Mobil mewah Daniel memasuki halaman rumah ketika hari sudah gelap. Daniel Memarkirkan Supercar nya dekat pintu rumah utama. Daniel yang duduk dibelakang kemudi menggantikan Arif yang sudah diantar duluan kerumahnya. Ia menarik nafas panjang dan dalam.
Tiba-tiba Degup jantungnya seperti orang yang habis lari marathon.
Namun wajah bahagianya tidak bisa ia sembunyikan. Maniknya Menatap pintu rumah utama tanpa berkedip.
Berkhayal sosok Gadis yang dirindukannya keluar dari dalam rumah dan menyambutnya mesra.
Bibirnya mengulum senyum tiada henti. Hingga suara Danu pun tidak ia dengar sama sekali.
Tin...tin...tin...
Danu memencet klakson mobil berkali-kali. Daniel mengenjit kaget dan menoleh sang kakak yang juga masih duduk disampingnya.
"apa kamu cuma mau melihat pintu itu sampai dia datang? atau masuk kedalam lalu memeluknya?" Danu menggoda Daniel setelah memperhatikan tingkah adiknya.
Danu tergelak kencang hingga Syifa yang terlelap dipangkuan Danu pun mengerjap bangun.
"Papa..." Cicit Syifa..
"kita sudah sampai sayang...Ayo kita masuk menemui nenek" Danu turun dari mobil dan menggendong Syifa masuk kedalam rumah. Sementara Daniel...masih tidak bergeming ditempatnya. Jiwanya yang ingin segera menemui Medina namun raganya masih diam tak beranjak. Hatinya meracau galau.
"mengapa aku seperti ini? aku bahkan belum mengenalnya lebih jauh...tapi perasaan ini?? mengapa sangat menggangguku" Gumam Daniel lirih.
Mang Eros yang berada dibelakang mobil dengan cekatan menurunkan koper dan barang-barang majikannya dan membawanya ke dalam rumah.
Daniel mengekori mang Eros masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang campur aduk.
Brukkkkk!!!
Daniel yang berjalan menunduk menabrak mang Eros yang sudah berjalan ke arah keluar rumah setelah menaruh koper diruang tengah.
Mang Eros yang kalah porsi badannya dari Daniel hampir terpental kebelakang.
"Aden ga papa?"
"Mang Eros ga papa?" Mereka bertanya bersamaan.
Mang Eros tersenyum.
"Aden pasti capek banget ya... Istirahat dulu den biar ilang capeknya" ucap mang Eros.
"iya mang..makasih" jawab Daniel kemudian berlalu.
Daniel sampai diruang keluarga Tapi Ia tak mendapati siapapun diruangan itu.
Daniel melirik arlojinya. Baru jam 8 malam tapi tidak ada siapapun diruang tengah maupun dimeja makan.
Daniel menyapu sekeliling dengan maniknya. Dahinya mengerut keras.
"kemana semua orang?" Gumam Daniel.
Daniel membuka kamar mamanya, kosong. Ia pun berlari kecil ke halaman belakang juga tidak ada siapapun.
Samar-samar ia mendengar suara gelak tawa dari ruang kerja sekaligus perpustakaan yang tertutup rapat.
Daniel membuka pintu..
"Papa Niel..." panggil Syifa yang sedang bermanja dengan Medina.
"Kalian disini rupanya" ucap Daniel seraya menutup pintu setelah masuk.
Daniel menghampiri mamanya. Menyalami, memeluk juga menciumnya. Sekilas Daniel melirik Medina yang sedang memangku Syifa.
"apa kabar ma?" Tanya Daniel yang sudah duduk disamping mamanya.
"Alhamdulillah mama sehat..nak"
Daniel memperhatikan mamanya dengan seksama...mamanya semakin terlihat sehat dan segar.
"Papa Niel...Ifa udah kenalan sama mama Niel. Ifa suka sama mama Niel" Daniel menoleh sekilas lalu kembali menunduk. Wajahnya memerah karena malu dengan ucapan polos Syifa.
Tangan mungil Syifa menggelayut manja di bahu Medina. Medina sesekali melempar senyum. meski pikiran dan hatinya bingung dengan situasi ini.
Sementara Danu dan mama Safira juga tidak kalah kaget dengan sikap dan ucapan Syifa.
"Kau hutang penjelasan kepadaku dan mama..." Danu menepuk pundak dan sedikit mencengkram.
"Ahhh ya...Itu....Iya...anu...eeemmmm" Daniel gelagapan dengan kepala tertunduk. Wajahnya memerah karena menahan malu. Menatap keluarganya dan Medina bahkan Daniel tidak punya keberanian.
"Kita lanjutkan besok lagi. sekarang sudah malam. Kalian istirahat lah. Kalian pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh" Mama Safira menyudahi obrolan mereka.
Sebelum beranjak keluar, sang mama menyentuh pundak Daniel dengan lembut. Seolah memberi isyarat bahwa mamanya akan selalu mendukungnya.
Daniel bernafas lega. Setidaknya dia masih punya kesempatan untuk mencari alasan atas pernyataan Syifa.
"baiklah....Danu kekamar dulu ya ma. Ayo sayang. Kamu juga harus istirahat" Danu mengajak Syifa untuk pulang ke paviliun namun gadis kecil itu menolak ajakan papanya.
"Ifa ga mau bobo sama papa. Ifa maunya bobo saya mama Niel, juga sama nenek" Daniel semakin hilang kata-kata. Ia memijat pangkal hidungnya. Berusaha menahan malu karena ulahnya sendiri.
"sayang tidak boleh begitu. Malam ini Syifa bobo sama papa dulu ya.. Besok baru boleh bobo sama Nenek juga sama mam___" Danu menggantung ucapannya.
Dia sendiri juga bingung harus meneruskan atau tidak. Dia sungguh tidak enak hati dengan Medina.
"Ifa ga mau pap....Pokona Ifa mau bobo sama nenek sama mama Niel" Syifa mulai merajuk dengan wajah kesalnya yang sangat imut.
"maaf ya Med..." Hanya kata-kata itu yang saat ini bisa Danu ucapkan.
"Tidak papa kak..." jawab Medina singkat.
"Ya sudah...Kalo Syifa mau bobo sama nenek. Ifa harus ganti baju dulu" mama Safira mengelus pucuk kepala Syifa dan Syifa membalasnya dengan anggukan.
Mereka beranjak dari ruang perpustakaan. Tapi tidak dengan Daniel. Ia mengacak rambutnya kasar dan merutuki kebodohannya. Meski ia menyukai Medina, tapi hati kecilnya masih tersimpan keraguan untuk menyambut rasa itu dengan perasaan cinta.
"kenapa jadi seperti ini?" Gumam Daniel.
Entah apa yang akan ia jelaskan kepada Mama dan Danu. Terlebih kepada Medina. Ia pasti sangat bingung saat ini.
"Aaarrrggghhh" Ia terus merutuki kebodohannya. Seoarang Daniel Rahman yang terkenal berwibawa dan tegas dikalangan kolega bisnisnya..harus tertunduk malu dihadapan seoarang gadis karena kecerobohannya. Mengaku-ngaku menjalin hubungan spesial kepada seoarang anak kecil yang bahkan hubungan itu belum bisa dianggap apa-apa.
"tapi apa yang salah dari semua ini. Aku memang benar-benar mengagumi Medina. Lagi pula aku tidak sedang menjalani hubungan apapun dengan wanita lain. yaa...untuk apa aku malu mengakuinya?" Sisi lain hati Daniel terus meracau tanpa henti.
Malam ini Medina tidak bisa memejamkan matanya. Mencoba beberapa mengganti posisi tidur dan melafalkan doa dan dzikir sebanyak mungkin tapi tetap saja matanya tidak bisa terlelap. Ia terus memikirkan ucapan Syifa yang ia sendiri bingung.
"papa Niel bilang...Ifa udah punya mama Niel di lumah nenek"
Meski Medina tidak menganggap ucapan Syifa serius, tapi sikap Daniel saat diruang perpustakaan tidak ada bantahan sedikit pun. Dia seolah mengakui, ucapan gadis kecil itu adalah buah dari pengakuan Daniel padanya.
"aaaahhhhh...kepalaku jadi pusing" Gumam Medina dengan tangan yang memijat kepalanya.
"mama Niel...." bukankah panggilan itu seperti menyatakan kepemilikan?? Ya. Tentu saja!! Menyatakan Bahwa Medina adalah pasangan Daniel. Dia sedang tidak main-main dengan anak kecil kan??
Medina menepuk-nepuk kepalanya. Berharap semua yang dipikirkan nya lenyap. Ia kembali mengingat siapa dirinya dirumah itu. Tujuan awal keluarga ini membawanya.
Deg!!
Tiba-tiba hati Medina merasa sakit. Air matanya tidak dapat dibendung. Medina menangis dalam gelap. Menyesali tingkah bodohnya ketika sedang berhadapan dengan Daniel.
"Mulai besok...Aku akan bersikap seperti waktu pertama kali aku bertemu dengannya. Aku akan fokus pada pekerjaan ku saja. Mengurus ibu Safira. Setelah kondisinya membaik, aku akan keluar dari pekerjaan ini" Tekad Medina.
Ia mulai bisa memejamkan matanya dan alam mimpi mulai membawanya terlelap.
_
_
_
_
_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments