"Adit ...!!!" Terdengar suara cewek memanggil Adit dari belakang.
Dita merasa tak nyaman, melihat seorang wanita dewasa mengampiri mereka.
"Hei Anisa, bagaimana kabarmu?" ujar Adit seraya cipika cipiki.
"Baik Dit, kamu sendiri gimana? kapan nih nikah?" Anisa tampak tersenyum, membuat Dita semakin tak nyaman.
"Aku baik, jangan ngomongin nikah lah, belum ada yang mau sama aku." Adit terkekeh, sekilas melirik ekspresi Dita yang cemberut.
"Aku aja dah mau punya baby, kamu kapan nyusul?" Anita tersenyum menggoda.
"Wah selamat ya," ujar Adit.
"Makanya cobalah buka hatimu, pasti bakal nemu yang cocok." Nisa memberi nasehat, melirik Dita yang duduk di depan Adit.
"iya Nis, makasih nasehatnya."
Bisa dibayangkan bagaimana suasana hati Dita, pengen rasanya ngejambak tuh cewek yang sudah menganggu keasyikannya dengan Om Adit, terlebih mereka ngobrol asyik sekali mengenang masa lalu, sepertinya, Dita tidak asing dengan wanita ini, dia adalah Anisa mantan pacar Adit yang saat kencan marah-marah karena Dita yang merengek tidak jelas saat ikut mereka kencan.
"Sama siapa Nis?"tanya Adit.
"Janjian sama temen, lagi otw, kalo kamu bareng siapa?"tanya Anisa balik.
Anisa melempar pandangannya melihat Dita yang sedang asyik main hp dan cuek di depan Adit.
"Kamu ... Dita anak om Hendarto kan?" tanya Nisa sambil mengingat sesuatu, entah apa yang ada di pikiran wanita itu.
Yang disebut hanya masa bodoh dan cuek. "Kok tau namaku."
Adit merasa tidak enak dengan penuturan Dita yang terkesan cuek.
"Iya ini Dita, sekarang dia sudah SMA kelas XI" Adit mencoba menjelaskan pada Annisa yang sepertinya sudah mulai ingat kejadian tempo dulu.
"Gak nyangka lho sekarang udah gede cantik pula, ini yang dulu suka ngintilin kita pacaran itu kan, yang pernah tertidur saat kita nonton di bioskop, terus pulang- pulang nangis karena pop cornnya ketinggalan." Nisa mulai mengenang masa masa saat berpacaran dengan Adit saat 10 tahun lalu di mana hampir setiap saat mereka kencan Dita pasti ikut, karena kalau tidak diajak anak itu pasti menangis. Pada saat itu Dita masih berusia 6 tahun.
Dita hanya meringis, tidak enak mendengar penuturan Nisa, sempat nghak percaya dan nggak ingat sama sekali.Ternyata dari kecil dia sudah menyusahkan Adit karna tingkahnya.
"Kamu masih ingat aja Nis," ujar Adit sambil menahan tawa karna melihat ekspresi Dita yang malu.
"Ya ingatlah Dit, itu nhgak bakal terlupakan, setiap kita kencan pasti diikutin, kalau nggak diajak oasti nagis kejer di tengah jalan."
Adit makin gak kuat menahan tawanya. Kali ini wajah Dita semakin merah padam.
"Iya maaf tante, waktu itu Dita masih kecil, Papa sering ninggalin aku di rumah, semua sibuk dengan urusan masing-masing, aku nggak ada temannya," ujar Dita yang merasa tidak enak dipojokin. Apalagi melihat ekspresi Nisa yang entah diartikan seperti orang marah dan kecewa.
"iya gak apa apa Dita,itu kan cuma cerita masa lalu sekarang tante juga sudah punya suami dan mau punya baby"
"iya tante makasih ya udah maafin dita karna dulu dita nakal sekali"
"udah santai aja,oh ya dit,aku duluan ya,temen aku udah datang" Nisa berpamitan dan berlalu meninggalkan Adit dan Dita menuju meja temannya.
Adit masih terpingkal pingkal setelah kepergian nisa.
"Om jahat ih....malah ketawa seneng ya Dita dipojokin kaya tadi" dita memukul lengan adit sebal melihat Adit yang masih cekikikan.
" Habisnya lucu juga kalau . ingat ingat jaman pacaran sama Nisa ,kamu nempelin terus kayak udah pantes jadi anakku dan Nisa,bahkan si Nisa sampe minta putus gara gara anak kecil kaya kamu."ujar Adit masih menahan tawa.
"seriusan om,kalian putus gara gara aku om,aku jadi gak enak"Dita terbelalak kaget mendengar penuturan adit tentang penyebab putusnya dengan Nisa.
"udahlah.....itu hanya masa lalu,tandanya Nisa bukan jodoh om,jujur sih dulu om sering berantem ama Nisa karna kamu suka ngintilin om,bahkan terang terangan Nisa mengatakan kalau minta putus kalau om masih saja ngajak kamu disaat kita kencan"Adit kembali mengingat ingat kejadian dulu saat Nisa minta putus.
"lha kok om malah lebih milih Dita yang jelas-jelas suka ngerecokin om dari kecil." Dita merasa tidak enak karena ulahnya dulu membuat hubungan Adit dan Nisa putus.
"Om hanya ingin pendamping yang bisa ngertiin Om. Tante Anisa terlalu berlebihan, mungkin dia memang bukan jodoh om, karena Om menyanyangi kamu sudah seperti keluarga sendiri." Adit menoel hidung Dita dengan tatapan menggoda..
Seketika Dita tertegun mendengar penuturan Adit. Pikirannya melayang jauh di langit. Tersenyum mendengar perkataan Adit merasa penuh kemenangan karna Adit lebih memilih Dita kecil ketimbang Nisa yang saat itu menjadi pacarnya.
"Dit, Dita ... ." Adit membuyarkan lamunan Dita
"Eh iya om maaf "dita sedikit terkejut.
"Pulang yuk dah sore" adit menggandeng tangan dita turun kebawah dan menuju parkiran, sesekali mereka bercanda, terasa bahagia hari ini . Tak peduli banyak pasang mata yang memandang aneh.
Ingin rasanya waktu tak cepat berlalu, Dita masih merindukan kebersamaannya dengan om Adit yang hampir satu bulan tidak bertemu. Adit terlalu sibuk mengurus proyeknya di Bandung.
Mereka pun telah tibha di rumah Dita, mengajak Adit untuk singgah di rumahnya, mereka disambut Bik Inah yang sudah menyiapkan makan malam.
Adit pun merebahkan tubuhnya di tuang tengah, ia menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk berwarna coklat. Tubuh lelahnya terasa sedikit berkurang, tenaganya yang terforsir beberapa hari membuatnya kepayahan.
"Om, Dita ganti baju dulu, duduk dulu aja, nanti biar bibik buakan minum." Dita menaiki tangga, menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.
"Baiklah aku ingin bersantai sejenak di sini ,badanku terasa capek semua."
Selang beberapa menit Dita sudah kembali dengan pakaian rumahnya, terlihat imut dan makin cantik dengan mengenakan piyama panjang bercorak hello kitty dengan rambut panjangnya yang tergerai. Rambutnya yang berwarna hitam pekat membuat kulit putihnya terlihat jelas.
"Om, besok Dita diantar sekolah lagi ya?" bujuk Dita yang menjatuhkan tubuhnya di samping Adit.
"Hmm ... sebenarnya besok Om ada urusan ke Bandung sih, tapi Om usahakan buat antar, tapi Om nggak bisa jemput ya, soalnya harus balik ke Bandung lagi." Adit menyetujui permintaan Dita, tidak ingin membuat gadis ABG di depannya kecewa.
"Asik ... makasih ya, Om. Om Adit memang paling the best." Dita mengacungkan kedua jempolnya, senyumnya terbit dan membuat lesung pipitnya terlihat jelas.
Mereka pun menuju ruang makan dan makan malam bersama. Bik Inah telah menyiapkan semua menu masakan kesukaan Dita. Karena merasa tidak enak akhirnya Adit menyetujui tawaran makan malam Dita.
Masakan Bik Inah terbilang cocok di lidah Adit, membuat Adit betah berlama-lama di sana dan sering menghabiskan waktu makan siang dan makan malam bersama Dita dan Pak Hendarto.
Mereka segera menyelesaikan acara makan malam, sudah waktunya Adit pulang. Bukannya selesai mereka masih saja bercanda di sela-sela makan malam, membuat waktu berlalu begitu cepat.
"Makasih, ya, Om, udah buat Dita senang hari ini," ucap Dita saat mengantar Adit ke depan.
"Sama-sama Dita, Melihatmu senang, Om juga ikut senang gadis kecilku." Tersenyum ke arah Dita dan mengacak pucuk rambutnya.
"Hati-hati di jalan ya...." Melambaikan tangan, Dita melepas kepergian Adit.
wow kayake ada yang deg deg ser nih....
bagaimana kisah dita dan adit ?
ngapain ya om adit ke bandung?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Priska Anita
Lanjut 💜
2020-07-31
0
EL
aku sudah mampir
2020-06-12
0
💞🌜Dewi Kirana
next thor
2020-05-18
0