Klenteng...
Uang dimasukkannya lagi dalam kaleng biskuit bekas, tubuhnya semakin kurus, kulitnya kusam akibat teriknya cahaya matahari.
Jemari tangan putih melingkar memeluknya dari belakang,"Arman, jangan terlalu sering lembur," ucap istrinya, menyenderkan kepalanya pada punggung suaminya.
Pemuda itu berusaha tersenyum, dengan mata berkaca-kaca, menahan tangisnya,"Kebetulan stok barang..." kata-katanya disela.
"Aku tau, tapi kamu juga harus ingat tidur," Ayu menghela napas kasar mencemaskan kesehatan suaminya, yang berangkat kerja sebelum matahari terbit, pulang tengah malam.
Pemuda itu membalikkan tubuhnya, menatap lekat ke arah istrinya."Aku akan berusaha untuk kalian..." ucapnya mengelus perut istrinya.
Namun dimatanya terlihat guratan kesedihan, sudah tiga minggu. Uang yang dikumpulkannya juga belum cukup, bahkan jauh dari cukup. Untuk mengganti rugi berrol-rol kain yang menghilang.
Apa aku bisa, melihat kelahiran anak kita? Maaf... kata-kata yang tertahan di bibir putih pucat itu. Menatap istri yang masih setia menemaninya, walau menjalani hidup yang sulit.
Matanya menelisik, mengamati cincin pernikahan mereka yang tidak lagi melekat di jari manis istrinya. "Dimana cincin pernikahan...?" kata-katanya terhenti.
"Maaf..." Ayu tertunduk,"Uang belanja sudah habis, aku..."
Arman melepaskan cincin emas yang melingkar di jari manisnya."Pakai ini untuk tambahannya, maaf uang bulanan, belum..."
Ayu, menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa, kamu pasti ada masalah di gudang,"
Wanita itu meraih cincin pernikahan suaminya, memeluknya erat, air mata Ayu menetes, entah kenapa dirinya bagaikan mengerti kesulitan yang dihadapi suaminya. Namun, enggan untuk menanyakannya.
***
Hingga hari itu tiba...
Arman kembali datang ke area pabrik, memarkirkan sepedanya dengan wajah pucat. Membawa uang yang sudah dihitungnya. Benar, jumlahnya masih kurang setengah, dari total kerugian batang yang hilang.
Suki saat itu berada disana, memantau salah satu gudangnya.
"Tuan..." ucap Arman tertunduk, menatap pria ber-jas di hadapannya. Matanya memerah, menyadari apa yang akan terjadi.
"Sudah punya uang untuk ganti rugi?" tanyanya dengan nada dingin. Mengawasi dari jauh kepala gudang yang baru, tengah bekerja.
"Saya baru mengumpulkan setengah, tolong berikan perpanjangan waktu. Istri saya sedang hamil tua. Tidak ada yang..." kata-katanya disela.
"Aku sudah membangun perusahaan dari muda. Uang ini jumlahnya tidak seberapa, tapi aku paling membenci tikus tidak tau malu yang menggerogoti usahaku!! Bahkan mengatasnamakan keluarganya!!" bentak Suki mengalihkan pandangannya pada Arman.
Arman meneteskan air matanya, jemari tangannya gemetaran,"Saya tidak pernah melakukannya. Saya hidup dari gudang ini selama delapan tahun, dari menjadi kuli angkut... hingga menjadi kepala gudang,"
"Saya tau diri, saya mencintai gudang tempat saya mencari makan, bahkan tempat saya dapat mengirim uang untuk orang tua saya di kampung," lanjutnya.
"Jika tau diri, kenapa mencuri? Untuk keluarga? Untuk istri yang hamil? Itu adalah alasan kotor seorang pencuri sepertimu. Dengar, kamu akan menjadi contoh bagi karyawan lain. Agar tidak menjadi tikus pengkhianat..." bentak Suki, melempar kaleng biskuit yang dipenuhi dengan uang hasil kerja keras Arman.
Mata Arman membulat sempurna, menatap ceceran uang di lantai.
"Hubungi pihak kepolisian..." perintah Suki pada pegawai di belakangnya.
"Tuan tolong!! Saya bahkan menggunakan uang tabungan persalinan istri saya untuk mengganti kerugian sebelumnya. Tolong beri saya waktu, satu bulan... tidak satu minggu lagi..." ucapnya lirih menitikkan air matanya memohon, berlutut, memegang ujung celana panjang Suki.
"Aku bahkan tidak yakin, istrimu hamil..." kata-kata dingin yang diucapkan Suki kala dua orang security menyeret Arman, ke post keamanan. Guna menunggu kedatangan pihak kepolisian.
Arman tertegun diam, dadanya terasa sesak, memukul dadanya berkali-kali menahan rasa sakitnya. Terdiam dengan wajah pucat, menunggu kedatangan pihak kepolisian.
Mobil itu akhirnya datang membawanya, apa yang harus dikatakannya pada Ayu nantinya? Anak mereka akan lahir, sementara ayahnya mendekam di penjara...
***
Fikiran yang kacau, tubuh lemah yang rusak akibat tidak pernah beristirahat sebulan ini. Wajah Arman nampak lebih pucat lagi, setelah 7 hari mendekam di penjara.
Air matanya menetes, memikirkan keadaan istrinya. Makanan tidak disentuhnya, dadanya perlahan terasa lebih sakit lagi, ditepuk-tepuk pun rasanya sama. Entah kenapa pandangannya kabur.
Tubuhnya roboh...
"Ada tahanan yang pingsan!! Ada tahanan yang pingsan!!" kata-kata itu didengarnya samar-samar.
Ayu, Dedek... Maaf, ayah tidak bisa pulang... Ayah sudah berusaha, tapi tidak bisa ... Maaf...
***
Dua hari setelah Arman di bawa ke kantor polisi...
Kejadian yang sama terulang, rol kain menghilang lagi. Suki menghela napas kasar, menggebrak meja di hadapannya.
"Kamu sebagai penjaga gudang yang baru, seharusnya mempunyai tanggung jawab..." kata-kata Suki disela.
"Maaf sebelumnya, saya tidak yakin, tapi jika kejadian sebelum saya bekerja juga serupa, mungkin security yang berjaga malam, terlibat dengan pencuri asli,"
"Saya dulu bekerja sebagai karyawan biasa di gudang ini. Jadi, saya tidak berani begitu banyak bicara. Tapi pak Arman, kepala gudang sebelum saya, sudah dua kali mengalami kejadian serupa. Kali pertama, dia mengganti rugi dengan uangnya sendiri. Jadi ini kejadian ketiga kalinya di gudang ini, mohon tuan menyelidiki dengan seksama, sebelum meminta pertanggungjawaban saya..." ucapnya tertunduk.
Suki terdiam sejenak, mengenyitkan keningnya."Hubungi kepolisian, untuk mengintai pencuri di malam hari..." perintahnya.
Dan benar saja, malam ke empat saat pihak kepolisian mengintai kembali terjadi pencurian. Polisi membekuk, seorang karyawan dan security yang terlibat.
Untuk pertama kalinya, Suki membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya. Wajahnya pucat, menuju kantor polisi guna membebaskan Arman.
Namun, pihak kepolisian menggeleng, Arman dibawa ke rumah sakit satu hari yang lalu, akibat mengalami serangan jantung.
Serangan jantung? Orang berusia semuda itu mengalami serangan jantung? Suki tertegun sejenak.
***
Mata pria itu menatap ke arah jendela mobil, menghela napas berkali-kali. Mengingat pegawainya yang memohon, membawa uang dengan wadah kaleng biskuit. Uang yang tidak seberapa bagi seorang Suki. Kenapa harus dijebloskan ke penjara? Sungguh bodoh tindakannya...
Hingga kebodohan itu menjadi suatu penyesalan dalam hidupnya, kala resepsionis rumah sakit menjawab pertanyaannya, tentang kamar pasien bernama Arman...
"Beliau meninggal tadi malam, jasadnya sudah dibawa pihak keluarga siang tadi..."
Sambaran petir yang menghujam dirinya, membawa rasa bersalah yang mendalam. Bahkan hingga melangkah menuju rumah duka pun, rasa bersalahnya semakin terasa, tidak pudar sedikitpun.
"Arman..." seorang wanita yang tengah hamil besar, menyentuh wajah putih pucat suaminya. Wajah yang terlihat lebih tenang. Bukan wajah mengiba, meminta belas kasih Suki agar tidak dijebloskan ke penjara. Hanya ingin menemani istrinya saat melahirkan, menyaksikan anaknya menyambut dunia ini.
Wajah itu terlihat lebih damai, seolah telah pasrah. Melepaskan segalanya untuk tenang di sisi-Nya...
"Aaaghh..." wanita hamil yang berada di samping jasad Arman berteriak, meminta pertolongan.
Air mata Suki yang sempat mengalir, diseka olehnya, segera menolong Ayu dibantu oleh tetangga wanita itu membawanya ke rumah bidan yang berada di dekat sana.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Cahaya Rosella
maaf Thor, aku skip karena udah baca di bagiannya Tomy
gak mau baca Lagi karena aku nangis beneran nangis kaya ditinggal mantan pas lagi sayang sayang ya
2024-11-05
1
keysha Azzahra
sedih bnget,,ngrasain aku juga seorang wanita kalo sku d posisi itu terpkul bnget,,cm stu pertnyaan sy,,ga ada kh pngcra yg d siapkn pihak polisi buat pembela,,authpr nie critamu bikin aku berurai airata di part ini,,the best thor
2023-10-31
1
ana Imaa
sedih bangeeett gak kuat aku sampai nangis gini😢😢😢😢
2023-02-14
0