Seperti biasa Medina bangun lebih awal dari semua penghuni rumah itu. Dia selalu memposisikan dirinya sebagai pegawai meski ibu Safira menganggap nya lebih dari pegawai seperti yang lain.
Selesai mandi dan menunaikan sholat subuh, ia lalu mengerjakan rutinitas nya seperti biasa.
Semalam ia sudah bertekad kuat, bahwa ia tidak akan terpengaruh situasi apapun yang berhubungan dengan Daniel.
"ahhh....mengapa setiap menyebut nama Daniel, hatiku menjadi melemah lagi"
Wajah Medina seketika berubah sendu meski sudah mencoba menahannya.
"Ada apa sayang...?" Tangan ibu Safira menyentuh jemari Medina.
"tidak ada Bu.." Medina mencoba tersenyum meskipun kata-katanya berisi kebohongan.
"kamu masih memikirkan hal semalam?" pertanyaan ibu Safira berhasil membuat Medina mendongakkan wajahnya dan menatap ibu Safira.
"ibu minta maaf atas nama Daniel, karena dia sudah membuatmu bingung" Biar bagaimana pun ibu Safira belum bisa menerima kenyataan semalam. Meski hati kecilnya ia sangat mendukung putranya agar segera menjalin hubungan dengan Medina. Tapi ia tidak akan tergesa-gesa karena ia juga harus memikirkan perasaan Medina.
"Ibu tahu kamu butuh penjelasan dan Ibu akan segera mencari tahu, mengapa Daniel sampai mempengaruhi Syifa dengan pernyataan seperti itu"
Medina mengangguk.
"Tapi sebelum itu, ada hal yang ingin ibu sampai kan padamu. Ini tentang masa lalu Daniel. Kamu mau mendengar nya?" Tanya ibu Safira ragu.
Medina masih terdiam tidak menjawab. Namun tidak lama ibu Safira berkata lagi.
"jika kamu tidak keberatan, ibu akan menceritakannya" Ibu Safira menarik tangan Medina agar duduk disampingnya.
Sekitar hampir 1 jam, ibu Safira menceritakan masa lalu Daniel. Sesekali mata Medina membulat ketika ibu Safira bercerita. Hingga diakhir cerita ibu Safira mendesah Nafas panjang.
"Hati ibu mana yang tidak sakit melihat anaknya gagal dalam suatu hubungan yang ibu sendiri sangat berharap lebih. Awalnya ibu sangat tidak menerima kenyataan pahit ini. Tapi setelah bertemu denganmu, hati Ibu merasa yakin, doa ibu dikabulkan sama Allah. Dia mengirimkan kamu untuk mengobati luka hati keluarga kami. Dan ibu sangat bersyukur, dari awal Daniel langsung menyukai kamu" Air mata ibu Safira mengalir deras.
Medina menunduk tanpa memberi komentar. Ia sangat bingung. Entah mengapa hatinya seperti ditusuk ratusan belati. Melihat ibu Safira yang Dimata Medina sudah seperti ibu kandung baginya menangis tersedu.
Medina meraih tangan ibu Safira lalu menghapus air matanya.
"maafkan ibu..nak" Ucap ibu Safira lirih.
Medina memeluk ibu Safira erat. Mereka menangis bersama.
"apa selama ini sakitnya ibu Safira akibat guncangan mental karena kejadian itu?" Medina bertanya dalam hati.
"Nenek sama mama Niel kenapa pelukan sambil nangis?" Suara Syifa mengagetkan ibu Safira dan Medina.
Mereka menoleh Syifa bersamaan.
"Kamu sudah bangun sayang..." Ucap Medina menghampiri Syifa yang akan turun dari ranjang. Syifa langsung memeluk Medina ketika jarak mereka terkikis.
"mama Niel sama nenek ga suka ya ifa bobo disini?" suara Syifa membuat nenek dan Medina tergelak.
Medina menggendong Syifa yang masih mengoceh ke kamar mandi. Dengan sangat telaten ia memandikan Syifa dengan air hangat.
Syifa yang sudah cantik, menggandeng tangan neneknya keluar kamar. Diikuti Medina dari belakang.
Mereka berdua duduk di sofa pnjang di ruang keluarga sementara Medina menuju dapur untuk membuatkan 2 gelas susu beda generasi. Dan secangkir kopi cappucino instan untuk dirinya.
Bi Inang yang sudah lebih dulu berada didapur menyodorkan sepiring Camilan pagi untuk teman minum.
"terimakasih bi...ini sepertinya sangat enak. Apa ini buatan bibi sendiri?" Tanya Medina.
"aww..panas bi" Medina yang tak sabar ingin mencicipi camilan itu mengaduh ketika menyentuh nya.
"tentu saja itu masih panas..nduk. Wong baru bibi angkat dari wajan" Bi Inang menggeleng kan kepalanya sambil tersenyum.
Medina menaruh nampan yang penuh isi itu di meja. Lalu mengambil dua gelas susu dan memberikan nya pada ibu Safira dan Syifa.
"mama Niel...ifa biasanya pake botol kalo minum susu" Syifa menolak susu yang disuapkan Medina ke mulutnya.
"ohhh ifa masih minum susu pake botol ya? Maaf sayang...mama Niel ga tahu" Medina mencubit pipi gempil Syifa.
"Jadi Syifa ga mau minum?" Syifa menggeleng cepat.
"mama Niel aja yang minum..ifa ga mau" Wajah lucu Syifa mulai mmberengut karena Medina terus membujuk dirinya.
Ibu Safira yang menyaksikan pemandangan pagi itu hanya terkekeh kecil.
Setelah lama berdebat dan bujuk rayu, akhirnya Syifa mau minum susu dari gelas.
Medina tersenyum geli. Menguyel-uyel gemas hidungnya diwajah imut Syifa.
"Anak pintar dan penurut. Mama Niel sayang sama Syifa" Ucap Medina..
"nenek juga sayang Syifa" Ibu Safira juga ikut menimpali dengan raut wajah yang tidak kalah sumringah.
Syifa turun dari pangkuan Medina dan langsung mengahbur memeluk sang nenek.
"ifa juga sayang nenek...Sayaaaaaang bangeeeettt" Ucap Syifa melingkarkan tangannya dileher sang nenek.
Danu yang sudah menyaksikan pemandangan itu dari setengah jam yang lalu dari balik tembok, memutuskan untuk bergabung dan memeluk anak dan mamanya yang masih berpelukan.
"papa juga sayang nenek juga Syifa..." Ucap Danu dengan mata yang berkaca-kaca.
Medina yang melihat itu tidak kuasa juga menahan bulir bening dari ujung matanya. Ia merasa bahagia dengan kehangatan yang sedang berlangsung dihadapannya.
Danu mendekati Medina yang berdiri sisi sofa. menatap Medina lekat.
"Med.. Terimakasih kasih" ucap Danu terbata. Tangannya menyentuh pucuk kepala Medina yang bebalut hijab.
"kemana adikmu?" Tanya ibu Safira.
Danu menoleh.
"Dia pulang ke apartemen semalam" Jawab Danu. Kini ia duduk disamping mamanya.
"apa kalian sudah bicara?"
Danu mengangguk pelan.
"Kak Danu mau dibuatkan kopi atau teh?" Medina menyadari kehadirannya akan mengganggu keduanya.
"oh boleh..kopi dengan sedikit gula ya"
"baik kak"
Medina berlaku ke dapur dengan mengajak Syifa. Sementara Danu berbincang serius dengan sang mama.
"Bi...aku minta tolong. Nanti bibi aja yang antar kopi kak Danu ya. Medina mau ajak Syifa main diteras depan" Ucap Medina berbohong.
Padahal ia hanya ingin menghindari Danu Dan mamanya yang pasti sedang berbicara mengenai Daniel.
"Iya nduk.." Bi Inang sudah mengangkat nampan berisi secangkir kopi untuk majikannya. menaruhnya dimeja.
"lho..Medina mana bi? Kok bibi yang antar?" Tanya Danu Heran.
"Medina mengajak Syifa bermain dihalaman depan den..." Jawab Bu Inang.
"ohh gitu..makasih bi"
Bi Inang mengangguk. Lalu meninggalkan kedua majikannya.
"Sepertinya Medina sengaja menghindari percakapan kita, ma"
"mungkin dia belum siap. Oh iya, ibu sudah berniat memasukkannya ke sekolah paket supaya ia mendapatkan ijazah SMA nya. Dan tentu saja supaya mengalihkan perhatian nya dari Daniel"
Danu mengerutkan keningnya.
"sekolah paket? Apa dia tidak lulus SMA?"
Ibu Safira menangangguk.
"kapan-kapan mama ceritain ke kamu" Ucap ibu Safira menyudahi percakapan pagi itu karena melihat Daniel yang sudah rapih dengan baju kantornya, bersiap untuk berangkat ke kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Bundane Nisa Bakhtiar
lanjut thor
2020-07-23
0
Ryzthwrdhny
lanjut terus kak... bagus ceritanya... jngn lupa mampir di cerita aku "faded alum dalam kisah cintaku" aku udah like.. like balik ya kak...aku tunggu ya ... makasih
2020-05-26
2
🌸Momy Kece🌸
cumungut up thor!
wes tak like,ojolali mampir neng "Apa itu Cinta"
salam kenal
SAKURAGI
2020-05-18
2