapi Mira masih saja melakukan dan melakukan perbuatan mesum itu lagi.
Dan yamg membuat Medina kesal.. mereka melakukan adegan mesum itu didalam kamarnya.
"huuffft!"
Medina berkali-kali membuang nafas. Berharap tidak ada salah faham di antara dirinya dan Mira yang membuat hubungan pertemanan nya merenggang.
Karena biar bagaimanapun, Mira adalah sahabat Medina yang sudah berjasa dalam hidupnya.
ceklek...
Setelah sekian puluh menit, Medina akhirnya keluar dari kamar mandi.
"Tuh barang-barang Lo udah gw packing. Mulai malem ini, Lo bukan teman kamar kos gw"
Deg!
Jantung Medina serasa hampir copot karena terkejut dengan sikap Mira yang langsung mengambil keputusan sepihak tanpa berdiskusi dengannya.
"apaaa???" tanya Medina masih belum percaya yang diucapkan teman yang sudah dianggapnya saudara itu.
"Lo ga usah pura-pura budeg, deh"
"Malam ini juga Lo keluar dari kamar ini. Gw mau cari temen kos yang asik. Ga kayak Lo"
"Lo udah banyak ikut campur urusan pribadi gw. Dan gw gak suka" Teriak Mira dengan nada sarkas.
"Mir..." ucap Medina lirih.
"Aku gak bermaksud menganggu urusanmu. Sungguh. Apalagi ikut campur. Aku benar-benar ga tau kalo Erik ada didalam"
"Aku minta maaf kalo perbuatan ku tadi membuatmu kesal. Tapi kamu juga salah, kamu belum terikat hukum apapun dengan laki-laki itu. Tapi kamu sudah melakukan perbuatan yang tidak seharusnya kamu lakukan. Itu termasuk zina dan dosa Zina itu sangat besar, Mir. Dan kamu sudah sering melakukan nya Mir...dan itu bisa berbahaya untuk masa depan kamu sendiri" ucap Medina mencoba menyadarkan Mira.
"Aku sudah sering memperingatkan mu Mir. Bukan karena aku membencimu. Justru karena aku sayang"
"aku tidak hanya menganggapnu sebagai teman..tapi sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri"
"Aku tidak mau saudraku terjerumus pergaulan bebas. Nanti kamu sendiri yang akan menyesal" Tangan Medina meraih tangan Mira.
Namun Mira segera menepis dengan keras hingga Medina hampir terjatuh.
Medina menatap Mira dengan sedih. Ia tidak menyangka, Mira benar-benar marah dan bahkan mengusirnya. Bahkan Mira tidak memberinya kesempatan untuk tetap tinggal meski cuma sampai besok pagi.
Dengan langkah gontai, Medina membawa semua barang miliknya keluar dari kamar yang selama 4 bulan terakhir menjadi tempat nya melepas lelah.
"aku harus kemana?? 4 bulan di Jakarta aku bahkan belum kenal siapapun selain orang-orang ditempatku bekerja dan beberapa tetangga kamar kos. Selama disini aku tidak pernah kemanapun selain ke tempat kerjaan dan kembali ke kosanku setelah selesai bekerja. begitu setiap hari. Ya Allah aku harus kemana sekarang? benar kata orang, kehidupan di Jakarta memang sangat keras" gumam Medina sedih dengan menenteng tas baju dan ranselnya. tidak tahu harus kemana.
Medina mulai menghubungi teman-teman nya yang ia kenal di tempatnya bekerja untuk meminta bantuan namun nihil. Membuat Medina semakin sedih.
Medina melirik jam tangan yang masih dikenakannya...
11.56
Bola mata mata Medina membesar.
"sudah hampir tengah malam..." gumamnya lirih.
"apa aku ke Rumah Sakit aja???"
"kenapa aku harus kesana? Aku hanya merepotkan mereka aja"
"tapi setidaknya hanya Ibu Safira harapan terakhirku saat ini*"
Medina menarik nafas dalam-dalam.
Setelah berperang dengan bathinnya dan meyakinkan keputusannya..akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Rumah Sakit. Setidaknya untuk malam ini ia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat lelah. Dan akan memikirkan langkah selanjutnya akan berbuat apa.
**lobby Rumah Sakit**
Medina meletakkan tas nya di kursi tunggu yang terjejer rapi disana. Suasana di Lobby Rumah sakit di malam hari sangat sepi. Hanya terlihat beberapa pegawai resepsionis dan suster yang sedang bertugas mengambil shift malam. Ada juga beberapa orang kemungkinan adalah keluarga pasien yang terlihat mondar mandir keluar masuk lift.
Medina menjatuhkan tubuhnya diatas kursi dengan pelan.
Air mata yang ia tahan dari tadi akhirnya tumpah hingga sesegukan kecil.
Ia sempat dilarang masuk oleh petugas kemanan yang berjaga didepan.
Dengan alasan ia baru sampai dari kampung untuk menjenguk kerabatnya yang sedang dirawat, akhirnya Medina diijinkan masuk tapi hanya menunggu di Area lobby saja hingga jam besuk dibuka pukul 11 siang.
Medina bersyukur setidaknya ia memiliki tempat untuk mengistirahatkan tubuhnya meski ia tahu tidak akan nyaman.
Jikapun Ibu Safira, tidak menerima nya. Pilihan berat harus ia hadapi. Yaitu Kembali ke Kampung tempat Pakde dan Budhe nya tinggal merintis usaha. Meski enggan, tapi Medina harus mengambil keputusan pahit itu dengan lapang dada.
Rasa kantuk dan lelah yang mulai datang, sudah tidak bisa dilawannya lagi. Medina mulai memejamkan matanya dan dalam hitungan menit ia langsung terlelap dengan posisi duduk membungkuk memeluk tas dan menjadikan tas itu sandaran kepalanya yang ada di pangkuannya.
Sebelum ia tertidur dengan posisi duduk, ia berdoa semoga ia diberikan jalan keluar terbaik.
###############
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments