Setelah menempuh perjalanan 3 jam lebih, Danu dan Daniel telah sampai dikediaman orangtua Rani, istri Danu.
"Assalamualaikum sayang..." sapa Danu ketika sudah didepan teras. Disambut Rani dengan senyum lebar.
Rani langsung menghambur memeluk Danu.
"Wa'alaikum salam sayang"
Mereka berpelukan erat melepas rindu setelah satu Minggu tidak bertemu. Danu mencium kening Rani dengan lembut.
"Ya ampun...baru juga seminggu ga ketemu. Udah kayak setahun ga ketemu" celetuk Daniel setelah memarkirkan mobilnya dan menghampiri kakaknya dan kakak iparnya yang sedang berpelukan mesra.
Rani tergelak keras. Sementar Danu menatapnya dengan tajam.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Sementara Daniel sedang sibuk menerima panggilan asistennya di ponselnya.
"Halo..."
"..........."
"Baiklah...tunggu aku disana. 1 jam lagi aku datang"
"........."
Daniel menutup ponselnya. dan bergegas menyusul kakaknya masuk ke dalam rumah yang nampak ramai. Ya...Lusa adik Rani melangsungkan pernikahannya. Sehingga Malam ini keluarga besarnya berkumpul.
Setelah menyapa keluarga besar Rani mereka mengambil tempat di teras belakang dekat kolam renang.
Rani menyuguhkan makanan dan minuman untuk suami dan adik iparnya.
"Syifa dimana?" Danu menanyakan putri pertamanya yang berusia 4 tahun..
"Syifa tidur...kecapean habis main sama
sepepu-sepupunya" Jawab Rani.
"Aku kangen banget sama Syifa" Ucap Danu gemas.
"Bagaimana kabar mama Safira? Daniel ikut bersama kamu, lalu siapa yang menjaga mama?" Tanya Rani heran.
"Mama jauh lebih sehat dari perkiraan ku. Kamu tidak akan percaya ini. Mama menemukan seorang gadis yang bisa menjaganya dengan baik" Jawab Danu dengan alis terangkat.
"oya??" Rani terkejut.
"siapa dia?" tanya Rani antusias.
"nanti kamu juga bakal ketemu sama dia " jawab Danu mencubit hidung Rani.
"Dimana mama dan papamu? Calon pengantin juga tidak terlihat?" Danu melihat sekeliling .
"Mama sama Papa sudah dikamar. Aku harus bertindak tegas supaya mereka bisa istirahat dan menjaga kondisi kesehatan mereka hingga hari H tiba" Ucap Rani. Mimik wajahnya sudah berubah kesal.
"Kalo Reno, jangan ditanya deh. Dia masih lembur ngerjain beberpa pekerjaan katanya biar bisa ambil cuti agak lama untuk bisa Honeymoon" Ucap Rani dengan tawa kecil.
Rani menyenderkan Kepalanya dipundak Danu.
"Daniel...kau butuh sesuatu?" Tanya Danu..
"nothing...aku langsung pamit ke hotel ya kak. Arif sudah cek in hotel dan dia lagi nunggu aku" Jawab Daniel melirik jam tangannya.
"kak Rani...sampaikan salamku untuk calon penganten, juga om dan Tante ya. Sampai ketemu dipesta" Daniel melambaikan tangan.
"Daniel...jangan lupa kabari mama" teriak Danu.
Daniel mengangkat kedua jempol tangannya ke atas. Dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
Mobil Doniel melaju ke hotel. Asisten plus sekretaris nya sudah lebih dulu datang dan memesan hotel untuk bosnya menginap selama diBandung.
"Bos...." Arif melambaikan tangannya ketika Daniel masuk ke lobby hotel.
"aku Langsung ke kamar..aku gerah mau mandi dulu"
"baik bos..."
Mereka beranjak masuk ke dalam lift dan menekan tombol 6.
"Aku akan makan malam dikamar. Pesankan sesuatu untukku dan antarkan segera" Perintah Daniel.
"Siap bos"
Arif membukakan pintu kamar hotel untuk bosnya dan meletakkan koper dekat tempat tidur. Setelah bos nya masuk..Arif meninggalkan nya dan melaksanakan perintah bos nya.
Setelah membersihkan diri dan menunaikan sholat Maghrib jamak Ta'khir Isya...Daniel yg sudah terlihat segar dengan celana bahan selutut dan kaos oblong ketat meraih ponselnya diatas meja.
Daniel mengambil ponsel diatas nakas untuk menghubungi mamanya.
Setelah beberapa kali gagal menghubungi ponsel sang mama. Akhirnya Daniel berinisiatif menelepon ke rumah.
"Halo Assalamualaikum..." Suara lembut menyapa diseberang telepon.
Daniel masih belum menjawab. Dia malah tersenyum menikmati suara lembut yang mulai samar-samar ia rindukan.
"Halo....siapa disana?"
"halo..." Sapa Daniel terbata.
Kini giliran Medina mamatung mendengar suara seseorang diseberang telepon. Ia mengenal suara berat itu.
"Ka Daniel...apa kalian sudah sampai?" Tanya Medina mencoba menetralisir gejolak hatinya.
"hemm"
"Alhamdulillah. Syukurlah. Sejak tadi aku menunggu telepon dari kalian" ucap Medina lega.
"Kamu menunggu teleponku?" Goda Daniel.
Wajah Medina memerah.
"emm..itu...ibu tadi sangat khawatir karena kalian belum memberi kabar"
"ibu sudah tidur, kakak bisa menelpon besok pagi untuk bicara dengan ibu" Medina ingin segera menyudahi sambungan telepon nya dengan Daniel. karena degup jantungnya semakin tidak bisa ia kuasai.
"ahhh..baiklah"
Tut..Tut..Tut..
Daniel langsung menutup telponnya dengan kesal. Ia melemlar ponselnya ke atas ranjang.
Medina bisa bernafas lega meski ia sedikit bingung.
"kenapa dia langsung menutupnya tanpa mengucap apa-apa"
"huffttt!"
Daniel membuang nafasnya dengan kasar.
"apa yang kulakukan? kenapa aku kesal begini?" Gumam Daniel pelan.
Daniel merebahkan badannya ke ranjang. Maniknya Menatap langit-langit kamar hotel tanpa berkedip.
Seketika ia mengingat pembicaraannya dengan sang kakak tadi pagi.
"aku tidak bisa membuka hubungan baru, sebelum hubunganku dengan Farah benar-benar clear" Gumam Daniel dalam hati.
Ya. Pagi ini Danu mengingatkannya akan hubungannya dengan Farah Quinn. Gadis berusia 26 tahun yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan S3 nya di New Zealand.
Bukan tanpa alasan, jika Danu selalu mewanti-wanti dirinya. Sebab hubungan Daniel dengan Farah lah yang menjadi sebab utama Kondisi mamanya saat ini.
Dulu, saat Daniel menjalin hubungan dengan Farah, Mama Safira sangat berharap hubungan anaknya dengan Farah akan berjalan dengan baik dan berakhir di pelaminan.
Bahkan mama Safira sangat mendukung Daniel ketika Daniel akan melamar Farah.
Namun tidak untuk Farah. Ia menolak lamaran Daniel dan memilih melanjutkan pendidikan S3 nya meski sudah menjalani hubungan dengan Daniel selama 4 tahun.
Sejak saat itu, mama Safira yang dengan harapan penuh harus menelan kekecewaan mendalam karena keputusan Farah. Sementara Daniel langsung memutuskan kontaknya dengan Farah. Tanpa ada kejelasan bagaimana akhir dari hubungan mereka.
"kakak benar, aku harus memperjelas hubungan kami seperti apa. Itu akan lebih baik untuk masa depanku. Tapi entah mengapa aku enggan membahas ini. Bagiku hubunganku dengan Farah sudah berakhir" Gumam Daniel lirih.
Daniel mengentikan lamunannya ketika Arif masuk ke dalam kamar dengan pelayan yang membawa makanan pesanannya.
Mereka makan bersama dan menyiapkan beberapa berkas untuk pertemuannya dengan klien besok pagi.
Daniel menyandarkan kepalanya disofa.
"Bos butuh sesuatu?" Arif yang sedang membereskan berkas dimeja menoleh Bosnya.
"tidak usah formal begitu, Rif. Kita tidak sedang dikantor" Ucap Daniel dengan wajah kesal.
Arif tersenyum. Lalu ia duduk disamping sahabatnya.
"bagaimana keadaan Tante?" Tanya Arif lagi.
"mama...melupakanku" Jawab Daniel sekenanya.
Arif mengernyit bingung.
"whatt???? maksud Lo?"
Daniel tersenyum,
"Biasanya mama selalu menunggu teleponku kan kalo aku keluar kota. Bahkan sampai mama ga tidur hanya untuk mendengarkan suaraku"
"lalu..???" Arif masih bingung dengan ucapan Daniel.
"Mama tidak sekhawatir dulu sama gw, Entah mengapa gw merasa mama sangat menyayanginya darpada gw. Tapi gw tidak cemburu sekalipun. Gw justru sangat senang, karena itu membuat mama bahagia. Sejak ada gadis itu, mama sedikit melupakan kekecewaannya atas hubungan gw dengan Farah"
Aris yang sedari tadi mencoba menelaah ucapan Daniel hanya geleng-geleng kepala tanda nyerah.
"Gadis siapa? Kalo cerita tuh ada awalan dan akhiran dong. Jadi gw paham" celetuk Arif Pasrah.
Daniel masih tidak bergeming dari posisinya. Hingga ia terlelap disofa dengan senyum yang masih berada di bibirnya.
"sepertinya bukan nyokap lo yang sudah lupa dengan rasanya kecewa, Tapi Lo sendiri yang sebenarnya sudah mulai menepis kekecewaan dihati Lo" Gumam Arif pelan sambil menyelimuti Daniel.
Arif ikut bahagia melihat sahabatnya mulai move on.
"Lo berhak bahagia, Sob" Ucap Arif lagi.
##$###############
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments