Daniel masih menengok ke dalam toko berharap menemukan sosok gadis yang diceritakan ibunya.
Ya..Gadis itu berhijab. Sementara gadis yang saat ini sedang menegurnya tidak memakai hijab.
"emmhh...tadi siang ada ibu-ibu yang pingsan diToko ini. Saya mencari pegawai yang membantu dan membawa ibu saya ke rumah sakit" jawab Daniel dengan pandangan yang masih mencari ke dalam toko.
"ooohhh ibu-ibu tadi ya. Mas nya tunggu disini dulu ya. Sebentar...saya panggilkan teman saya" ucapnya kemudian berlalu ke dalam.
Setelah bertemu dengan gadis yang dimaksud Daniel, karyawan yang bernama Mirna itu langsung mencolek bahu Medina yang tengah merapihkan bahan-bahan yang berserak di lantai.
"Medina...Lo dicari sama cowok ganteng tuh didepan. Cepetan gih dia nungguin. Ganteng banget tau Med..."
"cowok?? siapa mbak?" tanya Medina heran.
"tadi sih dia nyebutin ibu-ibu yang pingsan disini"
Mendengar nama ibu yang pingsan, Medina langsung berlari ke depan toko.
"jangan-jangan...."
Pikirannya sesaat kalut dan panik, khawatir terjadi sesuatu yang menimpa ibu tadi.
Dengan nafas yang masih ngos-ngosan karena harus setengah berlari menuruni anak tangga yang lumayan banyak.
"keadaan ibu itu gimana, mas?? Beliau baik-baik saja kan?? Apa terjadi sesuatu dengannya??" Tanya Medinasih dengan nafas yang tersengal-sengal.
Daniel menatap Medina lekat.
"ternyata gadis ini sangat mengkhawatirkan mama" Bathin Daniel.
"kenapa dia malah bengong kayak celengan Bagong???" Medina
Daniel tersadar dari lamunannya setelah Medina melayangkan tangannya didepan wajah Daniel.
"halo kak..Mas..Abang...!!" Panggil Medina untuk membuyarkan lamunan Daniel.
"oh i-iya...maaf. Saya Daniel. Saya putra dari ibu-ibu yang pingsan disini tadi siang" Jawab Daniel mengklarifikasi.
"Bagaimana keadaan ibu??" Tanya Medina antusias.
"Mama saya sudah siuman, dan mama ingin bertemu kamu. Tapi...itu juga kalo kamu bersedia ikut saya ke Rumah sakit setelah pekerjaanmu selesai" ucap Daniel dengan tatapan memohon.
"Alhamdulillah syukurlah kalo ibu sudah siuman. Kebetulan sekali, sebenarnya sepulang kerja saya sudah berniat ingin menjenguk ibu di Rumah Sakit" Kilah Medina..
Hati Daniel berdesir hangat mendengar gadis dihadapannya dengan lembut memanggil mamanya dengan hanya sebutan "ibu" saja.
Seolah mereka sudah saling mengenal sejak lama.
Daniel benar-benar dibuat terkagum-kagum oleh sikap pribadi Medina.
Padahal baru kali pertama mereka bertemu.
"sepertinya dia gadis yang baik" Bathin Daniel
"apa pekerjaanmu sudah selesai??" tanya Daniel seraya menoleh jam tangan dilengannya.
"sedikit lagi sih kak..." jawab Medina sambil menoleh kedalam toko.
Takut-takut Bos nya datang dan memarahinya karena belum selesai dengan pekerjaannya.
"Ya sudah, saya akan tunggu disini" ucap Daniel menunjuk ke sebuah kursi plastik didepan toko.
"Ga pa-pa, kalo kakak nungguin saya?? Di Rumh sakit siapa yang menjaga ibu?" Medina mulai tidak merasa enak jika harus ditunggu.
"ga pa-pa. Di Rumah Sakit sudah ada kakak saya kok yang menjaga mama" Jawab Daniel setelah menerima pesan di ponselnya dari Kak Danu yang sudah berada di RS.
"baiklah saya selesaikan pekerjaan saya dulu ya..." ujar Medina singkat dan kembali berlari masuk ke dalam toko.
Dengan sigap dan cepat Medina menyelesaikan pekerjaannya. Selain karena tidak mau membuat seseorang didepan sana menunggu lama, tentu karena Medina sudah sangat ingin segera bertemu dengan perempuan yang ia panggil ibu".
Selama diperjalanan menuju Rumah sakit, Daniel dan Medina terlibat percakapan hangat tentang kronologis kejadian di toko. Daniel mengajukan pertanyaan demi pertanyaan yang menyangkut mamanya saat kejadian terjadi.
Daniel masih tidak habis pikir, mengapa mamanya pergi sendirian ke Mall dan sama sekali tidak diantar supir dan ditemani ART dirumahnya.
Daniel bersyukur karena mamanya masih dikelilingi orang-orang baik. Termasuk gadis ini.
"Memang nya ibu sakit apa kak?" Tanya Medina pelan.
Daniel menoleh.
"mama punya riwayat sakit jantung. Seharusnya mama harus menjalani operasi Bypass, tetapi mama ga mau" Jelas Daniel dengan wajah sedikit sendu.
Medina hanya mengangguk pelan.
Setelah Daniel memarkirkan mobilnya, Daniel dan Medina langsung berjalan menuju ruang rawat kamar 220 di lantai 4 gedung rumah sakit.
Setelah sampai didepan pintu ruangan, Medina seolah ragu untuk ikut masuk. Perasaannya tidak karuan. Entah apa yang akan dilakukannya nanti didalam setelah bertemu ibu. Cium tangankah?? memeluknya kah??
Bugghhh!!!!
Medina kejedot pintu yang tidak sengaja ditutup Daniel.
"aawwwww" Medina meringis menahan sakit.
"Hei...kamu ga pa-pa?? Maaf..saya pikir kamu sudah masuk" Tanya Daniel sambil mengusapkan telapak tangannya dikening Medina.
Menyadari perbuatannya dilihat mama dan kakaknya, Daniel menarik tangannya dan mempersilahkan Medina masuk. Suasana canggung menyelemuti dua anak manusia yang belum saling mengenal itu.
"masuklah" ajak Daniel sambil menutup pintu.
"terimakasih". ucap Medina sambil menunduk.
Setelah merasa sudah didalam ruangan, Medina mendongakkan kepalanya lalu menatap sosok yang sedari tadi siang sangat ia khawatirkan.
"Assalamualaikum ibuuu..." Medina menghambur mendekat ke sisi ranjang dengan senyuman..
Menyalami, mencium dan memeluk erat ibu.
Deg!!
Perasaan hangat dan nyaman menyelimuti hati Medina.
"yaa Allah...pelukan seorang ibu akan tetap sama sehangat dan selembut ini " bathin Medina.
Lama mereka berpelukan erat. Medina merasakan pelukan seseorang yang tidak asing. Pelukan yang sama rasanya dengan pelukan mendiang ibunya.
Tentu saja hal ini menarik perhatian Daniel dan Danu yang berada tidak jauh dari mereka.
Manik Danu saling beradu dengan manik Daniel. Seolah meminta jawaban atas apa yang sedang dilihatnya barusan.
Daniel hanya mengedikkan bahu dan tersenyum tipis.
"apa ibu sudah lebih baik??? tanya Medina melepaskan pelukan.
"Alhamdulillah ibu sudah lebih baik. apalagi kamu sudah ada disini, kondisi ibu makin lebih sehat lagi" ucap Ibu dengan senyumnya yang khas. Tangan lembutnya meraih ujung kepala Medina dan mengelusnya.
"Maaf ya Bu...tadi Medina tinggalin ibu ga pamit. Karena Medina harus kembali ke toko dan bekerja" Medina menyesali tindakan nya yang pergi tanpa pamit.
Daniel menoleh dan menatap Medina.
"Maaf ya..Saking paniknya aku malah ga sadar. Aku baru tau tadi dari suster yang memeriksa mama kalo tadi kamu nungguin mama sampe aku datang" Ucap Daniel menyesal.
Medina menoleh dan mengangguk.
"Ibu mau berterima kasih atas bantuan kamu karena sudah membawa ibu Ke rumah Sakit" Ibu mengelus punggung tangan Medina dengan lembut.
"ibu tidak perlu sungkan seperti ini, saya senang kok jika bisa membantu" ucap Medina sambil tersenyum manis.
Mereka kembali berpelukan hangat hingga membuat 2 laki-laki tampan didalam ruangan itu kembali saling beradu pandang dan tersenyum kemudian.
Bersambung
##############
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments