Tidak ada hal istimewa yang terjadi setelahnya. Amel yang selalu berada di dekat Keyla menyadari satu hal, wanita itu tidak dapat terdiam tanpa sentuhan pria.
Pernah suatu saat, Amel meninggalkan phonecellnya di rumah pribadi yang dibelikan Gilang untuk kekasihnya. Keadaan kosong, security dan pelayan tiba-tiba keberadaannya tidak diketahui. Menghubungi security melalui telepon rumah di post-nya, coba dilakukan Amel, namun jawaban aneh didapatkannya. Keyla memberinya cuti satu hari, serta sejumlah uang.
Tidak beres, wanita ini benar-benar tidak beres, mungkin begitulah dalam pemikiran Amel. Hingga tiba-tiba memasuki rumah, dengan beberapa mobil terparkir di halamannya.
Bau asap rokok dan minuman beralkohol menyengat. Sekitar empat orang wanita berada disana, bersama beberapa pria muda berbadan kekar, bertelanjang dada. Sesekali berciuman, di tengah dentuman musik. Bahkan ada pula yang saling memangku.
Amel merayap di tembok bagaikan cicak, hanya hendak mengambil phoncellnya tanpa ketahuan beberapa orang yang mabuk itu. Namun, ukuran tubuh panjang kali lebar kali tingginya, benar-benar masalah besar untuknya.
"Kamu siapa!?" tanya salah seorang wanita berpakaian minim mematikan musik.
"Aku Amel, gajah yang merayap tidak usah dipedulikan. Aku hanya figuran yang numpang lewat..." ucapnya tersenyum, kembali memperlihatkan gigi putih bersihnya ala iklan Pepsodent.
"Keyla!!" panggil wanita itu berteriak.
Beberapa menit berlalu wanita cantik keluar dari kamarnya, hanya berbalut jubah mandi. Beberapa bekas merah masih berada di lehernya.
"Apa!?" bentaknya, diikuti seorang pemuda rupawan yang hanya mengenakan boxer.
"Dia kenapa bisa masuk!? Kamu bilang rumah ini kosong!!" teriak teman Keyla.
"Dasar gedut buruk rupa!!" wanita itu mengepalkan tangannya. Mengambil sebotol minuman menyiram pada sekujur tubuh Amel. Tubuh yang kini dipegangi dua orang, satu orang wanita dan satu orang pria.
Amel benar-benar ketakutan saat ini, ketakutan? Tentu saja sepuluh orang mabuk, sedangkan dirinya hanya seorang diri.
Dirinya sudah dapat membayangkan hasil akhirnya. Dibunuh, dipotong-potong, kemudian dimasukkan ke kantung keresek dibuang ke tempat yang berbeda.
Percayalah, dalam situasi hidup dan mati harga diri dan royalitasmu akan menghilang sesaat.
Amel tertunduk sejenak, mulai menangis, menatap ke arah Keyla,"Tolong lepaskan aku, aku tidak akan mengadu pada Gilang..."
"Gendut menyebalkan!! Kamu fikir aku peduli!! Pukul dia!! Tapi hanya pukuli bagian yang tertutup pakaian..." Keyla tersenyum menyeringai, kembali menarik pria muda yang berada di sampingnya ke dalam kamar.
Dan benar saja, punggung, perut, lengan, semuanya dipukuli. Amel hanya dapat menangis menahan rasa sakitnya. Bersyukur dirinya tidak cantik sama sekali. Jika cantik mungkin dirinya akan dilecehkan, menjadi bahan untuk digiliri orang mabuk.
Disaat seperti inilah aku bersyukur pada Tuhan diberikan tubuh yang kurang menarik. Jika aku cantik, mungkin akan memiliki akhir yang lebih buruk... gumamnya dalam hati mengepalkan tangannya, membiarkan tubuhnya dipukuli, dicakar, bahkan dijambak empat pasang pria dan wanita teman Keyla.
Hingga akhirnya, otaknya mulai bekerja, pura-pura pingsan menjadi pilihannya. Benar saja, orang-orang mabuk itu berusaha menyeretnya ke dalam mobil entah apa tujuannya.
Amel mengepalkan tangannya saat salah seorang dari mereka membuka pintu bagasi... Percayalah saat situasi hidup dan mati, kemampuan berlarimu akan diuji...
Wanita gemuk itu membuka matanya, berlari sekencang-kencang yang dirinya bisa. Bahkan melompati semak-semak yang cukup tinggi, bagaikan memiliki ilmu meringankan tubuh.
Ketiga orang yang hendak memasukkannya ke dalam mobil segera mengejar. Cepat? Mereka berlari dengan cepat.
Namun, Amel berada di situasi hidup dan mati, adrenalinnya benar-benar terpacu. Berlari tidak peduli apapun lagi, menatap jalanan yang lenggang.
"Kita tidak bisa mengejar, dia seperti pelari nasional versi gemuk..." salah seorang yang mengejarnya terengah-engah, kehabisan napas.
***
Berlari penuh? Tidak setelah situasi dirasanya aman, Amel mulai menaiki angkot malam, menahan sakit di sekujur tubuhnya yang berbalut kaos berukuran XL pria.
Hingga pada akhirnya mobil angkot berhenti di dekat area tempat kostnya. Amel meringis, masuk ke dalam kamarnya. Sedang Marina segera bangun dari tidurnya.
"Amel!?" tanyanya mencium bau alkohol yang menyengat.
"Ada yang menyiramku..." ucapnya membuka laci lemari plastik, mengambil pakaian ganti, bersiap untuk mandi. Menghilangkan bau alkohol.
Beberapa menit berlalu, Amel kembali masuk ke kamarnya setelah mandi di kamar mandi depan. Benar, itu kost-kostan murah, jadi tidak memiliki kamar mandi dalam.
"Marina, bantu aku..." ucapnya mengambil kotak P3K-nya sembari duduk di tepi tempat tidur.
"Ada yang memukulimu!?" tanyanya cemas, memberikan salep pereda nyeri. Serta, antiseptik dan obat luka pada beberapa luka gores akibat cakaran di tubuhnya.
Amel mengangguk, menghela napasnya berkali-kali,"Pacar Gilang, menyuruh temannya memukuliku," ucapnya.
"Katakan pada Gilang!! Dia orang baik!! Dia juga bersahabat sejak lama denganmu. Dia akan mendengarkan mu..." Marina memberikan saran padanya.
Amel mulai menitikan air matanya, tidak dipungkiri rasa trauma itu masih ada. Disiram, dipukuli, beberapa orang, bahkan hampir dibuang menggunakan mobil, atau mungkin dibunuh dalam perjalanan.
Ini terlalu berat untuk psikisnya...
"Amel... akhiri semua ini, mengadu lah pada Gilang. Itu juga akan melindungi diri Gilang," nasehat nya.
Amel berbalik memeluk Marina sembari mengangguk.
***
Namun, apa benar itu keputusan yang terbaik? Jemari tangannya mengepal, kala menemui Gilang di kediaman utama keluarganya. Menginginkan bicara tanpa kehadiran Keyla.
Semua hal diceritakan sedetail-detailnya tidak ada yang ditutup-tutupi olehnya.
"Berapa ayah membayarmu, untuk menjelek-jelekkan Keyla di hadapanku?" ucap Gilang menatap tajam, perubahan sifat sahabat yang selalu mendukungnya terlalu drastis baginya.
"Ayahmu tidak membayarku!!" untuk pertama kalinya Amel menangis di hadapan Gilang, rasa traumanya masih ada.
"Lalu ini apa!?" bentaknya, membanting paper bag berisikan kue kering yang selalu dititipkannya pada Leon guna diletakkan dalam kamar Gilang.
Isi toples kue itu berhamburan, Amel mengepalkan tangannya mulai memungut kue kering satu persatu dari lantai.
"Banyak orang kelaparan di luar sana, kita tidak boleh menyia-nyiakan makanan..." gumamnya Amel, dengan air mata mengalir tiada henti.
Hati Gilang juga merasakan sakit, namun semua di tepisnya dengan pemikiran Amel adalah tangan kanan ayahnya untuk memisahkan dirinya dari wanita yang dicintainya. Dicintainya? Jangan bergurau, pemuda lugu itu tidak menyadari sedari lama hanya Amel yang membuatnya bahagia, menemaninya susah maupun senang.
"Kamu sudah banyak beruban, dimana Amel yang selalu berpihak padaku. Kamu hanya tergiur dengan uang!!" tuduhan tidak berdasar dilayangkannya, hatinya dibutakan oleh rupa cantik seorang Keyla.
"Gilang, maaf..." ucapnya tersenyum padanya. Bagaikan kata-kata terakhir, tidak dapat melindungi Gilang lagi.
"Baru mengaku salah!? Amel, Keyla adalah wanita yang aku cintai, jadi jangan..." kata-katanya disela.
Amel tersenyum padanya,"Aku mengerti, aku tidak akan mengeluh lagi,"
Gilang hanya tertegun diam, tidak tau apa yang harus dikatakannya lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Rinisa
Gilang bodoh...
2024-08-02
0
Bzaa
cinta mu buta Gilang ..
2024-05-31
1
Sulaiman Efendy
NNTI LO MNYESAL, INGAT KATA2 TOMY YG MNGATAKAN JIKA KENZO SDG BRPACARAN DGN AMEL, DN ITU KNYATAAN. DI SAAT ITU LO BRU MNYADARI PRASAAN LO KE AMEL, TPI TRLAMBAT.
2024-01-21
0