Setelah berbincang dan saling memperkenalkan diri..Danu dan Daniel pamit keluar sebentar untuk makan malam.
Awalnya Medina juga diajak makan malam bersama mereka, akan tetapi ia tidak tega melihat Ibu sendirian di dalam ruangan. Lagipula Medina masih punya bekal makanan didalam tas ranselnya, sisa tadi siang yang ia bawa dari kosan.
Setelah selesai menghabiskan sisa bekalnya. Medina duduk disamping Ibu Safira di tepi ranjang.
"apa yang ibu rasakan sekarang?" Tanya Medina pelan dengan manik menatap ibu Safira yang masih terlihat pucat.
"Ga ada nak..ibu Hanya masih sedikit lemah" jawab ibu Safira sambil mengelus lengan Medina lembut.
"kamu tinggal dimana?" tanya Ibu Safira dengan maniknya yang terus menatap lekat gadis dihadapannya.
Tatapan penuh kelembutan terhadap Medina.
"heemm...saya tinggal dikosan sama temen Bu" jawab Medina sambil menyodorkan irisan apel ke tangan ibu Safira.
Ibu Safira mengernyit.
Manik Medina menangkap raut wajah yang meminta penjelasan disana. Seolah ingin mengungkap banyak pertanyaan untuk gadis yang sedang diajaknya bicara itu.
Medina tersenyum sendu.
"Medina baru 4 bulan tinggal di Jakarta ikut temen. Awalnya cuma mau pergi aja ninggalin kampung tanpa ada niat mau kerja karena Medina pikir mau kerja apa di jakarta apalagi kalo cuma lulusan SMP"
"orangtuamu masih ada? dimana mereka?" ibu Safira semakin penasaran identitas Medina.
Medina menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat kedua orangtuanya yang sudah tiada.
"Medina cuma punya pakde dan budhe, sama sepupu 2 orang" Ucap Dina mengulum senyum.
Ibu Safira terdiam. Sejurus kemudian ia merentangkan tangan sebelah kirinya yang tidak terdapat jarum infus untuk memeluk Medina. Cukup erat dan lama hingga Medina tidak menyadari Danu dan Daniel sudah kembali dari makan malam. Karena posisi Medina yang menghadap tembok saat memeluk ibu Safira.
"Assalamualaikum..." Ucap Daniel membuat Medina mengenjit kaget.
Ibu Safira segera melepas pelukannya, sementara Medina mengusap pipinya yang basah.
Medina melirik arloji yang menempel dilengannya dengan jarum jam yang sudah menunjukkan angka 9 malam.
"Bu...Medina pamit pulang dulu ya? Ibu harus banyak istirahat biar cepet pulih dan sehat" pamit Medina.
"Bolehkan...besok sepulang kerja Medina mampir lagi kesini??" tanya Medina ragu.
"tentu saja boleh...sayang" jawab ibu Safira cepat.
Medin tersenyum senang.
"terima kasih Bu"
"Daniel..tolong antar Medina pulang ya.." titah ibu Safira kepada anaknya.
"hah..???" Daniel sepertinya tidak mendengar titah mamanya karena sedari tadi sibuk menerima panggilan di ponselnya.
Melihat Daniel yang sepertinya sedang sibuk, Medina langsung menolak halus.
"tidak usah Bu..Medina sudah pesan ojek online kok. Nih sebentar lagi sampai abangnya"
Medina menunjukkan aplikasi ojol nya sambil tersenyum hingga nampak giginya yang putih dan rapih.
"tapi ini sudah malam nak. Ibu khawatir" Ibu Safira menatap Medina sendu.
"ga pa-pa Bu. Medina sudah biasa kok. insyaAllah aman" Jawab Medina meyakinkan.
Medina lalu meraih tangan kanan ibu Safira dan menciumnya. Sekali lagi mereka berpelukan erat. Tak lupa juga pamit dengan 2 pria tampan yang ada disana. Tidak...Hanya Danu. Sementara Daniel hanya melirik sekilas lalu melambaikan tangannya dan kembali sibuk dengan ponselnya. Karena siang tadi ia meninggalkan dapat penting, akhirnya ia disibukkan dengan panggilan telepon dari asisten dan sekretaris nya yang melaporkan hasil rapat
Medina melangkah berlalu keluar ruangan.
Danu yang sadar melihat raut wajah mamanya berubah menjadi sendu langsung mengambil inisiatif.
"Danu akan mengantarnya sampai lobby"
Ibu Safira mendongak dan menatap Danu dengan senyum yang mengembang.
Danu beranjak keluar kamar dan segera menyusul Medina yang ia yakini masih mengantri didepan lift.
"Medina.." panggil Danu
Mendengar namanya dipanggil, Medina refleks menengok ke arah sumber suara.
"Kak Danu...ada apa?" tanya Medina setelah Danu mendekat.
"aku antar sampai lobby ya.." jawab Danu.
Medina mengangguk pelan.
Ting!!
Pintu lift terbuka dan mereka sudah sampai di lobby Rumah Sakit.
"maaf tidak bisa mengantarmu pulang sampai ke kosan" ucap Danu menyesal.
"ehhh ga pa-pa kok kak..ga perlu seperti itu. Terimakasih sudah ijinin Medina menjenguk ibu dan menemaninya" ucap Medina dengan nada suara riang.
Danu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dompetnya dan memberikan kepada Medina.
"terimalah..untuk ongkos kamu naik ojol.."
"tidak perlu seperti itu kak...Medina masih punya uang kok. Maaf ya kak..Kalo kakak pikir semua bentuk bantuan harus diganti dengan uang, kakak salah. Memberi bantuan itu kewajiban kak..bukan lahan bisnis. Lagian tarif ojol nya murah kok. Medina lagi dapet diskon 50% nih" ucap Medina sambil terkekeh memperlihatkan ponselnya ke depan Danu.
Danu tersenyum kecil. Mengelus pucuk kepala Medina yang berbalut hijab panjang hingga ke dada.
"kami yang sangat berhutang Budi padamu. Tidak tahu kejadiannya akan seperti apa jika mama jatuh pingsan ditempat lain" ujar Danu menerawang.
"Kak Danu jangan punya pikiran suudzon gitu. Insya Allah dimana pun, jika kita orang baik Tuhan pasti akan mengelilingi kita dengan orang-orang baik juga" Ucap Medina.
Danu tidak menyangka bahwa gadis mungil dihadapannya punya pemikiran yang dewasa.
"tapi..tolong terima ini. Anggap saja ini pemberian seorang kakak kepada adiknya. Dan saya tidak suka kalo adik saya menolaknya" ucap Danu lagi dengan tangannya yang sudah menarik tangan Medina dan meletakkan uang itu diatas telapak tangan Medina
Medina tidak bisa menolaknya lagi. Karena Danu sudah bicara seperti itu. Akhirnya ia menerima dan menaruh uang itu dalam dompetnya.
"Terimakasih banyak kak.." Jawab Medina sambil tersenyum.
Setelah 5 menit menunggu..driver ojol yang dipesan Medina datang. Dengan cepat Medina menyambar helm yang disodorkan sang driver dan duduk diatas motor matic itu.
"udah siap mbak?" tanya Abang ojol
"udah bang..." jawab Medina mantap.
"daaagghhh...hati-hati ya" Danu melambai kan tangannya.
" iya kak... assalamualaikum" balas Medina melambaikan tangan.
"wa'alaikum salam"
Danu berbalik badan untuk kembali ke ruangan sang mama.
Setelah Danu berada diruangan. Daniel langsung menghampiri kakaknya.
"Apa Medina sudah pulang?" Tanya Daniel.
"sudah. Kenapa?" Danu bertanya balik.
Daniel menggeleng. Sebenarnya ia ingin mengantar Medina sekalian ia pulang.
"pulanglah...besok kamu harus bekerja kan? Biar malam ini aku yang jaga mama" Ucap Danu.
Daniel menoleh mamanya yang sudah terlelap tidur.
"baiklah..besok selesai meeting, Niel langsung balik kesini"
Danu mengangguk pelan.
##############
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Dania esem
senengnyaaa..punya anak laki2 yg berbakti pada ibunya..
anak laki emang harus gitu
2021-12-04
0
Dania esem
senengnyaaa..punya anak laki2 yg berbakti pada ibunya..
anak laki emang harus gitu
2021-12-04
0
Dania esem
senengnyaaa..punya anak laki2 yg berbakti pada ibunya..
anak laki emang harus gitu
2021-12-04
0