Dan disinilah kini Azam dan Bella berada, berbaring di atas ranjang yang sama dan saling memeluk erat.
Bella bahkan berulang kali, mengelus punggung polos suaminya yang terasa begitu dingin.
Apalagi kamar ini tidak di lengkapi dengan penghangat ruangan, sementara hujan di luar sana terus turun dengan begitu lebatnya, seolah keluar dari kendali.
Azam bahkan merasa menggigil, seolah dingin yang ia rasa sudah sampai ke tulang.
“Masukkan tanganmu di bajuku,” ucap Bella, seperti tak ada cara lain untuk membuat tubuh suaminya menghangat selain skin to skin.
Mendengar itu Azam tersenyum kecil. Antara merasa bahagia dan menjadi pria brengsek lagi.
“Benarkah?” tanya Azam memastikan, berbicara dengan suaranya yang bergetar.
Bella hanya diam, ia sendiri yang mengambil tangan Azam dan dimasukkan kedalam bajunya. Azam merasa hangat, lain halnya dengan Bella yang merasa dingin, tubuh Azam benar-benar terasa dingin. Seperti memeluk sebuah balok es.
Bella juga menyembunyikan wajah Azam di dadanya, memeluknya erat dan menutup seluruh tubuh Azam dengan selimut dan hanya menampakkan pucuk kepala Azam saja.
“Cobalah untuk tidur,” perintah Bella, ia bicara dengan suaranya yang dingin namun penuh dengan perhatian.
Azam menganggukkan kepalanya dan semakin erat memeluk tubuh sang istri. Bahkan diam-diam menghirup dalam-dalam aroma tubuhn istrinya.
Sejenak hanya ada diam diantara keduanya, sampai akhirnya Azam yang lebih dulu buka suara. Ia bicara dengan matanya yang terpejam dan rasanya setengah sadar.
“Aku mencintaimu Bell, sangat,” ucap Azam lirih.
Bella yang mendengar itu hanya diam, menatap kosong pada dinding kamar ini.
Lampu menyala terang, berharap cahaya lampu itu bisa memberikan sedikit kehangatan.
“Aku sangat mencintaimu,” ucap Azam lagi.
“Aku tidak bisa hidup tanpamu.”
“Jangan bicara omong kosong,” balas Bella akhirnya. Rasanya kata cinta diantara mereka hanya akan terdengar seperti omong kosong, setelah semua yang terjadi.
Meski bicara dengan suaranya yang dingin, namun kedua tangan Bella masih terus bergerak mengelus punggung Azam. Ingin tubuh pria brengsek ini kembali menghangat dan menyudahi pelukan intiim mereka.
“Apa kau ingat saat kita study tour ke Jepang dulu, bukankah kamu memberiku origami berbentuk hati? aku masih menyimpannya,” Azam terus bicara, sementara Bella hanya diam.
“Saat haid pertamamu, memangnya siapa yang membelikanmu pembalut? Aku kan? Di SMP waktu itu ...”
“Saat kelulusan SMA, bukankah aku memintamu untuk tinggal? Tapi kamu tetap memutuskan untuk kuliah di Amerika ...”
“Kamu pergi bersama Arnold ...”
Bella teringat saat itu, semua kenangan-kenangan itu seperti sebuah kaset yang di putar ulang. Tentang masa kecilnya bersama Azam hingga mereka beranjak dewasa.
“Apa kamu pernah melihatku bersikap kasar pada wanita lain? Tidak, aku hanya melakukannya padamu ...”
“Kamu tau kenapa?”
“Karena aku cemburu, aku cemburu melihatmu dekat dengan Arnold, aku tidak suka melihatmu jadi pusat perhatian, aku benci waktumu lebih banyak di luar ....”
“Jangan bohong, bukankah saat itu kamu sudah dekat dengan wanita itu?” balas Bella pula, akhirnya ia menjawab semua ucapan Azam.
“Aku bodoh, meluapkan kekecewaanku padamu dengan menilai wanita itu sebagai segalanya. Tapi sekarang tidak lagi, aku tidak ingin kehilangan kamu lagi, aku akan menjauhkanmu dari Arnold ataupun pria lain, aku akan memintamu untuk tetap berada di dekatku, aku mau kita terus bersama,” jelas Azam, matanya masih terpejam namun ia terus bicara.
“Aku sangat mencintaimu Arrabella, kamu satu-satunya istriku, milikku, selamanya hanya untukku,” ucap Azam lirih, setelah mengatakan itu ia tak mampu lagi buka suara.
Dingin yang ia rasa ini sudah mengambil kesadaran yang ia punya, bahkan pelukannya pada tubuh Bella pun semakin melemah.
Bella pun hanya diam, tak kuasa untuk menjawab lagi. Sampai akhirnya hening itu kembali mengambil alih.
Yang terdengar hanyalah deru hujan deras di luar sana.
Cukup lama diam dan Bella baru menyadari jika pelukan Azam pada tubuhnya sudah melemah dan tidak sekuat tadi.
Bella merasa aneh, ia jadi menadak cemas.
“Zam,” panggil Bella.
“Apa kamu sudah tidur?” Bella bertanya, namun tidak mendapatkan jawaban apapun. Bahkan gelengan kepala pun tidak ia lihat.
Bella lalu menyibakkan selimut bagian atas, melihat apakah Azam sudah tertidur atau belum.
Namun alangkah terkejutnya Bella saat ia melihat wajah Azam yang memucat dengan bibirnya yang nampak membiru.
Bahkan tubuhnya pun masih terasa begitu dingin. Belum ada sedikitpun perubahan.
“Zaam! Kamu mendengarku?!”
Cemas itu mulai menguasi Bella, pikiran-pikiran buruk pun mulai membuatnya semakin takut. Tentang kondisi Azam yang semakin parah.
“Zam! Bangun! Setidaknya jawab panggilanku!”
“Azam!”
Bella menggelengkan kepalanya, ia sungguh tak ingin ada hal buruk menimpa Azam. Berulang kali menyentuhi wajah Azam yang terasa dingin, mencoba membawa kesadaran Azam kembali. Namun apapun yang ia lakukan, Azam tetap terpejam, dengan dengkuran nafasnya yang semakin tak beraturan.
“Tidakkah kamu ingin mendengarku bicara Zam? Bangunlah!” pinta Bella, kini jatuh sudah air matanya.
Ia benci untuk mengakui, bahwa..
“Aku mencintaimu Zam, sangat,” ucap bella, namun Azam tak mampu mendengarnya. Azam diantara sadar dan tidak.
“Aku mencintaimu,” lirih Bella.
Lalu dengan perlahan ia menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Azam, menciumi bibir sang suami yang sudah membiru dan terasa begitu dingin.
Berulang kali menyesapi bibir itu, namun Azam tetap juga tak membalas ciumannya.
Tapi Bella tak pantang menyerah, ia bangkit dan melepas semua kain yang melekat di tubuhnya. Membuat tubuhnya yang hangat itu menjadi polos. Lalu memberikan sentuhan pada Azam hingga kulit keduanya saling bertemu.
Bella terus mencumbu sang suami, berharap hangat yang ia beri bisa membawa kesadaran Azam kembali.
Hingga entah di menit keberapa, akhirnya Bella merasa jika kedua tangan Azam memeluk pinggangnya yang polos.
Lalu ciumannya pun mulai terbalas dengan begitu kaku.
“Bella ...” panggil Azam lirih. Mendadak tubuhnya memanas merasakan gairah yang tiba-tiba membuncah. Apalagi Bella terus bergerak diatas tubuhnya, memberikan kehangatan yang sudah lama ia rindukan.
“Aku mencintaimu Zam, apa kamu mendengarnya?” jawab Bella lirih, ia masih menangis dan berbicara tepat di wajah Azam, nafas hangat Bella bahkan sampai menyapu lembut wajah Azam dibawahnya.
“Tidak, aku lah yang lebih mencintaimu,” ucap Azam, kini matanya mulai terbuka. Membuatnya dapat melihat langsung manik mata sang istri yang berkaca-kaca.
Azam lalu sedikit mengangkat kepalanya dan menjangkau bibir sang istri. Memagutnya dalam dan penuh cinta.
Kedua tangannya pun tak tinggal diam, menjamah setiap lekuk tubuh Bella.
“Apa kamu yakin kita akan melakukannya?” tanya Azam, menatap Bella dengan matanya yang sayu dan deru nafas yang memburu.
Di lihat oleh Azam, Bella yang mengangguk kecil.
Dan setelahnya, Bella pun menyatukan diri. Mengambil alih kendali malam ini karena Azam masih belum sepenuhnya pulih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Aluna 『ᴷᴍ』
Jauh dari lubuk hati terdalamnya Bella memang masih mencintai Azam,, apalagi selama ini dia tahu kalau Azam selalu menyamar demi bisa melihatnya,, huhuhu akhirnya pertahanan Bellah roboh juga🤧
2024-12-21
0
May Keisya
ceritanya diperkosa istrinya Thor🤣🤣
2024-11-16
0
ɑղ𝕯ŕά🔆
melanjutkan dulu yg terhenti nih..di Jepang juga kan🤣🤦♂️
2024-10-12
1