My Kenzo
Seorang pemuda rupawan, langkahnya terlihat arogan penuh kharisma. Itulah sosok orang tidak normal yang tidur dengan Amel, setiap malam selama 2 tahun. Berjalan di area kedatangan penumpang.
Amel? Wanita cantik yang bertubuh menggoda. Partner di atas ranjang? Bukan, seperti itu hubungan mereka. Hanya teman tidur, begitulah sebutan untuk hubungan yang benar-benar ambigu. Hubungan transaksi, antara pria tidak waras dengan wanita datar, tidak memiliki ambisi, hanya ingin hidup tenang dan damai.
Pemuda rupawan itu tersenyum, menarik kopernya. "Amel!! Lama sekali!! Kita harus segera ke rumah orang tuamu!!" bentaknya, melangkah cepat dengan kaki panjangnya.
"Untuk apa?" Amel mengenyitkan keningnya, menghentikan langkahnya.
"Marry with you (Menikah denganmu)..." ucap seorang Kenzo tersenyum tanpa dosa. Berjalan dengan langkah cepat."Calon anak tiriku, sudah menungguku..."
"Siapa yang mau menikah dengan pria menyebalkan sepertimu!!" teriaknya, berlari berusaha menghentikan Kenzo.
Cikal bakal kejadian gila ini dimulai dari 3 tahun yang lalu. Tempatnya, saat aku belum meninggalkan negeri ini....
...Bagaimana rupa cinta? Rupa dari cinta sejatinya tidaklah sempurna. Namun, hatinya yang merasakannya lah, yang sempurna......
Amel...
Amel cantik? Tidak, seorang wanita, menaiki ojek online, wanita yang membuat sang tukang ojek menghela napas berkali-kali, mendapatkan penumpang yang tiada hentinya mengemil dalam perjalanan.
Udah gendut, makan di jalan lagi, kalau nikah nanti mungkin cuma jarum suaminya yang bisa kempesin... gumam sang tukang ojek dalam hati, berusaha menghibur dirinya sendiri menatap penumpang yang diboncengnya dari spion.
Amel, wanita bertubuh gempal itu, turun menuju tepat kostnya. Sejenak langkahnya terhenti, wajah pemuda itu terlihat lagi. Pemuda berkacamata dengan lumuran pome bagaikan lem di rambutnya. Kemeja kebesaran masih digunakannya. Senyuman nampak diwajahnya, menampakkan kawat gigi bagaikan rel kereta api.
"Ndut (Gendut) apa Marina sudah datang?" tanyanya, terlihat antusias.
"Belum, nanti juga pulang, kamu bawa bunga untuk dia?" Amel mulai membuka sebungkus kripik kentang yang dibawanya, duduk di samping Gilang. Sang pemuda mengganguk.
Figuran? Mungkin dalam cerita atau drama novel orang seperti mereka adalah figuran. Orang-orang yang memiliki fisik tidak menarik, wanita gemuk dan pria kutu buku.
Sebuah alasan klise, namun itulah yang membuat Amel memberanikan diri memendam perasaannya pada Gilang. Pemuda yang mencintai sahabatnya.
Amel menggigit bagian bawah bibirnya lagi, jemari tangannya merayap, hendak menggapai tangan Gilang. Namun suara motor segera terdengar, Marina sudah tiba.
Wajah Gilang terlihat antusias, sudah berbulan-bulan dirinya mengejar seorang Marina,"Marina aku, ini untukmu..." ucapnya malu-malu memberikan buket bunga untuk wanita tercantik di matanya.
Marina menghela napas kasar, melepaskan helm yang melekat di kepalanya. "Dengar Gilang, aku tidak perlu bunga. Apa bunga bisa membuatku tidak kepanasan saat melewati jalanan!? Dasar culun..." cibirnya berjalan berlalu meninggalkan sang pemuda. Melempar kemudian menginjak buket bunga yang diberikannya.
Wanita gemuk itu memungutnya, buket bunga yang setengah hancur,"Gilang, Marina dia ..." kata-kata Amel terhenti.
Pemuda berkacamata itu tersenyum, "Mobil, ini pertanda dia ingin mobil untuk hadiah ulang tahunnya beberapa minggu lagi..." ucapnya antusias, tanpa sedikitpun kekecewaan terlihat di wajahnya.
Tangan Amel yang memegang buket bunga yang telah hancur mengepal, mengerat.
Kenapa kamu tidak menyerah saja, ada aku yang mencintaimu... kata-kata yang tertahan dalam hatinya. Mengingat rupa fisiknya yang tidak sesempurna sahabatnya.
"Iya, mungkin saja..." suara Amel bergetar, wajah gadis itu tertunduk.
"Dia menganggapku ada!! Lama-kelamaan dia akan mencintaiku!!" ucapan optimis dari mulut Gilang, mencubit pipi Amel gemas, berjalan pergi dengan penuh kegembiraan.
Amel mulai tersenyum? Tersenyum? Gilang pria yang dicintainya terlihat bahagia, itu sudah cukup untuknya. Sebuah cinta yang bodoh, jatuh cinta pada pria yang tidak pernah menganggapnya ada. Buket bunga yang telah hancur itu dipeluknya, diendusnya, penuh senyuman.
"Aku Dugong yang menyukai pangeran. Sedang, Marina mungkin putri duyung yang dicintai pangeran..." gumamnya, menahan rasa sakit di hatinya. Menyukai pria yang tidak mencintainya.
***
Kue ulang tahun terlihat, banyak balon berada disana.
"Disini?" tanya Amel, tengah menghias kamar kost sahabatnya guna membantu Gilang membuat pesta kejutan ulang tahun.
"Iya, letakkan disana. Omong-ngomong apa penampilanku sudah bagus?" tanyanya, mengenakan tuxedo dengan dasi kupu-kupu yang sedikit miring.
"Dasimu, biar aku yang memperbaikinya," Amel tersenyum, merapikan dasi yang miring. Sejenak mata di balik kacamata itu ditatapnya. Jantungnya berdegup lebih cepat, tidak dapat dikendalikannya.
Namun, kata-kata yang keluar dari mulut Gilang membuatnya tersenyum getir,"Jangan melihatku terlalu lama, nanti kamu bisa jatuh cinta. Ndut, kamu sahabatku satu-satunya, jadi tidak boleh jatuh cinta padaku,"
Amel mengangguk, berusaha tersenyum,"Tentu saja, kita hanya sahabat. Aku akan menemukan pria tampan dan kaya, kemudian menikahinya..."
Telinganya tiba-tiba ditarik jemari tangan Gilang, dengan kencang.
"Sakit!!" gerutu Amel, mengusap-usap telinganya.
"Khayalanmu bagaikan pungguk merindukan bulan. Berimajinasi, seekor Dugong menikah dengan pangeran..." ucapnya menatap tajam.
"Mungkin akan ada pangeran yang cukup gila, untuk menyukai Dugong," hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Amel.
Wajahnya tersenyum ceria, memegang beberapa balon. Namun hatinya tidak senada dengan wajah cerianya.
Pungguk merindukan bulan? Aku akan menjadi pungguk untukmu. Berharap kamu yang bersinar bagai bulan melihat rasa kasihku, sedikit saja...
Beberapa jam berlalu, semua persiapan sudah rampung. Mobil dengan hiasan pita diatasnya terparkir di depan tempat kost Marina, yang berdampingan dengan Amel. Sesekali, Gilang merapikan penampilannya, menatap ke arah cermin, pome yang melumuri rambutnya benar-benar melekat bagaikan lem.
Dari keluarga konglomerat, begitulah status sosial seseorang Gilang. Yang kurang darinya mungkin hanya penampilannya saja, tepatnya caranya menata penampilan. Hanya mempercayai kata-kata ayahnya saja, di hidupnya mungkin hanya ada sang ayah, mengingat ibunya sudah lama meninggal.
Tidak membiarkan putra tunggalnya salah dalam pergaulan, menciptakan Gilang yang lugu, tidak mengetahui tentang betapa uang dan penampilan dapat membuatnya salah mengira tentang hati yang tulus.
Tidak pernah melihat rupa sesungguhnya dari hati seorang wanita gemuk yang tulus selalu berada di sampingnya. Hanya menatap ke depan, wanita berwajah rupawan bagaikan malaikat.
Malaikat tidak selamanya bersayap bukan? Wajah dan rupa fisik sempurna mereka tidak menentukan mereka malaikat. Namun, rasa kasihnya yang membuktikan mereka malaikat. Gilang terlalu lugu untuk menyadarinya.
Hingga wanita yang ditunggunya tiba, "Mobil?" Marina mengenyitkan keningnya.
"Selamat ulang tahun..." Gilang menyodorkan buket bunga mawar merah pada wanita di hadapannya.
"Ini hadiah untukku?" Marina menghela napas kasar, menatap mobil yang terparkir di depan kamar kostnya.
Gilang mengangguk, tersenyum padanya. Harta? Tidak dipungkiri itu dapat melunakkan hati seorang wanita. Untuk pertama kalinya Marina tersenyum tulus padanya, menarik jemari tangan Gilang ke dalam mobil.
"Ajari aku menyetir!!" ucapnya, mencium pipi Gilang.
"Baik, aku akan mengajarimu, perhatian aku baik-baik ketika menyetir," Gilang memasuki mobil menuju kursi pengemudi.
Mobil itu melaju, meninggalkan tempat kost. Sepasang orang yang tidak menyadari, Amel masih berdiri di sana, memegang kue ulang tahun.
"Dia melupakanku lagi ..." gumamnya tertegun, masih berusaha untuk tersenyum. Kue itu ditatapnya, kue ulang tahun untuk Marina yang dibelikan Gilang.
Air matanya mengalir, pemikiran bodoh tersirat sejenak,"Marina sudah bahagia dengan Gilang, aku juga harus bahagia dengan kue ulang tahunnya..." gumamnya mengambil sendok.
Mungkin karena patah hati, atau napsu yang menggebu-gebu, kue itu menjadi sasaran menyalurkan hasrat rasa sedihnya.
"Dasar pria bodoh!! Jatuh cinta pada wanita cantik yang tidak tulus padanya..." gumamnya dengan mulut penuh.
"Aku mencintainya dengan tulus, tapi dia malah terus-menerus mengejar Marina. Aku tau aku gemuk seperti Dugong!! Lalu memangnya kenapa!? Orang gemuk juga pantas bahagia!!" kumat-kamit mulutnya berkicau, sambil tiada henti memakai kue.
Hingga satu jam kemudian...
"Hggeeehhhkk," suara sendawanya terdengar.
Kue itu benar-benar, dibuat tewas terkapar tidak bersisa olehnya. Barulah rasa sedihnya menghilang.
Suara mobil kembali terdengar, dua orang itu sudah kembali.
"Ndut!! Kamu makan kuenya!?" Gilang membentak mengenyitkan keningnya.
"Hehe... maaf..." satu kata keluar dari mulut Amel yang membuat Gilang tidak habis fikir. Menatap ke arah wanita yang belakangan ini menjadi sahabat baiknya.
"Dasar gendut!!" Gilang mengambil sisa krim kue yang melekat pada wadah kue, mengejar Amel yang berlari ketakutan dengan amarah Gilang.
Entah kenapa Gilang dapat tertawa lepas, melupakan gadis cantik yang masih berada di dalam mobil membuka beberapa kotak paper bag setelah dibelikannya beberapa barang mewah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Cahaya Rosella
gilang kebakaran jenggot
2024-11-05
0
ummah intan
knp Kenzo mendekati Amel pdhl dia tahu klo Gilang mencintai amel
2024-09-21
0
Levi Vina
lucu thor
2024-09-16
0