Jasad Arman dibawa pulang, suaminya meninggal akibat terkena serangan jantung. Bekerja selama sebulan tanpa istirahat, bahkan tidur pun hanya 3 sampai 5 jam sehari, serta beban fikiran yang ditanggungnya seorang diri. Mungkin itulah penyebabnya...
Ayu menitikkan air matanya, menatap wajah tenang suaminya untuk terakhir kalinya. Wajah pria yang senang bergurau, wajah pria pemalu itu, kini terlihat tenang bagaikan tertidur, lelah akan segalanya.
"Kami mencintaimu..." ucapnya pada anak dalam kandungannya. Tiba-tiba perutnya terasa sakit, seharusnya tanggal persalinan 15 hari lagi. Entah apa yang terjadi, namun sakit tidak tertahankan, benar-benar terasa.
Pelayat yang panik membawanya ke rumah sakit, termasuk seorang pria paruh baya yang tidak dikenalnya.
Rasa sakit menjalar di bagian bawah perutnya, apapun tidak dipedulikannya saat ini. Hanya menahan rasa sakit, hingga beberapa jam berlalu. Putra kecilnya terlahir di dunia ini, dengan bantuan seorang bidan yang tinggal di dekat rumahnya...
Bayi mungil yang begitu dikasihinya, rupa yang mirip dengan almarhum suaminya. "Kenzo, jadilah anak yang penyayang seperti ayahmu. Cintailah keluargamu, jangan terlalu pemilih jika menemukan orang yang kamu cintai nantinya, tidak ada manusia yang sempurna..." ucapnya kala bayi mungil itu diletakkan disampingnya.
Kata-kata konyol dari seorang ibu pada bayi mungil yang baru dilahirkannya bukan? Namun tidak akan terasa konyol lagi kala tangan itu melemas, pendarahan hebat pasca melahirkan terjadi, tidak dapat dihentikan sang bidan.
"Bantu saya bawa ke rumah sakit!!" ucap bidan pada asistennya, serata beberapa orang yang berada di luar. Orang-orang yang mengantar Ayu ke tempat persalinan tersebut...
Mobil milik Suki yang dipergunakan, satu-satunya orang yang memiliki mobil di pemukiman kalangan menengah ke bawah. Wajah itu semakin pucat saja, pendarahan tidak kunjung terhenti.
Maafkan ibu, ibu merindukan ayahmu yang bodoh... Tubuh ibu tidak sanggup bertahan lagi... Ketahuilah, kami mencintaimu...
Tubuh itu dibawa ke IGD rumah sakit, mendapatkan penanganan. Sebelum pada akhirnya satu jam kemudian, menghembuskan napas terakhirnya. Menyusul suami yang mencintainya...
***
"Tuan?" supir Suki, menatap tangan pria itu gemetaran. Berlutut di hadapan makam suami istri yang berdampingan.
"Ini kesalahanku..." gumamannya, setelah mengetahui dari tetangga Arman yang berbisik-bisik membicarakan kehidupan pasangan suami-istri itu, ketika pemakaman Ayu.
Menjadi kuli bangunan setelah dipecat, bekerja siang dan malam hanya karena tuduhan tidak berdasar. Benar, dirinyalah yang membunuh Arman sang kepala keluarga.
Rasa bersalah menghujam dalam diri Suki, "Dimana putra mereka?" tanyanya.
"Masih dititipkan pada bidan..." sang supir menjawab.
"Aku akan merawatnya, selayaknya cucuku sendiri. Maafkan aku..." janji omong kosong yang diucapkan, hanya karena rasa bersalah kala itu.
"Pendidikan, kehidupannya, aku akan menjaminnya. Hingga dia menikah dan dapat hidup mandiri nantinya, menggantikan peran kalian..."
***
Merawat dengan baik? Memang, pengasuh yang digaji Suki merawatnya dengan baik. Suki merupakan pemilik Bold Company memiliki tiga orang anak laki-laki yang telah berkeluarga. Adrian yang tinggal terpisah dengannya. Serta Agra dan Leon yang tinggal di tempat yang sama dengannya.
Agra memiliki istri bernama Nila, serta seorang putri bernama Mona. Sedangkan Leon memiliki seorang putra bernama Gilang dan seorang istri bernama Harnum.
Bayi mungil yang diadopsi Suki didekap oleh seorang pengasuh bernama Kinan. Seorang gadis yang benar-benar mencintai bayi mungil bernama Kenzo.
Bagaikan ibu kandung, bahkan panggilan mama tersemat padanya dari mulut mungil Kenzo. Kata-kata pertama yang diucapkan ketika berusia 7 bulan pada sang pengasuh.
Mengajari anak itu berjalan, berbicara, bahkan Kenzo termasuk cukup cerdas untuk anak seusianya. Tidak ada yang memperlakukan anak itu layaknya keluarga disana, termasuk Suki, seorang kakek yang membawanya masuk ke dalam kediaman besar bagaikan kastil bangsawan Eropa tersebut.
Hanya sang pengasuh yang menyayanginya dengan tulus. Namun, itu tidak bertahan lama, seorang gadis yang menemukan belahan jiwanya, tempat bersandar. Benar, Kinan pada harus menikah.
Dirinya masih bekerja di rumah besar tersebut dalam keadaan hamil tua. Sembari menanti pembangunan rumah yang masih belum rampung di kota lain oleh suaminya Fero, yang sesekali datang menemuinya.
"Mama," Kenzo kecil yang saat itu berusia lima tahun, memeluk erat tubuh Kinan.
"Dia perempuan atau laki-laki?" tanyanya penasaran, mengelus perut yang telah membuncit tersebut. Menunggu dengan sabar kedatangan Kinan dari rumah sakit tempatnya memeriksakan kandungan.
"Perempuan, kenapa bocah sepertimu banyak bertanya...?" ucapnya mengacak-acak rambut Kenzo.
"Aku yang akan memberikannya nama," Kenzo tersenyum, bahkan mencium perut yang membuncit tersebut.
Satu tendangan terasa dari dalam perutnya, Kinan mengenyitkan keningnya, "Dia tidak menyukaimu..." ucapnya menahan tawa.
"Mama!!" bentak Kenzo kesal.
***
Anak yang diadopsi pemilik rumah, dengan pengasuhnya, hubungan yang benar-benar dekat bagaikan ibu dan anak. Bahkan Kenzo kerap menginap di kamar kecil yang dimiliki sang pengasuh.
Anak yang seharusnya diasuhnya itu berjalan cepat, membawa susu ibu hamil. Mengetuk pintu kamar pelayan yang ditempati Kinan.
"Mama, aku membawakan susu untuknya," ucap Kenzo masih memakai piamanya.
"Kamu ingin tidur disini?" tanya Kinan memandang heran, pada anak yang memiliki kamar cukup luas itu.
Kenzo mengangguk, kembali mendekat memasuki kamar Kinan,"Mama, kapan dia lahir?"
"Dua bulan lagi," ucapnya meminum susu ibu hamil, menatap anak yang diasuhnya dari bayi mulai berbaring.
"Mama, apa mama akan pergi setelah dia lahir?" tanyanya menatap ke arah langit-langit kamar.
"Iya, sudah jangan difikirkan, ayo tidur..." Kinan berbaring perlahan disamping Kenzo, mengelus pelan rambutnya.
"Amel Anggraini, bagaimana jika namanya nanti Amel Anggraini? Amel adalah nama pemberianku, Anggraini karena mama menyukai bunga anggrek..." Kenzo tersenyum menyentuh perut itu tiada hentinya.
"Anak nakal!! Aku juga harus berdiskusi dengan Fero," Kinan mencubit pipi Kenzo gemas.
"Sakit!!" bentaknya, mengusap-usap pipinya. Sejenak anak berusia lima tahun itu tertunduk, air matanya mengalir.
"Mama, aku tidak memiliki siapapun disini, bisa mama tetap tinggal denganku?" tanyanya memelas.
Kinan menghela napas kasar, mengelus pelan pucuk kepala anak yang sudah bagaikan putranya,"Tidak bisa, maaf..."
"Mama..." Kenzo memeluknya, wajahnya berada tepat di hadapan perut Kinan.
"Jika mama pergi, bisa tinggalkan dia untukku? Setidaknya dia bisa menjadi keluargaku," pintanya lagi, meminta bayi dalam kandungan pengasuhnya. Permintaan yang konyol bukan? Namun, Kenzo memang tidak memiliki siapapun di kediaman tersebut.
Kinan berusaha tersenyum, menghela napas kasar,"Anak mama, dia masih terlalu kecil. Bagaimana kamu dapat menjaganya.. "
"Jika sudah besar nanti apa boleh aku membawanya bersamaku?" tanya Kenzo antusias.
"Boleh, tapi Amel-ku cuma bisa dibawa oleh orang kaya. Kalau kamu kaya, mama akan pertimbangkan..." ucapnya, menghapus air mata Kenzo.
"Amel? Jadi mama setuju namanya Amel Anggraini?" Kenzo kembali bertanya antusias, memeluk perut buncit itu, menciumnya beberapa kali. Walaupun bayi mungil di dalamnya terasa bergerak menendang.
"Aku Kenzo, jika aku kaya nanti, mamaku sudah berjanji akan menyerahkanmu padaku," ucapnya tersenyum, memegang perut Kinan dengan jemari tangan kecilnya. Perlahan memejamkan matanya tertidur, dalam senyuman.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Sapilah Saputri
gimana cerita'y si Mona sm si Gilang sepupu tapi kaya orang asing ketemu dan Gilang suka 🤔 ini Mona dan Gilang yg sama kan
2024-09-20
0
@shiha putri inayyah 3107
ternyata mama nya Amel pengasuh nya Kenzo
2024-09-12
0
@shiha putri inayyah 3107
ternyata Kenzo putra nya pak Arman sama bu ayu.
2024-09-12
0