Happy Reading🤗🤗🤗
"Terima kasih pak Tristan, semoga betah tinggal dirumah itu".
Ucap seorang pria paruhbaya dengan tulus sambil menyodorkan tangan keriputnya.
"Sama-sama pak Zaki, saya juga berterima kasih atas harga yang saya dapatkan apalagi disekitaran sana jauh dari kata ramai".
Ujarnya sambil menyambut uluran tangan dari pria paruh baya yang ada dihadapannya ini dan menerbitkan senyuman tipis.
Pak zaki lantas membalas senyuman dari tristan sambil menyusun berkas-berkas pengalihan nama surat rumah yang telah dijualnya kepada pria muda yang ada dihadapannya.
"Ya, sebenarnya saya berat untuk menjualnya namun karena saya tinggal sendiri dan anak saya meminta untuk tinggal bersamanya, ya mau nggak mau saya harus menjualnya karena tidak mungkin kan anak saya bolak-balik antara surabaya dan jakarta jika saya sedang tidak enak badan, dan bisa-bisa putri saya ngoceh 7 hari 7 malam."
Ucapnya sambil terkekeh kecil membayangkan putrinya yang sangat cerewet namun sesungguhnya sangat menyayanginya.
Tristan pun ikut tertawa kecil mendengar penuturan laki-laki paruh baya tersebut.
"Baiklah kalo begitu pak Tristan, terima kasih sudah menyempatkan datang kemari padahal bapak sedang bertugas".
Ucapnya sambil melirik sekilas ke arah seragam kebesaran yang sedang tristan gunakan, ya pak zaki meminta tristan untuk bertemu disebuah restoran dan menyelesaikan pengalihan nama atas rumah yang baru dibeli oleh tristan.
"Sama-sama pak, oh tidak mengapa pak karena kebetulan dinas saya sudah selesai"...
Ucapnya sambil menerbitkan senyum tipisnya.
"Mari pak Tristan, saya pamit duluan".
Ujarnya sambil bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya sedangkan tristan menyambut uluran tangan pak zaki.
"Iya silahkan pak".
Tristan lantas kembali duduk setelah pria paruh baya tersebut sudah berjalan menuju keluar restoran, sedangkan tristan menyimpan surat-surat tersebut dan dimasukkan ke dalam tas kerjanya.
"Loo...pak zaki kemana tan?".
Suara seseorang serta tepukan dibahu mengagetkan tristan saat sedang memegang buku menu.
"Ehh...kampret...datang-datang bukannya ngucapin salam malah ngagetin aja loe".
Sungutnya saat sahabatnya itu mengagetkannya.
"Yaelah...gitu aja marah, kayak cewe aja loe tan".
Ucapnya santai sambil mendudukkan tubuhnya di sebrang meja berhadapan dengan tristan.
"Barusan pergi orangnya, karena sebentar lagi pesawatnya berangkat".
Jawabnya sambil melihat menu-menu yang sedang dipegangnya.
"Mbak..."
Serunya saat melihat pelayan restoran yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Ya mas, mau pesan apa?".
Tanya pelayan wanita itu saat sudah berada dimeja yang ditempati tristan.
"Mau pesan apa don?".
"Samain aja deh".
Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel yang sedang dipegangnya.
Tristan hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu yang tak lepas dari ponselnya jika sedang tak bertugas.
"Ramen aja mbak dua, sama oren jus juga dua".
Ucapnya kepada pelayan tersebut.
"Baik mas, mohon tunggu sebentar".
Ucap pelayan tersebut setelah selesai mencatat pesanan dari pengunjung.
"Dasar bucin lu".
Ejeknya saat sahabatnya dony masih setia dengan ponselnya dan diyakini bahwa saat ini dony sedang bertukar pesan dengan pacarnya.
"Iri bilang bos...lu nanti juga bakal ngerasain yang namanya bucin kalo sudah ketemu cewe yang lu cintai, kaya gue gini".
Balesnya mengejek sahabatnya itu yang sering gagal dalam menjalin hubungan.
"Ckkk...gue nggak sebodoh itu buat takluk dibawah kaki perempuan".
Decaknya malas sambil mensedekapkan tangannya diatas perutnya yang seperti roti sobek itu.
"Gua doain mudahan lu kemakan omongan lu sendiri".
Ucapnya sambil terus mencibir atasannya dikantor sekaligus sahabat baiknya itu dan langsung menyimpan ponselnya kedalam saku jaket yang sedang dipakainya untuk menutupi seragamnya.
Mereka lantas saling berbicara baik itu mengenai pekerjaan atau yang lainnya sambil menunggu pesanan mereka tiba sedangkan tak jauh dari tempatnya sepasang sahabat pun sedang berada didalam restoran yang sama dengan tristan namun sepertinya mereka sama-sama tak menyadarinya.
"Ehh...noni, lu nggak kangen sama mami lu?".
Tanya seorang gadis sambil menyantap semangkuk mie ramen.
"Ngapain gua kangen sama dia, dia aja nggak ngganggep gue ada kok".
Ucapnya sewot lantas menambah cabe kedalam mie ramen miliknya, ya saat ini mereka juga sedang pesan mie ramen sama seperti tristan dan dony.
"Ya, gimana pun juga kan dia yang ngelahirin lu non".
Ucapnya pelan sambil memandang ke arah nino sahabatnya yang sejak 7 tahun yang lalu maminya meninggalkan nino dan papinya hanya karena masalah ekonomi, ya wanita yang sudah berumah tangga pasti akan diuji kesetiaannya saat pasangannya dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan dan lelaki akan diuji kesetiaannya saat dirinya sedang memiliki kemewahan.
"Lu masih mau bahas dia, kalo iya mending gua cabut aja deh".
Jawabnya dengan raut wajah kesal seakan tak suka jika ada yang bahas masalah wanita yang sudah nelahirkannya sekaligus wanita yang sudah membuatnya memiliki luka diusia yang masih terbilang sangat muda itu.
Padahal jauh dilubuk hatinya dia sangat merindukan maminya, kasih sayang maminya masih melekat diingatannya sebelum badai menghantam rumah tangga orang tuanya itu, hingga sang mami tega meninggalkan dia dan papinya saat mereka masih hidup dalam kesederhanaan dulu.
"Iya...iya maaf...nggak lagi deh, suer".
Ucapnya sambil memperlihatkan gigi putih miliknya hingga membuat kedua lesung pipi miliknya terlihat dan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf v pertanda dirinya meminta maaf.
"Ya udah buru habisin mie nya sebelum ngembang, hari-hari minta gratisan mulu lu jadi cewe...jadi kasian gua ma pacar lu nanti tiap hari pasti dibikin bangkrut ma lu, mana banyak banget lagi lu makan, jadi cewe nggak ada jaim-jaimnya sih lu jadi orang, heran deh gue ma lu dan lebih herannya lagi kok gua mau berteman sama lu yang wujudnya doang cewek tapi dalemnya."
Cerocosnya panjang lebar sambil menggelengkan kepalanya cepat setelah selesai menyantap semangkok ramen.
"Ckkk lu juga jadi laki nyerocos mulu dari tadi, padahal gue cuma ngomong 5 kata lah elu jawabnya dah kaya rel kereta api aja".
Sungutnya dengan kesal sambil mengelap mulutnya dan setelahnya menyeruput minuman berwarna orens tersebut.
"Udah ayo pulang, nanti bibi nyariin lagi".
Ucapnya lagi sambil bangkit dari duduknya dan segera menggendong tas sekolahnya setelah itu meninggalkan nino yang masih terbengong karena ulahnya yang langsung berjalan meninggalkan dirinya dengan santai.
Mereka tak menyadari dari tadi bahwa ada sepasang mata yang terus menatap kearah meja mereka berdua, ya karena mereka berdebat dengan suara yang sedikit keras lebih tepatnya sepasang mata itu memandang ke arah perempuannya.
"Ehhh...maemunah...habis manis sepah dibuang lu jadi temen, sekate-kate lu ninggalin gue, dah minta gratisan malah nggak ada ucapan terima kasihnya lagi".
Sungutnya kesal saat lila meninggalkan dirinya sendiri dan nino langsung mengambil dompet miliknya lantas mengeluarkan 2 lembar uang merah dan diletakkan diatas meja.
Karena terburu-buru dirinya tak melihat kearah depan karena masih memasukkan dompetnya ke dalam saku celananya, nino menabrak sesuatu.
Brak...
"Auwww...".
Mereka berdua sama-sama berteriak kecil dan jatuh kelantai.
"Aduhhh...maaf...maaf...saya nggak sengaja, kamu nggak apa-apa?".
Ucapnya dengan cepat lantas nino bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya untuk membantu seorang gadis yang sedang terduduk dilantai dengan memakai seragam yang sama putih abu-abu seperti miliknya.
"Ahh ya...terima kasih".
Ucapnya dengan lembut sambil menerima uluran tangan nino sambil mendongakkan wajahnya dengan tersenyum tipis.
Degh..
ASSALAMUALAIKUM READERS...
HAYO...HAYO...MANA NIH JEMPOLNYA, BAGI LIKE DONG SEBANYAK-BANYAKNYA DAN BERI DUKUNGAN😔😔😔
SALAM SAYANG
MOM OLLA
😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
si pembaca
yyyy
2023-07-19
0
si pembaca
wooow
2023-07-18
0
Lina Susilo
sahabat sejati akn selalu ada kapan pun juga
2022-11-29
0