Hanya dengan materi, tanpa rasa cinta, wanita mana yang akan bahagia? Apalagi telah menemukan pria yang jauh lebih sempurna dari segi rupa fisiknya. Itulah yang terjadi pada Marina.
Amel masih memakan beberapa nugget dan sosis goreng yang dibelinya di pinggir jalan. Mendekati Gilang yang tengah menunggu dengan sabar kedatangan Marina. Masih mengenakan setelan jas, pertanda dirinya baru pulang dari bekerja.
"Kamu mau?" tanyanya, menyodorkan dengan mulut penuh.
"Tidak, Ndut, kamu tidak tertarik operasi sedot lemak dan wajah ke Korea? Berat badanmu, membuat wajahmu jadi jelek. Ganti wajahmu..." Gilang menatap sinis.
"Tidak pernah mendengar inner beauty? Kecantikan dari dalam lebih penting," ucap Amel dengan mulut penuh.
"Pernah mendengar dari mata turun ke hati? Yang terlihat dari luar sama dengan dalamnya," sanggah Gilang.
"Aku ingin setidaknya bertubuh proposional. Tapi masalahnya, setiap sedih atau memiliki banyak fikiran aku tidak dapat berhenti makan..." Amel menghela napas kasar, melirik plastik nugget di tangannya. Dengan tidak tau malunya kembali makan.
Gilang ikut-ikutan menghela napas kasar,"Jika aku menikah dengan Marina nanti, kamu akan sendiri. Tidak punya teman atau suami, sebaiknya kempeskan badanmu agar setidaknya dilirik kang cilok..." ucapnya.
"Kenapa tidak kamu saja yang melirikku?" tanyanya menatap wajah Gilang.
Pemuda itu tertegun, perasaan apa ini? Hatinya terasa hangat. Namun, semua ditepisnya dengan melihat fisik Amel, serta persahabatan mereka. Mengepalkan tangannya, atas nama persahabatan dan logika, menepis perasaan sesungguhnya.
"Aku... seleraku tinggi!!" Gilang gelagapan.
Amel menghela napas kasar, kembali mengunyah makanannya. "Apa yang kamu sukai dari Marina?"
"Dia cantik, hatinya pasti baik. Seperti almarhum ibuku, cantik dan baik hati. Hingga membuat ayahku tidak dapat melupakannya, walau telah puluhan tahun kematiannya. Aku ingin wanita secantik ibuku..." jawabnya, tersenyum pada Amel.
Amel terdiam, kembali makan dengan cepat, menahan air matanya yang hendak keluar...
Apa jelek adalah sebuah dosa? Apa orang gemuk tidak pantas mendapatkan pasangan? Apa hati orang jelek dan gemuk busuk, sedangkan hati wanita cantik selalu baik bagaikan malaikat... banyak pertanyaan dibenaknya mendengar kata-kata Gilang, menahan bibirnya tetap tersenyum.
***
Suara motor sport terdengar, seorang pemuda rupawan melepaskan helm yang dipakainya. Mengacak-acak rambut Marina yang datang bersamanya, kemudian berbisik, entah apa yang mereka bicarakan. Hingga kembali pergi, melajukan motornya.
Wajah Marina nampak berseri-seri. Berjalan mendekati sepasang sahabat yang duduk di depan kamar kostnya.
"Dia siapa? Lalu dimana mobilmu?" Gilang mengenyitkan keningnya.
Prilaku Marina tiba-tiba berubah, wajah penuh senyuman itu tidak terlihat lagi, kembali menatap sinis pada pemuda di hadapannya,"Kita tidak memiliki hubungan, apa hakmu peduli dia siapa!? Lagipula, uang semesterku sudah dibayar atau tidak, kamu juga tidak peduli..." cibirnya dengan sengaja.
"Berapa?" dengan bodohnya Gilang merogoh sakunya, mengambil phoncellnya.
"Kamu mau membayarnya? Terimakasih..." Marina memeluk erat tubuh Gilang.
Bukan hanya kali ini, Amel hanya dapat menghela napas kasar. Marina tidak menerima perasaan Gilang namun menerima apapun pemberiannya, bahkan meminta, bagaikan memberikan sebuah harapan palsu.
"PHP..." cibir Amel dengan mulut penuh. Membuat pasangan itu melirik ke arahnya.
"Dugong jelek!! Bilang saja iri!! Makanya jadi cantik, terus cari pacar," Marina mencibirnya balik.
Iri? Dirinya memang iri, pria yang dicintainya dengan tulus, lebih mengejar kecantikan Marina. Figuran, harusnya dengan figuran bukan? Setidaknya, dengan penampilan Gilang saat ini, dirinya berharap pemuda itu akan menyerah suatu hari nanti. Dapat melihat ketulusannya sedikit saja.
Jemari tangan Amel mengepal, menatap ke arah Marina,"Pacarku suatu saat nanti adalah CEO arogan seperti di film-film dan novel!!" bentaknya, tidak tahan lagi dengan kata-kata pedas dari Marina, teman satu tempat kostnya. Berjalan berlalu, memasuki kamarnya. Tawa mengejek dari mulut Marina terdengar samar-samar.
Bug...
Suara pintu tertutup dibanting dengan keras, bersamaan dengan wanita gemuk itu menangis terisak.
"Aku gemuk, jelek, memangnya kenapa? Toh tipeku tidak muluk-muluk, hanya ingin pria baik-baik..." Amel menangis di balik pintu, namun ajaibnya, roti tawar di meja diraih, kembali dimakannya. Sebagai, pelampiasan rasa sedihnya.
***
Malam semakin larut, tepatnya sekitar pukul 11 malam, suara motor terdengar. Amel membuka matanya, merasa perutnya sakit karena terlalu banyak makan. Mengingat napsu makanya yang memang bertambah setiap merasa sedih atau stres.
Wanita itu berlari ke kamar mandi di luar kamar kostnya. Sekilas seorang pemuda rupawan ditatapnya berdiri di depan kamar Marina.
Hingga, kegiatan menghilangkan sakit perutnya berakhir. Memang tempat itu berada diluar kamar, digunakan secara umum oleh penghuni kost-kostan yang mayoritas mahasiswi dengan uang bulanan yang sedikit. Amel yang hendak keluar sejenak niatnya diurungkan.
Wanita itu membulatkan matanya, pemuda yang berdiri di depan kamar kost Marina, menyambar tubuh Marina. Bibir mereka, bertautan penuh hasrat, saling mengulum, hingga bahkan sang pemuda sempat menurunkan ciumannya ke area leher sahabatnya itu.
"Mereka pacaran!? Bahkan mau mencetak anak!!" Amel mengintip dari kamar mandi yang berhadapan langsung dengan area depan kamar kost Marina.
Seakan tidak sabaran, Marina menarik sang pemuda rupawan ke dalam kamarnya. Kemudian menguncinya.
Amel segera keluar dari kamar mandi setelah situasi dirasanya aman. Gadis gemuk itu berjalan cepat ke dalam kamarnya yang terletak bersebelahan dengan kamar Marina.
Aman terkendali tidak ada yang terjadi? Tentu saja tidak, Amel yang bisa di bilang masih polos, menutup telinganya mendengar suara decitan tempat tidur, diselingi suara erotis dari pria dan wanita saling bersautan dari kamar sebelah.
Bahkan dirinya sempat menutup telinganya dengan bantal,"Sial!! Mereka membuat anak!!" umpatnya, tidak dapat tidur sama sekali.
Hingga beberapa kali suara erangan panjang bersamaan. Mungkin waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Suara itu terhenti, Amel benar-benar merasa malu, entah kenapa. Dirinya terdiam menatap langit-langit kamarnya.
"Mereka bercocok tanam, malah aku yang tidak bisa tidur," keluhnya.
Hingga pagi hampir menjelang, suara motor itu terdengar lagi, tepatnya pada pukul 3 dini hari. Mengingat tempat itu adalah kost-kostan putri, dimana pria tidak diperkenankan menginap.
Namun, Marina melanggar peraturan mutlak itu, kekasihnya menginap dan pulang pada pagi buta.
Motor mulai melaju, meninggalkan wanita dengan wajah bersemu merah. Tidak menyadari Amel telah berdiri teras, tempat kost tersebut.
"Dia siapa?" pertanyaan menyelidik keluar dari mulut Amel, tidak ingin Marina pada akhirnya melukai hati Gilang.
"Pacarku!! Kenapa!? Dasar gendut!! Jangan ikut campur!!" jawab Marina menatap sinis. Hendak kembali berjalan ke kamarnya.
"Pacar? Tapi Gilang? Hubungan kalian!?" Amel memegang erat lengan Marina, menghentikan langkahnya.
"Dia hanya pria culun!! Siapa yang mau dengan anak kesayangan ayah sepertinya!! Aku tidak pernah meminta, dia yang memberikan segalanya, tentunya karena aku cantik..." Marina menepis tangan Amel.
Jemari tangan Amel gemetar, membulatkan matanya,"Kamu tidak pernah mencintainya?" tanyanya meyakinkan.
"Iya, dia memang kaya, tapi tidak mempunyai kelebihan lain. Selain dompetnya yang tebal..." cibir Marina tersenyum, hendak masuk kedalam kamarnya.
"Mobil!! Dimana mobil pemberian Gilang!?" tanya Amel dengan nada tinggi.
"Aku berinvestasi pada usaha yang baru dibangun pacarku. Sebagian lain hasil penjualannya, sebagai hadiah motor untuknya. Kamu Dugong jelek yang tidak laku, tidak akan mengerti,"
"Wanita sepertimu akan tertarik dan menerima pria mana saja, bagaikan wanita murahan mengingat standar wajahmu. Tapi aku, aku tidak begitu, Gilang tidak pantas untukku, dia hanya pria yang memujaku. Mencari pasangan hidup tentunya harus pria tampan yang sempurna..." ucapnya menghina Amel, wanita yang dikenalnya dari SMU.
Tangan Amel mengepal,"Marina, aku bukan wanita murahan yang menerima siapa saja!! Aku...aku..." kata-katanya terhenti.
"Aku lupa, dengan tampangmu, tukang parkir saja tidak mungkin mau. Mana ada kesempatan menerima pria, menyukai Gilang saja, pasti dia menolaknya," Marina tersenyum kemudian menutup pintu kamarnya.
Jemari tangan Amel lemas, tanpa pembelaan, air matanya mengalir. Memang tidak pernah ada yang akan mencintai Dugong gemuk sepertinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Emi Wash
marina dapat materi dr gilang, hartanya marina dieretin ma pacarnya.... jd satu sama.
2023-01-16
5
Juli
iya betull kenapa orang jelek selalu disisihkan y
2022-06-03
4
Armisyah Abdan
kasihan nya Amel
2022-03-10
2