Setelah sekian jam ibu Safira terlelap dengan nyenyak, ia pun terbangun dengan wajah pucat yang sudah memudar.
Medina yang tengah membaca buku di sofa menoleh dan segera menghampiri ibu Safira.
Sementara Danu sedang pergi keluar untuk membeli sesuatu.
"ibu perlu sesuatu? Minum? makan? atau mau ke toilet?" Berondong Medina membuat ibu Safira tersenyum lebar.
"tidak usah nak...nanti siang saja sekalian wudhu" Ucap Ibu Safira lembut.
Medina mengangguk pelan. Dan tak pernah melupakan senyumnya yang khas.
Tak berselang lama..Danu masuk dengan menenteng 3 box makanan dan minuman.
"Med, kamu pasti lapar kan? Ini...makanlah selagi hangat" Danu menyodorkan bungkusan kotak didalam plastik dan langsung diterima Medina.
"makasih kak.."
Medina langsung membukanya. Ketika hampir menyantap, ia melirik Danu dan ibu Safira bergantian.
"Ibu dan kak Danu sudah sarapan?" tanya Medina malu-malu.
"Aku sudah makan roti" Jawab Danu
"Kalo mama masih menunggu jatah makan yang diberikan rumah sakit. Mungkin sebentar lagi" ucap Danu.
Dan benar saja...tidak lama terdengar suara pintu diketuk. Seorang petugas pengantar makanan pun datang.
"selamat pagi...Sarapan untuk Ibu Safira. Silahkan" Sapa petugas itu sembari meletakkan nampan di meja disamping ranjang.
"terimakasih mbak.." Ucap Danu.
"Ma...Danu nnti mau pulang dulu sebentar. Mama ga pa-pa kan Danu tinggal sama Medina?" Pamit Danu sambil memberi kode kepada ibunya.
"Med...kamu temani mama sebentar ya? Aku mau pulan dulu. Mau mandi udah lengket. Dari kemarin datang aku belum ganti baju" Ucap Danu dengan hidung yang mengendus-endus daerah sekitar ketiak.
"iya ka tenang aja...Medina akan jagain ibu. " Jawab Medina dengan kedua jempolnya terangkat ke atas.
Danu terkekeh.
Setelah mencium kening dan tangan mamanya Danu berjalan keluar ruangan. Sebenarnya meninggalkan mereka hanyalah modus Danu. Agar Medina lebih leluasa berbicara dengan mamanya. Perihal ia tertidur dilobby Rumah Sakit subuh tadi.
"sekarang ibu harus sarapan lalu minum obat ya?" ucap Medina dengan tangannya menarik nampan diatas nakas.
Ibu Safira hanya mengangguk pelan.
"Apa ibu sudah punya cucu?" kenapa selama disini, tidak ada yang menjenguk ibu?" tanya Medina sambil menyuapi ibu Safira.
"Ibu sengaja tidak memberi tahu keluarga ibu yang lain. Ibu tidak mau merepotkan mereka Ibu sudah punya cucu dari istrinya Danu. Dan Karena Minggu depan ada acara pernikahan adik iparnya Danu di Bandung. makanya menantu ibu tidak menjenguk ibu kesini. Tapi dia sudah menelepon ibu kemarin saat Danu baru datang" Jawab ibu menjelaskan.
"ooohh...Karena mau ada acara ya.. makanya ibu kemarin belanja banyak?" Tanya Medina polos.
Ibu Safira terkekeh kecil.
"Medina...." Panggil ibu Safira. Tangan Ibu Safira mengelus rambut Medina yang diikat seperti buntut kuda.
Medina masih memilah sayur dan lauk yang akan disuapkan ke mulut ibu Safira.
"iya Bu..." Medina menoleh..
"Apa kamu tidak mau cerita apapun sama ibu?" Tanya Ibu Safira hati-hati.
"Kata Danu...kamu tidur dilobby Rumah sakit dengan membawa tas pakaian dan juga mata yang sembab"
"Ohhh...ehhmm...sebenarnya tadi malam sepulang dari sini, Medina mergokin temen Medina lagi berbuaat mesum dikamar kosan kami. Temen Medina kesal dan marah karena dianggapnya Medina sudah mengganggu mereka. Lalu kami terlibat pertengkaran kecil dan Medina diusir dari sana. Setelah usaha menghubungi teman-teman satu kerjaan hasilnya tidak ada yang mau membantu dan tidak bisa mencari tempat kosan yang lain. Akhirnya Medina putuskan untuk datang ke rumah sakit dan Alhamdulillah diijinin masuk. Sama pak Satpam hanya boleh menunggu di lobby" Cerita Medina panjang lebar dengan mata berkaca-kaca.
"Medina hanya sedikit menasehatinya, kalo apa yang dilakukan nya itu dosa besar dan Allah sangat tidak suka. Tapi tetep temen Medina tidak terima dan tetap mengusir Medina malam itu juga. Padahal dia tahu...Medina tidak punya siapa-siapa selain dia yang Medina kenal di Jakarta"
Ibu Safira yang mendengarkan ikut meneteskan air mata. Merasa iba dengan nasib gadis dihadapannya.
Tangannya menjulur meraih pucuk kepala Medina.
"lalu apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Ibu Safira penasaran.
"Mungkin saya akan pulang ke kampung Bu" Jawab Medina pasrah.
Kini wajahnya tertunduk. Tidak ada pilihan lain selain kembali ke kampung. Meski ia tahu, kepulangannya lebih baik daripada ia harus hidup dijakarta. Medina sadar dengan hanya modal Ijazah SMP, ia tidak akan menjadi apa-apa diibukota selain menjadi ART. Tapi mau cari kemana? Bahkan dia tidak punya informasi tentang tempat penyedia jasa ART.
"Memangnya kamu sudah siap dinikahi anaknya pak Kades kalo kamu kembali?" Tanya ibu Safira.
Medina menggeleng cepat.
"Tapi Medina tidak punya pilihan lain Bu" Kini isaknya mulai terdengar ditelinga ibu Safira.
"Sudah jangan menangis" Ibu Safira mengangkat wajah Medina dengan kedua tangannya lalu mengusap air mata Medina yang jatuh deras mengguyur pipi Medina yang mulus dan putih.
"Kalo ibu mengajakmu pulang kerumah kamu mau??" Tawar ibu Safira dengan wajah sedikit tegang. Menyiapkan hati takut Medina menolak tawarannya.
"Apa boleh bu...?" tanya Medina ragu.
"Kamu bisa bekerja menjadi asisten pribadi ibu. Mengurus semua keperluan dan kebutuhan ibu. Bagaimana??" Ibu Safira menjelaskan.
Medina masih terdiam.
"Apa kak Danu dan Kak Daniel setuju kalo Medina bekerja ikut ibu?"
"Ibu akan bicara dengan mereka. Ibu Yakin mereka akan setuju. Toh ibu juga memang sedang butuh asisten untuk mengurus ibu yang penyakitan ini. Dan Ibu sudah cocok sama kamu" Jelas ibu Safitri yang dibalas senyum sumringah Medina.
"Kamu mau kan?" tanya Ibu Safira meyakinkan.
Medina mengangguk cepat.
"iya Bu..Medina mau. Terimakasih karena sudah membantu dan menerima Medina bekerja" ucap Medina seraya memeluk Ibu Safira.
Ibu Safira membalas hangat pelukan Medina. Begitu erat...
##########
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Lilis
madina gak berangkat kerja ya thor
2023-07-01
0
ria andriana
kayanya medina pk hijab, kok si ibu bisa ngelus rambutnya medina????
2020-07-24
2
Bundane Nisa Bakhtiar
semangat thor.... 💪💪💪💪💪💪💪💪
2020-07-23
0